33. Listen to Me

43 3 0
                                    

"Dista brengsek!" ucap Lisa berulang-ulang demi melampiaskan rasa sakit hatinya.

Ia berusaha tidak percaya apa yang dikatakan perempuan tersebut, tapi adanya bukti yang memang menunjukkan kenyataan seperti itu. Ia tidak bisa mengelak.

Lisa mengambil handphone-nya, lalu memblokir semua sosial media Dista. Setelah memblokir semuanya, sangat disayangkan buat Lisa, niatnya ia tidak ingin lagi mengetahui semua tentang Dista, tetapi disalah satu sosial media, ia mendapati beranda dengan nama Dista yang menjadi trending topik, lalu ada juga postingan video semalam yang menunjukkan Dista sedang mengadakan konferensi pers.

"Freano Corporation sepenuhnya ada ditangan saya dan saudara saya, Raka Freano. Sehingga, tertangkapnya Wijaya Felixio tidak akan mempengaruhi dan menghambat jalannya Freano Corporation. Freano Corporation akan berjalan sebagaimana mestinya. Bahkan nantinya Freano Corporation akan terus mengembangangkan ekspansi yang ada dan akan terus menciptakan ekspansi-ekspansi baru yang selalu menguntungkan pihak investor dan pihak terkait lainnya yang bekerja sama...," tutur Dista dalam video tersebut, tetapi belum selesai videonya, Lisa segera kembali mematikan handphone-nya.

"Sakit, Dis! Sakit! Lo jahat! Jahat!" rintih Lisa dengan derai air mata yang terus mengalir seharian ini. Faktor lelah menangis, tanpa sadar Lisa tertidur, hal ini juga disebabkan semalaman Lisa tidak dapat tertidur dengan nyaman.

Tok... Tok... Tok...

Ketukan pintu membangunkan tidur Lisa yang sudah lumayan cukup lama. Ia mengumpulkan nyawanya sebentar lalu beranjak dari tempat tidur untuk membukakan pintu.

Saat pintu setengah terbuka, ia langsung melihat siapa yang mengetuk pintunya tadi, bergegas ia kembali menutup pintu, tapi sayangnya gerakan Lisa kalah cepat dengan Dista yang langsung menahan.

"Pergi! Gue muak lihat lo!" ujar Lisa dengan nada datarnya.

"Dengarin aku dulu, Lis. Semuanya salah paham," ucap Dista meyakinkan.

"BRENGSEK! SALAH PAHAM APA HAH?! FOTO ITU UDAH JELAS NUNJUKIN LO TIDUR SAMA ITU CEWEK!" ujar Lisa emosi.

"Semuanya direkayasa, Lis!"

"Pembohong! Pergi! Gue udah gak mau lihat lo lagi!" Lisa berusaha menutup pintu kamarnya sekuat tenaga, tetapi tetap saja tidak setara dengan kuatnya Dista menahan.

Dista menarik Lisa ke dalam pelukannya, tentu hal tersebut Lisa sangat memberontak. "Listen to me, Lis!" ucap Dista sambil mengeratkan pelukannya, karena Lisa membabi buta memukuli dadanya.

"Brengsek lo, Dista! Brengsek! Bedebah!" umpat Lisa dengan pukulan lemahnya didada Dista, setelah itu kesadarannya hilang. Hal itu langsung disadari Dista dan langsung mengangkat tubuh Lisa keranjangnya. Setelah itu Dista bergegas ke bawah memberitahu Darmi untuk segera menelpon dokter.

Saat Dista kembali ke kamar Lisa, ia duduk di samping Lisa berbaring sambil mengusap lembut rambut Lisa dan memandangi Lisa.

"Maaf, Lis," monolog Dista merasa bersalah, karena membuat Lisa seperti ini. Dista juga sangat yakin dengan kekasihnya ini sejak kejadian kemarin selalu menangis. Dapat dilihat dari mata Lisa yang memerah dan bengkak.

"Permisi, Lisa akan saya cek terlebih dahulu," ucap dokter yang baru saja masuk ke kamar Lisa dengan diiringi Darmi di belakangnya.

Dista berdiri di samping Darmi untuk memberikan ruang kepada dokter yang sedang memeriksa keadaan Lisa. Tidak membutuhkan waktu lama untuk pemeriksaan.

"Tidak ada yang perlu di khawatirkan, Lisa hanya kecapekan saja," ujar dokter yang memang menjadi dokter khusus untuk keluarga Abqary. "Semisalkan nanti Lisa demam, berikan saja obat demam seperti biasa, Bi," lanjut dokternya.

PersistWhere stories live. Discover now