Chapter 5

4.8K 944 83
                                    

Patung raksasa itu pun menginjak pria sebelumnya, menyisakan darah yang berceceran. Hal itu memancing teriakan Hunter lain. (Name) mendekati Jin-Woo dan berbisik.

"Alat musik, malaikat, aman, pergi." Setelah itu si patung raksasa mulai berjalan, menginjak siapapun di sekitarnya.

Bahkan para penjaga patung bereaksi ketika Hunter mendekati mereka. Patung-patung itu langsung menebas, menikam, dan menghancurkan mereka. (Name) masih mengekori si pemuda bermanik gelap itu yang menarik lengan Ju-Hee.

"Semuanya!! Lari ke patung yang memegang alat musik!!!" Teriakan Jin-Woo membuat Hunter lain segera lari ke arah patung dengan alat musik.

"'System sialan.. Setidaknya beri aku skill yang bagus agar aku bisa dapat title 'The Regressor', dasar bodoh!'" Umpat (Name) kesal.

[The Healing's God mendengar ucapan anda]
[The Healing's God memberikan skill]
[Skill : 'Barrier'(Lvl 1)]
[Accept/Decline]

'Segampang ini!? Sialan! Tau gitu dari awal aku minta skillnya!' Pikir (Name). "Accept atau apalah itu! Aku terima semua!" Seru (Name) masih berlari.

[Anda menerima Skill : 'Barrier'(Lvl 1)]
[The Torture's God tertawa melihat reaksi anda]
[Anda telah disponsori 500 koin]

"Jin-Woo! Hati-hati!" (Name) mulai kehabisan napas. Larinya pun melambat.

Jin-Woo sadar jika sahabatnya itu mulai mencapai batas, ia memutuskan untuk menarik lengan gadis (E/c). "Ayo (Name)! Jangan berhenti!"

Mereka bertiga berhenti di patung yang memegang alat musik drum. "Ayolah.. Mainkan alat musikmu.. Ayo.." Tapi patung itu tidak segera memainkannya. Kesal, Jin-Woo memutuskan untuk pergi ke patung lain bersama (Name).

"Jin-Woo.. Ada.. Alat musik.. Lain.." (Name) mencoba berbicara dengan napas terengah. Si pemuda surai gelap sadar dengan apa yang ia ucapkan segera berlari mendekati patung lain.

'Tunggu, patung itu bukan alat musik! Tapi perisai!' Jin-Woo kembali panik.

"Barrier!" Tepat setelah mengatakan itu, gelembung bewarna (F/c) membungkus Jin-Woo dan (Name). Dan lantai kembali bergetar akibat patung itu menancapkan perisainya ke lantai.

Kemudian..
Crash!

Gelembung itu pecah. Jin-Woo berusaha menggapai patung malaikat itu. "(Name).." Gumamnya pelan.

"Jin-Woo! (Name)!"

"Ugh.. Jin-Woo.. Jin-Woo.. Ayolah!" Seru (Name) berusaha mengangkat--ralat, menyeret tubuh Jin-Woo ke patung malaikat susah payah.

Patung malaikat itu pun bernyanyi, mengisi kesunyian dan ketegangan di ruangan itu. Patung raksasa itu pun berhenti bergerak.

"Haah.. Syukurlah bisa untuk 2 orang.." Gadis (H/c) itu menghela napas lega. Hingga suara nyanyian itu berhenti, terdengar suara langkah kaki mendekat

"... Jin-woo! (Name)!"

"Ju-Hee Eonnie..?" Gadis itu mengangkat kepalanya, melihat Ju-Hee berlari mendekati mereka berdua.

"Jin-Woo, kakimu!" Ju-Hee memasang raut wajah syok. "(Name)! Bahkan tanganmu juga!"

"Oh." Sepasang sahabat itu ber'oh' bersamaan. Tapi berbeda dengan reaksi Ju-Hee, (Name) hanya tersenyum kecil. "Tidak apa, masih ada tangan satunya.."

Ju-Hee masih berusaha menyembuhkan luka di kaki Jin-Woo. "Eonnie.. Hentikan, kamu membuat lukamu tambah parah." Ucap (Name).

"Tidak! Aku pasti akan menyembuhkan kalian!" Tetapi Ju-Hee pun mimisan dan batuk.

(Name) mengambil satu gulungan perban kecil dari kantungnya, mengikat luka di tangannya sendiri. "Maaf Jin-Woo, hanya ini yang aku punya.." Ujar nya ketika Jin-Woo menatap perban itu.

"Tidak apa (Name), aku tahu kamu juga membutuhkannya." Jin-Woo tersenyum kecil, napasnya masih memburu.

"Kita pergi dengan 18 orang, dan hanya 7 orang yang tersisa." ucap Pak Kim.

"Dan ada 3 orang terluka parah.." Tambah Pak Song, menatap luka di tangan (Name).

"Sayang sekali bahwa kamu kehilangan lenganmu, tapi ini semua karena kamu membuat keputusan terburu-buru sebagai pemimpin party. Tuan Song.. Anda tinggal menunggu hukuman." Ucap Pak Kim.

'Tidak masuk akal. Kamu hanya mencari orang agar bisa disalahkan.' Batin (Name) geram. (Name) menoleh pada patung raksasa. Menatap tajam boneka patung itu. Si patung raksasa bergerak, mengagetkan semua hunter.

"Bajingan itu.. Jangan lagi!!" Tetapi yang muncul adalah sebuah altar dari tengah ruangan.

"Apa itu..?"

"Sebuah altar." Jawab Jin-Woo.

"Altar?"

"Kalian tahu? Seperti dalam mitologi, dimana mereka mengorbankan mahluk hidup untuk dewa mereka.. Sapi, babi, anak-anak, perawan, dan lainnya." Tambah (Name).

"Dan perintah terakhir adalah.."

"Buktikan kesetiaanmu."

(Name) menatap tajam patung malaikat yang membawa firman tadi, tidak mempedulikan keributan di sekitarnya tentang siapa yang akan berkorban.

"Hentikan, kalian semua. Pak Kim juga." (Name) menatap tajam Pak Kim, membuatnya merinding.

"Tidak ada gunanya kalian berdebat begini. Kita semua salah. Anda juga Pak Kim, anda pun yang memutuskan untuk memasuki Dungeon ini. Jangan lupa bahwa anda juga bersalah." Ucapan (Name) membuat keadaan menjadi sunyi.

Gadis (H/c) itu menggeleng sekali. "Sudahlah. Kalau begitu, aku yang akan berkorban." Dan keputusan itu mendapatkan protes dari Hunter lain, terutama Jin-Woo.

"Tidak (Name)! Jangan bertindak gegabah!" Jin-Woo mencoba berdiri.

"Sung Jin-Woo. Percayalah padaku." Ucap (Name) seraya menunjukkan tanda 'Oke' pada mereka, kemudian berjalan menuju Altar.

Tepat setelah (Name) sampai di depan Altar, sebuah api menyala di dalam lingkaran.

"Apa? Apa yang terjadi??" mereka tampak heran.

(Name) tersenyum miring. "Jin-Woo, Bisakah kamu ke sini sekarang!? Aku perlu bantuanmu--bukan, kalian semua!"

"Apa lagi yang (Last Name) katakan? Apa dia sudah gila..?"

"Hei.. Bisakah seseorang membantuku pergi ke altar?" Jin-Woo pun pergi ke altar dengan 2 orang lainnya. Begitu sampai, 3 api mulai menyala.

(Name) tidak menyimak pembicaraan mereka, memutuskan untuk melihat-lihat patung di sekitar. 'Satu.. Dua.. Tiga.. Empat.. Banyak juga ya.' Batinnya.

"Kalian bertiga, cepat ke sini. Api ini akan menyala sesuai jumlah orang yang masuk lingkaran." Ucap Jin-Woo.

3 orang lainnya pun memasuki lingkaran. Terlihat banyak api biru menyala, dan patung-patung dengan senjata mulai bergerak.

(Name) menatap patung-patung itu. "Jin-Woo.. Kurasa ini bukan ide bagus.." Gumamnya.

"Nona Ju-Hee! Jangan tutup matamu! Ini sama seperti game yang kita mainkan sewaktu kecil! Mereka semakin dekat ketika kita mengalihkan pandangan dari mereka! Semuanya! Jangan alihkan pandangan kalian dari patung-patung itu!" Penjelasan Jin-Woo membuat semuanya melihat ke arah patung-patung.

Namun tiba-tiba seorang wanita berteriak dan berlari menuju pintu. Pintu memang sedikit menutup, namun ia berhasil keluar dengan selamat. (Name) menghiraukan perkataan mereka, masih fokus menatap patung-patung. Tak lama, seorang pria juga berlari ke pintu dan selamat. Gadis bermanik (E/c) masih tidak peduli, malah melihat patung-patung itu.

'Title The Regressor.. Bagaimana aku bisa mendapatkan nya? Harus mati dulu, begitu?' Pikirnya.

Hingga akhirnya Pak Kim meninggalkan senjatanya dan berlari keluar. 'Bodoh.. Kepergianmu.. menyebabkan kematian untuk kami!'

1010 kata

Bersambung..

A/N : Ini.. Aneh banget yah? Cerita gaje, banyak typo, bahasa non baku, bahasa kasar, dll. Jangan lupa vote dan ramaikan comment. Nantikan Chapter selanjutnya~

The Regressor (Solo Leveling × Reader)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt