[ zwei ]

22.5K 6K 6.9K
                                    

"Kenapa dia masih hidup?!"

Seongmin tak habis pikir, bagaimana mungkin orang yang sudah tiada tiga tahun lalu hidup lagi dan membawa pasukan ke sekolah. Ini mengerikan, firasatnya benar-benar buruk.

"Ayo ke lapangan, kita liat dia dan pasukannya mau ngapain," ajak Doyoung bersiap mengantongi pisau lipat. Bukan, dia bukan hunter.

"Ya udah sana, gue mau rebahan santai disini," kata Taeyoung membalas ajakan Doyoung sambil membaringkan diri di lantai, ada bantal dan selimut juga.

"Lo gila ya?! Nanti kalau beneran dibunuh gimana?!" Pekik Seongmin menarik tangan Taeyoung agar bangun.

"Gue bisa pergi ke dunia bawah, emangnya siapa yang berani kesana? Gak ada," balas Taeyoung santai, menepis tangan Seongmin lalu memejamkan mata. "Udah ya, gue mau tidur. Kalau ada yang cari, bilang aja gue lagi nyamar jadi jengkol di kantin."

Intak yang sejak tadi menunggu di pintu gregetan sendiri. "Ayo cepet, mulai sepi nih!"

"Ck, kalau lo mati awas aja ya," decak Seongmin menunjuk Taeyoung sebelum ditarik paksa sama Doyoung dan Intak menuju lapangan.

Tidak tahu saja kalau Taeyoung cekikikan sendirian, kalau sepi begini kan dia bisa mengirim sinyal bahaya ke Pangeran Yoshi.

Kembali lagi ke tiga anak muda ini, mereka bergabung ke barisan paling belakang seraya menghadap ke depan. Ternyata benar, mereka ada disana, berdiri di dekat podium dengan wajah datarnya.

Macam menahan buang air besar saja.

"Jeongwoo, mereka dateng dari mana?" Tanya Doyoung ke siswa di sampingnya, kebetulan dia berbaris di samping anak kelas satu, kelas temannya.

Jeongwoo celingukan sebentar, lalu berbisik, "Jadi gini, tadi kan pentas seni mau dilanjutin. Tiba-tiba muncul portal hitam di tengah lapangan, muncul deh tuh makhluk-makhluk durjana. Panggungnya aja dibakar sama mereka, anarkis banget gak sih? Kalau demo gue yakin mereka yang paling heboh."

Orang di samping Jeongwoo refleks menggeplak pundak pemuda itu. "Kalau ngomong jangan keras-keras gitu napa, takut nih!"

"Wahai Jinwoo ku tersayang, tapi bohong. Suara gue kecil gini kok, volumenya udah disetting paling rendah."

Iya kecil, saking kecilnya suara Jeongwoo bisa membuat semua orang yang ada disana menoleh ke arahnya. Sungguh, Jeongwoo tidak ada takut-takutnya.

"Hoi, itu yang di belakang. Udah ngobrolnya? Gue mau ngomong gak jadi mulu dari tadi, pegel nih berdiri terus!" Seru Sunwoo dari depan barisan siswa.

"Kalau pegel ya duduk. Di samping lo ada kursi, punya mata kok gak dipake," julid seseorang tiba-tiba, suaranya keras pula.

"Sst, lo kalau ngomong dijaga napa, Won," tegur kakak kelasnya panik sendiri.

Seongmin sih sudah tidak heran lagi dengan vampire bermulut pedas itu, sudah biasa terdengar setiap hari.

"Seongmin," panggil Intak. "Lo butuh obat gak? Takut ada yang berdarah."

Seongmin menggeleng. "Gak perlu, gue bukan oni yang gampang kepancing sama darah."

"Woi! Gue mau ngomong nih! Bisa diem dulu gak?! Itu lagi, yang makan roti gak mau bagi-bagi?! Gue juga mau kali!" Seru Sunwoo emosi.

Dohyon langsung ciut dan buang rotinya, sayang banget... mending buat aku aja.

"Mulai aja napa sih, kesel gue," cibir Sungchan bersedekap dada.

