2 | Yang tokoh Figuran pikirkan tentang para Tokoh Utama

30.4K 3K 236
                                    

Dua orang masuk ke area kantin dengan keadaaan tenang, meski sudah bertindak sewajar apapun tampaknya mereka masih menjadi pusat perhatian oleh semua orang disini.

Semua netra orang-orang tertuju pada mereka berdua. Untuk para cewek, mereka memberikan segala macam pujian untuk orang yang berada disisi kiri. Sebaliknya, hinaan dan senyum merendahkan mereka arahkan untuk orang disebelah kanan.

"Ahhhh gila! ... napa sih tiap hari Kai makin ganteng aja."

Orang disebelahku, Riposha. Dia menatap kagum pada cowok berjaket hitam itu. Matanya lekat memperhatikan setiap gerak-gerik yang Kai lakukan, senyuman juga tak lupa terpampang jelas saat Riposha memperhatikannya.

Lia dan Kai, memang sudah seperti selebriti di sekolah ini. Kisah si Upik Abu dan Pangeran tampan, bagaikan terealisasikan dalam kehidupan nyata.

Aku melihat sekitar mencari sosok pelengkap cerita, si Antagonis. Setelah menyorot ke segala arah, nampaknya dia tak menunjukan batang hidungnya kali ini. Padahal aku cukup berharap dia melihat peristiwa yang terjadi sekarang.

Terbakar dalam api cemburu, dan kebencian. Ekspresi Queenzie yang seperti itu adalah hal yang paling kusuka.

Bukan berarti aku berada di tim Lia dan bahagia melihat Queenzie menderita. Sebaliknya aku justru sangat menyukai Queenzie. Terlepas dari kepribadian buruk yang ia punya. Aku berpikir bahwa keberadaan Queenzie merupakan suatu hal yang unik. Keberadaan orang jahat, juga suatu hal yang diperlukan di dunia ini.

Berbeda dari yang lain, Queenzie menjadi suatu hal yang menonjol dengan caranya sendiri. Walaupun perilakunya kurang baik, tapi berdirinya dia di kaki sendiri dan ciri khas yang ditonjolkannya merupakan suatu hal yang cukup ku perhatikan.

Harus kukatakan dia unik. Dan hanya ada satu Queenzie di sekolah ini. Itulah kenapa aku menyukainya,

Riposha yang ikut berkerumun untuk melihat pasangan selebriti sekolah, kembali terduduk di meja yang sama denganku.

Wajahnya cemberut. "Lia beruntung banget sih ..." mengatakan itu sembari mengaduk minumannya dengan sedotan, Riposha berdecak kesal. "Coba aja kalau itu gue."

Riposha mengkerucutkan bibirnya, melihat bahwa orang yang dia sukai berpacaran dengan orang lain. Nampaknya membuat ia sedikit kesal, "Shīn! ... gue curhat!. Tanggepin kek,"

Dia memandang tidak sudah dengan sikapku yang tak acuh.

Apalagi yang bisa ku komentari? Menghayalkan bahwa cowok yang begitu mencintai pacarnya akan tiba-tiba saja berpaling ke wanita lain? Itu hanya mimpi.

"Kalau itu kamu. Emang kamu mau berurusan sama Queenzie?"

Aku mengatakan jika seolah itu benar-benar terjadi. Bukan berarti dunia dongeng yang diimpikan menjadi nyata.

Jika kau memutuskan untuk menjadi tokoh utama, maka kau harus bersiap untuk menghadapi Villain.

"Enggak sih." Riposha mengatakannya dengan kecewa. Sedetik kemudian matanya kembali menatapku, "Tapi kalau ada Kai disamping gue, gue yakin gue bisa sekuat Lia juga kok."

Jika Riposha ada di tempat Lia yah?

"Gue gak matre, gue siswa yang baik, cinta gue tulus buat Kai, wajah gue juga sama kok kayak Lia, standar. Gue bahkan lebih unggul dibanding dia dalam unsur ekonomi. Kalau di rata-ratain, gue lebih baik dari dia, kan?"

FIGURANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang