Chapter 52

2K 484 32
                                    

Kyoto..

Jae-Ha yang sedang tertidur di kamarnya mulai merasakan keanehan. Futon miliknya tidak terasa hangat dan empuk, malah cenderung keras dan dingin seperti lantai batu.

Dan benar saja, begitu ia membuka mata, ia sedang tertidur di lantai sebuah ruangan gelap. "Ini dimana..?" Tanyanya setengah sadar, ia menatap sekeliling.

"Kau sudah bangun?" Terdengar suara baritone seorang pria. Jae-Ha menoleh, mendapati seorang pria mirip dengannya namun bermanik emerald duduk di kursi tak jauh dari tempatnya.

Insting bertahan hidupnya langsung aktif, tanpa basa basi ia bangun dan memasang pose siaga. Walaupun dia hanya seorang Hunter rank E, setidaknya ia cukup pintar membela diri. "Dimana ini? Siapa kau? Kenapa aku disini? Apa maumu?" Tanya si pria bermanik biru beruntun.

"Wah, wah, wah, santai kawan. Aku tidak berniat melukaimu kok. Setidaknya, belum." Balas pria itu terkekeh. Pria setengah baya itu menyipitkan mata, curiga dengan sang pria yang lain.

"..." Jae-Ha tidak membalas, ia masih mempertahankan posisinya. Pria itu kembali tertawa melihat Jae-Ha bertingkah seperti tikus yang mencoba melawan seekor singa, 'imut sekali, jadi pengen aku jahili.' Batinnya.

Pria bermanik Emerald itu mulai menjawab pertanyaan Jae-Ha satu persatu. "Sekarang kau berada di ruangan pribadiku. Manusia seperti kalian menyebutnya apa? Dungeon ya? Nah, itu." Jelas pria itu lalu tersenyum miring.

'Hah? Dungeon? Disekitar tempat tinggalnya ada Dungeon? Kenapa tidak ada beritanya? Dungeon seperti ini seharusnya tergolong Dungeon rank atas kan? Berarti pria di depannya ini bukan manusia, tapi seekor monster?' Dan berbagai pikiran mengitari kepala Jae-Ha.

Pria itu tersenyum simpul, menatap Jae-Ha seraya menaikkan dagu, jelas sekali sedang meremehkannya. "Aku juga dulunya manusia kok, jangan terlalu tegang. Kau bisa memanggilku None." Tambah pria itu--None. Si pria bermanik aquamarine mengangkat sebelah alisnya heran.

'Dulunya? Bukankah itu artinya sekarang dia bukan manusia?' Batin Jae-Ha semakin waspada. Melihat itu, None tersenyum ramah.

Seolah bisa membaca pikiran Jae-Ha, None mengangguk polos. "Yup, bisa dibilang begitu. Tapi kau tidak perlu tahu detailnya~" Balas None cekikikan.

None sempat terdiam sejenak. "Kenapa kau disini? Tentu saja karena aku memanggilmu, memangnya apalagi?" Ucap si pria bermanik Emerald yang terdengar seperti pertanyaan. Satu hal yang bisa Jae-Ha pastikan, ia tidak paham dengan jalan pikiran None.

Kini None menyilangkan kedua kakinya, memandang Jae-Ha angkuh. "Aku hanya ingin mengobrol dengan kakaknya ... ku." Ujarnya menyeringai.

"Hm? Tadi Oppa bilang apa? Aku gak paham apa yang Oppa bicarakan." Potong (Name) ketika menyimak cerita sang kakak.

Jae-Ha yang sudah mabuk menoleh pada si bungsu. "Dia bilang.. kakaknya ... ku." Ia kembali berbicara tidak jelas.

"Hah?" Raut wajah (Name) mulai tidak bersahabat.

"Hehe." Khas orang mabuk, Jae-Ha mulai tertawa pelan. (Name) memijit pangkal hidungnya.

Ini salah satu alasan kenapa ia jarang berbincang serius dengan Jae-Ha, karena harus melibatkan alkohol agar pria itu menceritakan semuanya. Dan jika sang pria setengah baya sudah mabuk, akan semakin sulit berbincang dengannya.

Walaupun ia sudah memakai Skill Eyes of Judgement, tidak banyak hal yang bisa ia peroleh, malah skill itu semakin membuatnya pusing. 'Pengen aku pukul tapi dia kakak ku.. Walaupun bukan sedarah sih, tetap saja tidak boleh (Name).' Batinnya.

"..." Suara Jae-Ha tak lagi terdengar. Apa mungkin dia tertidur? (Name) menghela nafas lelah, sepertinya memang tidak ada jalan lain lagi.

"Hyung." Panggil (Name).

"..." Tak ada balasan.

"Aniki."

"..."

"Nii-san."

"..."

"Onii-san."

"..."

"Nii-chan."

"..."

"Onii-chan."

"... Nani?" 'Akhirnya dibalas juga.' Batin (Name) sweatdrop.

"Jadi dia bilang apa?" Tanyanya menatap sang kakak yang sudah mabuk.

Pria setengah baya itu menoleh, lalu tetawa kecil. "Dia bilang.." Belum sempat Jae-Ha menyelesaikan kata-katanya, pria berambut gelap itu malah jatuh tertidur efek mabuk.

(Name) mendengus kecil. Sepertinya hanya sampai sini dia bisa mendapatkan informasi dari Jae-Ha. Dengan skill Ventus Mastery, gadis itu mengangkat putra sulung lalu memindahkannya ke ruangan sang kakak.

Setelah selesai, (Name) kembali duduk di sofa, mengambil kaleng bir, lalu memikirkan perkataan Jae-Ha sebelumnya. 'Dia sampai jauh-jauh kemari untuk memberitahukan bahwa ia bertemu dengan orang dari Dungeon.. Untuk orang yang tidak pulang ke Korea selama beberapa tahun, tentu saja ini aneh.'

'Kalau yang kakak katakan itu benar, artinya si None ini tahu tentang hubunganku dengan Jae-Ha. Kemungkinan besar dia mencariku, tapi untuk apa? Apa alasan dia melakukan ini? Dan jika tidak, itu berarti Jae-Ha sendiri yang berniat kemari. Tapi kenapa? Aku juga tidak mengetahui motif kakak.' (Name) sedikit menggoyangkan kaleng bir yang dia minum sebelumnya, memikirkan apapun kemungkinan yang terjadi.

'Bisa saja karena aku lama tidak bertemu, mana Jae-Ha jadi sedikit berubah dari yang ku tahu--atau mungkin karena aku jadi lebih sensitif--intinya, aku merasa ada yang aneh pada kakak. Aku tidak bisa mengecek kebenaran ceritanya juga, mengingat aku tidak punya detektor kebohongan--walau aku punya skill yang mirip, tapi yang ada malah bikin aku pusing.'

'Yah, aku memang sudah menduga hal ini akan terjadi sih.. Jae-Ha dan aku termasuk variabel yang tidak seharusnya berada disini, jadi tidak heran kalau alur novel ini mulai berubah.' Gadis itu kembali meneguk bir bagai air, setidaknya dia tidak perlu khawatir akan mabuk, mengingat Buff miliknya akan menetralkannya.

'Dan notifikasi ini.. Aku tidak bisa sepenuhnya bilang kalau notifikasi ini membantu atau tidak.' (Name) pun mengecek notifikasi (F/c) yang dimaksud.

[Warning! The Readers telah terdeteksi dalam radius 100km]
[Berhati-hati dengan The Reader]

"Radius 100km.. Jangkauannya luas juga." Komentarnya lalu menguap, sepertinya rasa kantuk (Name) kembali menyerang. Ia bahkan mencoba bertanya dengan Dewa dan Dewi juga The Readers.

[The Element's God menatap ke arah lain.]
[The Sword's God hanya mengangkat bahu.]
[The Healing's God menggelengkan kepalanya, tidak bisa membantu anda.]
[The Torture's Goddess penasaran tentang Reader di tempat anda.]
[The Readers mengatakan bahwa mereka tidak bisa memberikan informasi.]

'...' "Gak guna, bangsat." Tanpa sadar ia menukar isi hati dan perkataannya, yang membuat notifikasi itu kembali bermunculan--mereka merasa direndahkan. Notifikasi chat(?) (F/c) juga tidak membantu, sehingga ia memutuskan untuk menutup notifikasi itu. (Name) berjalan pelan menuju kamar, namun ia membatalkan niatnya karena suara dengkuran keras dari kamar sebelah.

'Jae-Ha.. Kebiasaan mendengkurnya masih ada ya.' Gadis itu menghela nafas lelah sembari mengeluarkan sebuah kunci dari sakunya. "Kurasa tidak ada pilihan lain." Monolognya.

Bersambung..

1001 kata

A/N : Yah.. Masalah lagi, masalah lagi_- Dahla. Ehem, oke. Seperti biasa ini gaje, banyak typo, bahasa non baku, bahasa kasar, dsb. Jangan lupa vote dan comments yah, nantikan kelanjutannya minggu depan~

The Regressor (Solo Leveling × Reader)Where stories live. Discover now