22 | Talk With Him (2)

8.9K 1.6K 112
                                    

"Tadi senior nanya, ngapain aku ada disini 'kan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tadi senior nanya, ngapain aku ada disini 'kan?"

Aziel mendelik, kemudian ia mengangguk mantap. "Hmn. karena ini rumah lo"

Jawaban yang ia berikan adalah apa yang aku katakan beberapa saat lalu. Entah dia sengaja atau tidak, tapi saat apa yang ku ucapkan berbalik seperti ini, rasanya sedikit menyebalkan.

Aku menarik nafas kasar, dan mencoba melanjutkan apa yang ingin ku katakan. "Aku abis belajar untuk persiapan ulangan kenaikan kelas minggu depan. Aku kesini buat refresing setelah belajar."

Menatap ke langit-langit, dan menyandarkan diriku pada kursi kayu yang ku duduki. Aku bergumam pelan, "Enak yah yang udah kelas tiga ... kalian udah bebas ngelakuin apapun, dan gak perlu berkaitan lagi sama hal-hal mengenai sekolah."

Aziel masih dalam posisinya, walaupun begitu dia bukanlah jenis orang yang tidak sopan dengan membiarkanku bicara sendirian. "Enggak juga ... buktinya kita harus beresin hal-hal yang masih belum selesai hari ini."

Aku mengingat kembali apa yang terjadi hari ini. Dan seperti yang Aziel katakan, bahkan disaat hari-hari terakhir mereka berada di sekolah, kelas 3 justru malah disibukkan dengan kegiatan Klub.

"Hmn, pasti berat jadi anggota dewan siswa."

Aziel menoleh ke arah ku. Dia kemudian tersenyum, "Gak seberat itu sih. Sebenernya seru aja kalau lo enjoy ngejalaninnya."

Walaupun berat tapi sebagai orang yang menjalankan sebuah organisasi, orang-orang semacam itu terkadang memang mempunyai kebanggan tersendiri, aku cukup mengerti terhadap hal tersebut. Sekali lagi, aku hanya bisa mengangguk sebagai respon.

"Hmn, kalau dipikir lagi ini jadi bulan terakhir senior menjabat 'kan?" gumamku.

Aziel menoleh, kemudian menjawab datar. "Kelulusannya bulan depan."

Aku mengangguk beberapa kali tanda paham. "Udah nemu orang yang tepat buat gantiin posisi senior?" Setelah berbelit-belit, akhirnya aku bisa masuk ke dalam pertanyaan yang ku inginkan.

Untuk sesaat Aziel terdiam, namun kemudian menggeleng pelan. "Kayaknya belum ..." lirihnya. Ia kemudian menatap ke langit yang masih menangis, "lagian masih ada satu bulan."

Aku ikut melihat ke arah langit. Disana, tak ada satupun bintang ataupun bulan. Semua yang bisa kami lihat hanyalah gumpalan awan gelap yang menghiasi malam.

"Aku kira waktu sebulan itu udah mepet. Gimana kalau dalam waktu sebulan senior belum dapet?"

Aziel kembali menatap ke arahku. Tapi kali ini, aku tidak balik menoleh ke arahnya. Dia kemudian terkekeh sinis, "Lo kok kayaknya penasaran banget?"

Berhadapan dengan orang yang peka benar-benar seperti pisau bermata dua.

Terkadang mereka bisa langsung mengerti apa yang kita inginkan dan membuat kita senang. Tapi terkadang mereka juga bisa mengendus apa yang kita sembunyikan dan membuat kita waspada.

FIGURANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang