15. Bunda

162 12 0
                                    

Saat diberitahukan Darmi kalau ada tamu, Lisa langsung ke bawah untuk menghampirinya. Ia melihat wanita paruh baya yang masih terlihat cantik duduk di sana.

"Permisi, Tante. Tante cari saya?" tanya Lisa saat ia sudah duduk di sofa yang satunya.

"Lisa?" tanya wanita paruh baya itu kepada Lisa yang duduk di sofa sampingnya.

"Iya, Tante."

Wanita paru baya itu mengulurkan tangannya. "Kenalin. Nama Tante, Mita. Bundanya Dista."

Lisa menyambut uluran tangannya. "Lisa, Tante."

Bundanya Dista mau ngapain kesini? Apa jangan-jangan gue disuruh jauhin anaknya kayak disinetron-sinetron biasanya? Duh, gue belum siap kalau disuruh ngejauhin Dista, batin Lisa.

Lisa berusah menepis pikiran negatifnya. "Iya, Tante, ada apa, ya? Apa ada yang bisa Lisa bantu?"

"Masa ya, Lis, Dista mau ngajak ketemuan sama kamu sampai sekarang nggak kesampaian, jadi yaudah tante ke sini sendiri. Terus dengar kamu sakit, nekat Tante ke sini sendiri buat jengukin kamu," jelas Mita dengan senyuman yang merekah menghiasi wajahnya.

Lisa mengerutkan dahinya bingung. "Dista mau ngajak ketemuan Tante sama Lisa?"

"Iya, katanya mau kenalin Bunda sama pacarnya."

"Tante tahu kalau Lisa pacarnya Dista?" tanya Lisa dengan polosnya.

"Iya, tahulah. Dista itu kalau ada waktu luang pasti cerita sama Tante, dan pasti ceritanya itu tentang kamu," cerita Mita dengan penuh senyuman dimukanya.

Lisa merasa malu apa yang dikatakan oleh Mita.

"Oh, iya, kamu jangan panggil Tante. Panggil Bunda aja," lanjut Mita.

"Eh, iya, Tan- Bunda maksudnya." Lisa tersenyum kikuk.

"Kamu keadaanya sekarang gimana?"

"Udah sehat, kok, Bun."

"Kamu sakit apa?"

"Kemarin malam Lisa merasa badannya lemas sama pusing aja."

"Tapi sekarang udah nggak pa-pa kan?"

"Udah enggak pa-pa kok, Bunda."

"Dista ada ke sini? Soalnya Bunda dari kemarin nggak ada ketemu sama dia, dia pulangnya malam banget."

"Pagi kemarin aja, terus Bunda tahu darimana rumah Lisa? Ke sini sama siapa?"

"Bunda kalau bersangkutan tentang anak, gampang cari tahunya. Bunda kesini sama supir."

Mita mengeluarkan sebuah toples yang berisi salad sayur dari paperbag. "Oh, iya. Ini bunda ada bawain kamu salad sayur. Dista sempat chat bunda pagi kemarin, dia bilang kalau pacarnya lagi sakit, kalau tubuh kamu lagi kekurangan cairan. Nah, kalau kekurangan cairan gitu kamu harus banyak makan sayur-sayuran, buah-buahan, sama minum air putih yang banyak."

"Terima kasih Bunda. Ntar, Lisa cobain, ya,"

"Sekarang aja, di dalam toplesnya udah ada sendoknya, kok."

Lisa mengangguk. Ia mengambil toples yang berisi salad sayur itu yang ada di meja. "Enak banget, Bunda. Bunda beli di mana?" tanyanya setelah menelan makanan pada suapan pertamanya.

"Bunda buat sendiri. Lisa suka? Kalau suka, entar bunda buatin lagi, dan kamu juga harus nyoba masakan bunda yang lain."

"Suka banget, masakan Bunda enak," ujar Lisa dengan berbinar-binar.

Lisa merasa Mita seorang ibu yang penuh kasih sayang dan penuh perhatian pada anaknya. Awalnya ia merasa malu-malu, tetapi semakin ke sini ia semakin santai berbicara dengan Mita. Ia juga merasa nyambung saat berbicara bersama Mita.

PersistWhere stories live. Discover now