[ fünf ]

20.3K 5.8K 3.7K
                                    

Kayaknya gak ada humor untuk sementara waktu, tapi kenapa pas adegan berantem selalu ada lawaknya ya... T_T





Seharusnya Sunoo berburu hewan di hutan untuk mengumpulkan persediaan darah di rumah, tapi sekarang apa, dia disuruh Sungchan membawa semua peralatan di laboratorium ke ruang kepala sekolah.

Ingin melawan, tapi percuma. Dia harus membuat kubu yang kuat terlebih dahulu, setelah itu menyusun rencana. Kalau menyerang tanpa persiapan sama saja mati konyol.

Sekarang dia berjalan kembali ke kelasnya. Tidak deh, lebih tepatnya ke pohon di samping kelasnya, tempat dia tidur malam ini.

Daripada tidur dengan teman-teman sekelasnya yang berbeda jenis, lebih baik tidur sendiri. Tidak ada yang tahu siapa yang jahat siapa yang tidak.

Tapi sepertinya, pohon incaranya sudah ditempati seseorang.

"Doyoung, lo ngapain gelantungan disitu? Posisi kepala di bawah... mau jadi kelelawar?"

Yang ditanya mengisyaratkan untuk diam dengan jari telunjuknya. Matanya melirik kesana kemari, sepertinya dia sedang fokus melakukan sesuatu.

"Lo mau bunuh orang ya?" Tanya Sunoo tepat sasaran.

"Bukan orang, tapi iblis," ralat Doyoung melompat turun dari pohon dengan posisi sempurna. "Di sekolah ini ada tiga jenis iblis. Iblis biasa, oni, dan ghoul. Coba tebak, gue mau bunuh yang mana?"

Sunoo tampak berpikir, lalu menjentikkan jarinya. "Pasti oni, di film demon slayer itu bunuh oni."

"Bukan." Doyoung mengeluarkan pedang dari tempatnya, mengangkatnya tinggi hingga bersinar karena terkena pantulan cahaya lampu. "Jangan bilang siapa-siapa, gue gak mau orang lain tau siapa gue. Lo ngerti itu, kan?"

"Gue ngerti kok, hati-hati. Sebentar lagi penyihir kegelapan itu patroli."

Doyoung terkekeh, tidak takut mendengarnya. Semangatnya membara karena sudah lama ia tak membunuh iblis jahat, apalagi sekarang ada di sekolahnya. Semakin mudah saja dia menjalankan pekerjaan.

"Oh ya, gue mau tanya," ucap Sunoo mencegah Doyoung pergi.

"Tanya apa?"

Sebelum bertanya, Sunoo memastikan agar tidak ada yang menguping dan mengawasi mereka. Soalnya, apa yang ingin dia beritahu sangatlah penting.

"Gue nemu jalan rahasia, jalan bawah tanah, kayaknya ujung jalannya ada di hutan. Letak jalan rahasia itu ada di ruang kepala sekolah, di bawah meja. Gue berencana keluar lewat jalan itu besok pagi, disaat semua orang kumpul di lapangan. Lo mau ikut?"



































































Win bingung, ini si Doha kenapa tidak tidur? Temannya itu malah berganti pakaian menjadi serba hitam dan memakai topeng berwarna putih tak lupa mengisi peluru pistolnya, dia juga membawa korek api dan tabung minyak.

Apa yang ingin Doha lakukan?

"Jangan ngelakuin hal yang berbahaya," kata Win mengingatkan.

"Sayangnya gue emang mau ngelakuin sesuatu yang berbahaya," balas Doha acuh sambil mengikat tali sepatunya.

Dari samping Win, Jeongwoo geleng-geleng kepala. "Si Win aja belum ngapa-ngapain, kalau mau berontak tunggu waktu yang tepat."

Benar juga, Win selaku keturunan Dewi pembalasan saja belum bertindak, masa Doha bertindak sembarangan?

Ah, bodo amat. Doha sudah tidak sabar membunuh satu makhluk yang ingin menyerang orang lain malam ini.

"Kalau ada yang dateng, bilang aja gue ke toilet," ucap Doha lalu keluar kelas tanpa basa-basi lagi.

Win diam, Jeongwoo ikut diam. Mereka saling pandang, sepertinya mereka memikirkan hal yang sama. Masa iya si Doha mau berburu? Apa dia tidak takut suara pistolnya membuat heboh satu sekolah?

"Temen lo gak waras tuh," celetuk Jeongwoo, Win meliriknya datar.

"Dia temen lo."

"Doha temen lo berdua, gak usah ribut."

Win dan Jeongwoo kaget karena Taeyoung tiba-tiba muncul di dekat pintu, mana wujudnya seram sekali. Ada tanduk di kepala dan matanya berwarna hitam.

"Lo habis ngapain?" Tanya Jeongwoo pelan-pelan, takut yang lain bangun.

"Habis kirim sinyal bahaya ke pangeran, diterima tapi gak dibales. Kayak chat sama gebetan aja ya, miris banget hidup gue," jawab Taeyoung dramatis.

"Lo kan iblis, ya pantes miris," balas Win pedas.

"Eh eh eh, gak boleh rasis ya adik kelasku yang galak. Gue jadi iblis juga bukan kemauan gue kali, gue ini awalnya manusia tau."

"Terus kenapa bisa jadi iblis?" Tanya Jeongwoo.

Taeyoung mendengus. "Dulu gue jalan kaki di gang sepi, terus ada orang lewat. Nah, gue gak sengaja tuh nyenggol dia dan jatuhin burgernya. Pas gue bungkuk ambil tuh burger, eh gue kelepasan... kentut maksudnya. Mana gue kentutnya di depan orang itu."

"Terus apa hubungannya sama jadi iblis?"

"Ck, gue belum selesai cerita!"

"Kenapa lo bisa jadi iblis karena nabrak orang doang?" Tanya Win terheran-heran.

Taeyoung nyengir, terkekeh kikuk. "Karena yang gue tabrak dan gue kentutin itu om Hades... hehehe. Om Hades emosi, ya udah gue dibunuh sama dia. Eh habis itu dia ubah arwah gue jadi iblis, katanya biar gabung grup lawak bareng pangeran tampan."

Jeongwoo tidak habis pikir... kalau dia jadi Taeyoung, dia pasti memohon maaf berkali-kali sampai sujud di kaki Hades. Ya iyalah, melihat saja tidak berani, apalagi ... ah sudahlah.

Win menepuk jidat. Iblis itu kan terkenal dengan sifatnya yang bengis, seram, kejam, angkuh, serakah, dan haus darah. Yang satu ini kenapa berbeda?

"Oh ya, kalian mau tau sesuatu gak?" Tanya Taeyoung tiba-tiba sambil menunjukkan smirk misteriusnya.

"Tau apa?" Jeongwoo balas bertanya dengan semangat, sepertinya Taeyoung ingin gosip.

"Gak mau, maunya tidur," jawab Win berbaring menghadap ke dinding.

"Yah, padahal gue mau kasih tau kalau nanti bakal ada penyihir dari asrama Gryffindor dan Ravenclaw yang dateng. Prediksinya sih, mereka dateng pas sebelum perang besar terjadi."

Hmm, penyihir? Siapa?

The Beginning of The War | 03 & 04 Line ✓Where stories live. Discover now