"Ck, ini mau mulai!" Sembur Sunwoo makin emosi. Setelah meredakan emosinya yang hampir meluap, dia lanjut berbicara.

"Kalian pasti bingung kan kenapa gue masih hidup? Kalian pasti bingung juga kenapa kita dateng kesini, itu karena kita mau kalian tunduk sama kita demi kenyamanan bersama."

Junho terkekeh geli melihat reaksi orang-orang yang tampak terkejut dan tak suka, tapi mereka bisa apa? Tidak bisa melakukan apapun, dia dan yang lain memegang kendali penuh sekarang.

"Ada untungnya juga ya sekitar sekolah hutan, makin gampang gue jalanin semua."

Ingin rasanya Jeongwoo menimpuk Sunwoo pakai sepatu, tapi dia tidak berani.

"Ada yang berani lawan mereka gak sih? Kok diem semua," bisik Jinwoo pelan-pelan karena takut terdengar.

Dari sebelah Jeongwoo, Intak menjawab, "ada aja, tapi orangnya lagi gak disini."

"Siapa memangnya?"

"Ya trio iblis itu lah, siapa lagi," jawab Doyoung ikut-ikutan.

Jinwoo ber-oh ria, dia baru ingat ada tiga iblis bermulut nyablak macam petasan. Sayang sekali orangnya tidak ada disini, coba kalau ada. Akan ada debat kali.

"Nah, gue gak mau basa-basi lagi. Pak Siwon kw ini gak bakal atur sekolah lagi, gue gantinya. Kalian wajib turutin semua yang kita mau, tanpa terkecuali. Ada yang keberatan?"

"Kak, saya mau tanya!"

Sunwoo mengernyitkan keningnya. "Tanya apaan?"

"Kalau kita berontak boleh gak?" Oh, ternyata si Sungwon.

"Boleh aja, tapi kalian bakal dibunuh."

Sungwon terkikik geli. "Yah, cemen. Lo mau bunuh yang berontak karena takut gagalin keinginan lo ya?"

"Apa lo bilang?!"

"Sabar. Dia keturunan Demeter, cukup berguna buat kita," bisik Sungchan mencegah Sunwoo agar tidak marah.

Sunwoo mengambil nafas dalam-dalam, lalu tak membuangnya, gak.

Dia hembuskan nafas perlahan, menatap tajam semua orang di depannya. "Sekolah ini ditutupi dinding transparan dari sihir, gak ada yang bisa keluar dari sini. Yang protes..."

"ARGH!"

Sunwoo menyeringai. "...bakal dibunuh kayak dia. Paham?"

Semua terdiam, tak ada yang berani melawan. Siswa laki-laki dari kelas khusus yang dibunuh barusan membuktikan kalau Sunwoo tidak main-main dengan ucapannya.

Mereka bisa saja melawan, namun jumlah musuh jauh lebih banyak dari mereka. Belum lagi dementor yang beterbangan di atas atap sekolah.

Doyoung mendecih, dia tidak suka diatur-atur paksa begini. Lihat saja nanti, dia pasti bisa keluar dari sekolah dan membalas apa yang telah mereka perbuat.

"Apa yang harus kita lakuin sekarang?" Gumam Jeongwoo berpasrah diri.

Seongmin menjentikkan jarinya. "Gue tau, penyihir biasa masih dibawah keturunan Hecate, kan? Minta tolong aja ke Kangmin untuk rusak dinding sihir itu, kita keluar cari bantuan."

"Habis itu?"

"Kita balik kesini dan selamatin semua orang."

"Itu sama aja kibarin bendera perang."

"Ya emang," balas Seongmin santai. "Cara baik-baik gak bisa, terpaksa harus perang."

Jinwoo bergidik, memang ya, oni jiwa haus darahnya mengerikan. Seperti keturunan Ares saja.












Ini gak bakal langsung
perang ya, masa baru
awal langsung perang :")

Spoiler : TBoTW ini bukan
seri terakhir, yang artinya... :)

The Beginning of The War | 03 & 04 Line ✓Where stories live. Discover now