11. Tidak Bisa Digambarkan

267 26 4
                                    

Informasi agar tidak bingung dalam alurnya!

Jadi chapter 1 sampai chapter 10 itu menceritakan kilas balik atau flashback awal pertemuan Dista dan Lisa, dan gimana perjalanan mereka awal-awal kenal. Dan awal-awal chapter 11 ini suasana mereka saat mengingat kilas balik itu, guys...

Enjoyyy...

-----

"Mungkin, kalau dulu itu aku nggak cepat menyadari perasaanku sendiri, aku benar-benar nyesal, Dis. Apalagi waktu lihat rekaman dari Dion yang waktu kamu peringatin Rara. Aku benar-benar nggak nyangka kamu lakuin itu," kata Lisa dengan pandangan lurusnya menatap hamparan laut, dan senja yang sudah menampakkan sinarnya yang indah.

Duduk di atas pasir yang halus di pinggiran pantai dengan pemandangan senja yang indah, dan mengingat kembali kejadian-kejadian dari awal mereka bertemu. Dari awal Dista memperjuangkannya, sampai akhirnya Lisa dapat membuka hatinya, dan menerima sepenuhnya Dista sebagai pacarnya.

Ya, itu semua adalah kilas balik kisah mereka berdua sejak memasuki SMA Angkasa, dan dari sana juga mereka dipertemukan. Kejadian yang sudah mereka lalui bersama selama hampir tiga tahun ini.

"Kamu tahu sendiri aku orangnya nggak suka ladenin masalah spele, tapi kalau itu udah benar-benar mengganggu, aku nggak akan diam, Lis."

"Apalagi kamu salahin diri kamu sendiri karena orang yang nggak kita kenal, dan mengganggu hubungan kita," lanjut Dista dengan pandangan yang sama seperti Lisa. Menatap lurus ke depan menikmati indahnya senja.

Lisa menoleh ke arah Dista yang berada di sampingnya. "Pernah nggak waktu dulu itu capek sama perjuangan kamu sendiri buat dapatin aku?"

Dista mengangguk, kemudian menatap Lisa. "Pernah. Kayaknya waktu kita berantem itu aku udah bilang. Terus, besoknya aku nggak ada kabar selama satu minggu 'kan?"

Lisa mengangguk karena ia masih ingat jelas kejadian tersebut.

"Di situ aku coba alihin semua perhatian aku yang menyangkut tentang kamu, dan bertepatan juga waktu itu aku ada kerjaan yang ditugasin ayah buat selesain masalah dengan klien. Walaupun aku sibuk, tapi aku masih kepikiran tentang kamu. Aku coba buat turutin permintaan kamu buat udahin semuanya. Sayangnya aku nggak bisa."

Lisa memeluk Dista dari samping dan membuat Dista merangkulnya. "Sayang banget sama Tuan pemaksa," kata Lisa.

"I know that," ujar Dista sambil mengusap-usap lengan Lisa yang ia rangkul.

Lisa yang masih memeluk Dista mendongakkan kepalanya memandang Dista dari bawah. "Oh, iya, Dis. Kamu selama kelas XII ini udah jarang banget, ya, sibuk sama urusan kantor ayah kamu? Dan benar-benar berhenti jadi model?"

"Kan aku udah berhenti jadi model waktu naik ke kelas XI karena fokus sama urusan kantor ayah. Itu benar-benar berhenti, bukan sekedar vakum. Terus kalau masalah kantor, ayah nyuruh aku buat fokus ujian dulu selama kelas XII ini, makanya udah jarang," jelas Dista.

Saat langit senja sudah tergantikan dengan langit malam, Dista mengajak Lisa untuk beranjak meninggalkan pantai tersebut, dan mengantar Lisa pulang.

"Bentar," kata Dista yang tidak jadi menjalankan mobilnya saat handphone-nya bergetar.

"Samperin jam delapan di Bee cafe," ucapnya pada orang di seberang sana, dan setelah itu panggilan terputus.

"Andra?" tebak Lisa.

Dista mengangguk sambil menjalankan mobilnya yang tertunda tadi. "Kayaknya Bang Raka tahu, cuman dia tutupin semuanya karena abang Dhira benar-benar nggak ingin ada yang mengetahui mereka pergi kemana."

PersistWhere stories live. Discover now