[ sechzehn ]

16.9K 5.4K 3.6K
                                    

"Wow, gue gak nyangka..."

Itu kalimat pertama yang keluar dari mulut Haruto begitu tiba di rumah─ dengan pelindung sihir di luar ─setelah berjalan kurang lebih lima menit melewati jalan rahasia bawah tanah.

Win disambut rangkulan hangat oleh Junseo dan langsung dibawa ke dapur untuk dijelaskan sesuatu. Sementara Haruto berada di ruang tengah bersama Jaehyuk dan kakak kelasnya yang asik makan es buah, kalau tidak salah sih namanya Woonggi.

"Jadi ini tempat yang dimaksud Kak Taehyun di surat itu?"

Jaehyuk mengangguk menjawab pertanyaan Haruto. "Ho'oh. Beruntung lo yang temuin suratnya, kalau orang lain bisa gawat."

"Tapi bukan gue yang baca."

"Loh, terus?!"

"Kak Kangmin, keturunan Hecate."

Mendengar kata Hecate, Junseo melongokan kepalanya dari balik dinding. "Oh ya? Orangnya kok gak ikut?"

Woonggi berhenti makan es buahnya, menatap Haruto dengan tatapan sendu. "Turut berduka ya..."

"HAH?! D-DIA UDAH..."

"Iya Kak Junseo, dia dibunuh cyclops. Gue berhutang sama dia, karena dia gue dan yang lain bisa keluar dari sekolah," ujar Haruto lesu. Setelah itu, dia menatap Woonggi. "Turut berduka juga atas kematian saudara sekaum lo."

"Padahal kita butuh banget penyihir untuk lawan mereka," kata Jaehyuk mendadak tak bersemangat.

"Kita bisa menang walaupun jumlah penyihir sedikit, asal ada taktik dan gerakan yang mulus," ucap seseorang yang tiba-tiba keluar dari dalam kamar mandi.

"Loh, ada Kak Yedam juga!" Pekik Haruto terkejut.

Jaehyuk langsung menggeplak punggung Haruto. "Kan tadi gue udah bilang... capek gue ngomong sama lo."

Haruto mencibir. "Ya maaf, gue kan pelupa. Emang siapa aja yang ada disini?"

Jaehyuk membuang nafas kesal. "Gue, Junseo, Guanlin, sama Taehyun. Kalau Woonggi sama Jerome main doang, namanya juga orang gabut."

"Kak, gue bakar ya lo," ancam Woonggi dengan tatapan tajam. Jaehyuk langsung ciut, ini iblis lagi pada sensitif ternyata.

"Cuma kalian yang berniat lawan Kak Sunwoo dan anak buahnya?" Tanya Haruto mulai serius.

"Bukan cuma kita," jawab Jerome datar, datang membawa selembar kertas kotor, surat yang tadi.

"Terus?"

"Di Barat gak jauh dari sekolah ada rumah kecil kayak gini juga. Disana tempat gue, Woonggi, Asahi, sama Sunghoon."

"Kak Guanlin sama Kak Taehyun kemana?"

"Mereka lagi urus dua vampire yang luka-luka, kayaknya temen lo."

Haruto mendelik. "Mukanya imut semua gak?!"

"Iy-"

"KOK MEREKA BISA DISINI?! LO CULIK YA?!"

"KALAU NGOMONG DIJAGA NJING! NGAPAIN GUE CULIK VAMPIRE?!"

Nah kan, ngamuk Jeromenya.



















































"Perang yang sebenernya bakal terjadi... dan Kak Sunwoo siapin pasukan?"

"Dominan penyihir, iblis, dan vampire. Kaum werewolf dan lain-lain kebanyakan nolak, tapi ada juga yang mau."

Win jadi ragu apakah mereka bisa menang. "Walaupun ada Kak Guanlin dan Kak Taehyun, kubu musuh pasti punya banyak strategi licik. Mereka bebas gunain sihir, jarak jauh maupun jarak dekat. Lo yakin kita bisa menang?"

Junseo mengetuk-ngetuk meja dengan senyum penuh arti. "Menurut lo gimana?"

"Kalah?"

"Astaga Win, lo serius mikir kita kalah? Pesimis amat," celetuk Junseo terkekeh geli. "Walaupun kita kalah jumlah, gue yakin kita bakal menang. Denger-denger sih... nanti ada bantuan."

"Hah?"

"Gue juga kurang tau pasti... tapi gue yakin kita bakal menang, kita semua orang-orang kuar dan gak gampang nyerah gitu aja. Kubu kita lebih beragam, kubu kita gak mencakup satu identitas aja. Itu salah satu kelebihan kita."

Win mengernyit. "Salah satu? Itu yang pertama atau kedua atau ke berapa?"

"Itu kelebihan kita yang ke berapa ya... lupa wkwk."

"Apa yang pertama?" Tanya Win to the point.

Junseo tersenyum, menunjuk foto yang tergantung di dinding, di samping kulkas. "Itu foto angkatan tahun 2002, lo bisa liat sendiri."

"Gue tau, itu ada di sekolah," kata Win masih tak paham.

Junseo mengarahkan tangan kanannya kesana, mengayunkan tangannya lalu menjentikkan jarinya. Setelah itu, salah satu siswa di foto tersebut bercahaya, disusul tulisan di atasnya.

"Kita punya dia, dia bakal ikut serta dalam perang, tapi tetep aja kita gak boleh bergantung sama dia."

Win menganga. Dia tahu siapa orang itu, dia baru ingat.

Bagaimana mungkin dia lupa kalau ada malaikat setengah guardian di kubunya.
































































BRAK!






"EH AYAM AYAM MAKAN GAJAH!" Latah Jerome kaget sampai terjungkal dari sofa.

"Woi! Siapa yang buka pintu─ e-eh Kak Asahi, kenapa kak?" Yedam yang tadinya ingin marah langsung tidak jadi setelah melihat siapa yang membanting pintu sekuat itu sampai pintunya hampir lepas.

Pasalnya, vampire yang satu itu tidak seperti biasanya. Rambutnya berantakan, kulitnya sepucat salju, pakaiannya kotor dan robek di beberapa bagian, ada darah juga di pakaiannya.

"Lo kenapa, Sa?!" Tanya Jaehyuk kaget, Asahi tidak pernah seperti itu sebelumnya. Woonggi saja sampai melempar mangkuk es buahnya saking kagetnya.

Junseo dan Win serta Guanlin dan Taehyun yang berada di ruangan lain bergegas datang, mereka berempat terlihat cemas.

"Lo... kenapa?" Ini Haruto yang bertanya, dia agak takut sebab Asahi terlihat seram seperti hantu.

"Berita apa yang lo bawa?" Tanya Guanlin dingin, seperti telah memikirkan itu sebelumnya.

Asahi menatap semua orang di depannya bergantian, rasa panik menyelimuti dirinya.

"Bahaya... bahaya."

"Apanya yang bahaya?" Tanya Taehyun berusaha tenang.

Asahi menggeser posisinya dari pintu, membiarkan semua yang di dalam melihat keluar, ke arah langit yang menunjukkan asap hitam pekat berbentuk kepala bertanduk.



















































"Mereka tau, mereka tau kalian disini."

The Beginning of The War | 03 & 04 Line ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang