32. Runyam

44 3 6
                                    

Membosankan menunggu pengumuman kelulusan perkuliahan pikir Lisa. Tapi, mau gimana lagi. Mungkin, hanya ia saja yang tidak terlalu banyak memiliki aktivitas sehingga merasakan bosan seperti ini. Mau berteman, temannya yang paling dekat sudah meninggalkan Indonesia, pacarnya sekarang sangat disibukkan dengan berbagai macam hal pekerjaan.

Huft... helaan nafas kasar Lisa

Lisa sangat berharap Dista menghubunginya hari ini, karena semenjak setelah mereka nonton konser beberapa hari lalu Dista hanya meninggalkan pesan bahwa ia bakalan sibuk lagi beberapa hari kedepan, dan belum tahu sampai kapan, tetapi ia seberusaha mungkin untuk menyempatkan memberi kabar kepada Lisa.

Tok... tok... tok...

Adanya ketukan pintu kamar, Lisa bergegas beranjak dari kasur untuk membukakan pintu kamarnya.

"Ini, Non, ada paket," ujar Darmi saat Lisa membukakan pintu.

"Dari siapa, Bi?"

"Nggak ada nama pengirimnya, Non."

"Makasih, Bi."

"Sama-sama, Non. Kalau begitu Bibi balik ke bawah dulu," ujar Darmi yang diangguki Lisa, lalu Lisa kembali menutup kamarnya.

Saat Lisa membuka paket tersebut, ia langsung syok, badannya langsung kaku, sama sekali tidak bisa digerakkan. Sampai akhirnya badannya merosot jatuh dari kursi belajar. Otaknya berusaha menyangkal apa yang ia lihat dari foto tersebut. Tapi, apa lagi yang bisa ia kelakan, karena foto tersebut sudah cukup kuat untuk menunjukkan bukti kalau memang seperti itu adanya.

Ting...

Satu pesan masuk dari handphone Lisa. Ia berusaha menguatkan kembali dirinya, lalu menuju kasur untuk mengetahui notifikasi dari siapa dan membaca pesan tersebut. Satu pesan dari nomor yang tidak di kenal.

Sudah menerima paket dari gue? Temui gue di Cafe Nineteas sekarang kalau mau kejelasan lebih lengkap.

Tentu hal itu dituruti Lisa, karena ia perlu kejelasan yang sebenarnya apa yang sudah terjadi dalam foto tersebut. Tanpa pikir panjang ia langsung meminta Pak Budi untuk mengantarnya ke tempat yang dimaksud. Kurang lebih 45 menit untuk sampai di Cafe tersebut, notifikasi dari nomor tadi mengirimkan pesan kembali kepadanya.

Table 27

Lisa mengayunkan kakinya ke meja yang sesuai pesan tersebut. Terdapat seorang perempuan yang cantik, dan perempuan tersebut juga sama seperti yang ada di foto pada paket yang ia terima tadi.

"Grace," ucap perempuan itu sambil mengulurkan tangannya kepada Lisa.

"Lisa," ujar Lisa tanpa menyambut uluran tangan Grace.

Grace kembali menarik uluran tangannya. "Mungkin to the point aja yang lo mau," ujar Grace. Lalu, Grace meletakkan surat keterangan dokter dan sebuah testpeck di atas meja. Lisa melihat hal tersebut sama sekali tidak menyentuhnya. Lisa hanya diam menunggu lanjutan pernyataan Grace.

"Seperti testpeck yang lo lihat, gue positif hamil anak Dista. Udah kuatkan buktinya, foto yang gue kirim, testpeck, dan surat dari dokter. Umurnya udah 3 minggu," jelas Grace.

"Gue harap setelah ini lo ngerti," ujar Grace. "Iya Dista kerja, tapi sehabis kerja dia balik ke gue."

Sudah tidak bisa digambarkan lagi bagaimana sakitnya hati Lisa, ia menahan agar air mata tidak turun begitu saja. Lidahnya pun kelu untuk berucap. Ia tidak percaya Dista seperti itu, tapi bukti sudah jelas di depan mata.

"Saya ngerti harus apa. Saya pamit," ucap Lisa lalu ia mengambil bukti testpeck dan surat dokter tersebut dari atas meja, dan beranjak meninggalkan Cafe tersebut.

Persistजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें