[ zwölf ]

17.8K 5.6K 6.2K
                                    

"Intak."

"Apa?"

"Lo sering ilang-ilangan, lo kemana?"

Di sela perjalanan menuju gudang sekolah yang katanya tidak terkena sihir, Dohyon bertanya. Mereka kesana karena ingin pergi dengan mantra apparate menggunakan tongkat sihir yang dicuri oleh Intak.

Awalnya Doyoung menolak karena ingin menghabisi Sungchan, tentu saja dilarang Intak dan Dohyon. Mereka cuma bertiga, sementara musuh main kerokan. Eh keroyokan.

Tapi ada satu hal yang mengganjal, Intak sering menghilang dan tiba-tiba muncul sesuka hati. Awalnya Dohyon pikir Intak itu hantu, tapi hantu kan tidak napak.

"Gue masih di tempat yang sama kok..." jawab Intak, mencoba untuk tidak terpecah fokusnya memantau sekitar.

"Lo punya kemampuan teleportasi?" Tanya Doyoung.

Intak diam.

"Gak mungkin seseorang pergi dan hilang dalam waktu cepat, kecuali dia bisa teleportasi," lanjut Doyoung sembari mengasah katananya.

"Lo kan manusia biasa, kok bisa teleportasi?" Tanya Dohyon tak mengerti.

Intak menghela nafasnya, dua orang di depannya memang sulit dihadapi jika ada orang yang menyembunyikan rahasia.

"Gue memang manusia, gue punya kelebihan yaitu teleportasi. Dan gue gak sia-siain kemampuan gue itu."

"Lo time traveller kan?" Tebak Doyoung. Si Intak kaget, ini anak pasti jago tebak-tebakan nih.

"Lebih duluan telur atau ayam?" Tanya Intak tiba-tiba, untuk memastikan apakah dugaannya benar atau tidak.

"Apaan sih, pertanyaan lo bikin emosi," kesal Doyoung.

"Cuma tes aja, habisnya lo bisa tau gue ini time traveller."

"Ck, lo gak bisa teleportasi keluar dari sini?"

"Gak bisa, sihir disini terlalu kuat sampai gak bisa ditembus. Lo liat kan tadi, si Kangmin sampai pucat, makin mirip sama Seongmin."

"Kayak tuyul," celetuk Dohyon yang langsung ditakol kepalanya.

"Gudang sepi kan? Tau-tau ada yang muncul," tanya Doyoung.

"Iya, sepi kayak hati yang baca. Gak kok, gue yakin gudang sepi."

Si Intak memang nih, Doyoung lagi emosian diajak bercanda. Belum aja ditebas katana sama demon slayer itu.

"Eits, mau kemana?"

Dohyon menjerit untuk yang kesekian kalinya karena terkejut. Aish, kenapa orang-orang selalu membuatnya jantungan sih? Apa mereka suka suara lumba-lumbanya?

"Eh eh eh, kalian ngapain halangin jalan?" Tanya Dohyon pada teman-teman sekelasnya.

Salah satu di antaranya maju selangkah, penyihir itu menggenggam tongkat sihir dengan tangan gemetar. Sorot matanya menyiratkan rasa bersalah dan ketakutan.

"M-maaf."

"Oh, jadi kalian mau dijadiin anak buahnya ya?" Doyoung mengangkat katananya, bersiap untuk menghadapi serangan teman-teman Dohyon tersebut. "Minggir, gue janji bakal bawa kemenangan buat kita semua."

"Gak ada yang bisa kita lakuin sekarang, semuanya bakal mati kalau gak mau nurut!"

"Heh bocah, emang lo peramal bisa tebak masa depan?"

"Bukan saya yang ngeramal, tapi temen saya."

Doyoung bungkam.

"Tapi ramalan bisa diubah," timpal Intak menggenggam tangan Doyoung dan Dohyon segera. "Kita janji, kita bakal kalahin mereka."

The Beginning of The War | 03 & 04 Line ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang