29 | Permulaan menyebalkan

6.9K 1.2K 339
                                    

"Kalian berdua itu sama aja!" Bentak Bu Tessa. Dia berkacak pinggang, melihat aku dan Fadli secara bergantian. "Ini udah lebih dari 2 bulan, dan klub ini gak ada progres satupun?!"

Matanya menyorot tajam penuh amarah. Aku dan Fadli yang sejak tadi belum diizinkan untuk duduk, terhitung sudah 20 menit kami mendengarkan omelannya sambil berdiri dengan kepala tertunduk.

"Udah ibu bilang untuk bikin persiapan. Liat tuh eskul lain udah pada beres demonstrasi. Eskul ini mau kapan, hah?! Kalian itu boro-boro nyiapin buat demonstrasi, kemarin ibu suruh beresin buku di gudang aja, kalian malah bolos."

Aku ingat akan hal itu. Sebenarnya tidak ada alasan khusus untuk ku bolos. Hanya saja aku tahu, orang yang akan hadir hanya aku dan Fadli, karna dua anggota lain sedang sibuk dengan urusannya masing-masing. Membawa buku dari gudang di gedung olahraga itu sangat jauh dan berat. Jika dikerjakan oleh dua orang, itu pasti akan sangat melelahkan. Itulah kenapa aku lebih memilih untuk kabur.

Aku menatap Fadli dengan ekor mataku.

Namun tampaknya anak ini juga mempunyai pemikiran yang sama, dan ikut bolos.

Sekarang aku tahu bahwa minggu kemarin tidak ada satupun yang hadir di klub. Pantas saja Bu Tessa mengomel habis-habisan sekarang.

"Tapi bu, ketuanya aja gak kerja, masa kita berdua yang ambil alih tanggung jawab sih? Mana tuh si Kai sama si Tristan? Mereka berdua juga gak kerja Bu! Kalau saya sama Shīna yang kerjain, keenakan mereka berdua dong." Fadli membela diri.

Memang benar, sebagai seorang ketua, Kai mempunyai peranan yang sangat penting. Tapi anehnya belakangan ini dia justru yang bolosnya paling banyak diantara kami semua. Tidak. Rasanya sekarang penghuni Klub ini hanya aku dan Fadli saja.

"Kai itu jadi Ketua Dewan Siswa tahun sekarang, dia sibuk nge-ospek siswa-siswi tahun ajaran baru. Sedangkan Tristan sekarang lagi ada turnamen. Nah kalian itu apa?" Bu Tessa kembali melihat aku dan Fadli secara bergantian. "Kalian itu cuman siswa-siswi gabut, yang masuk eskul ini cuman buat dapet nilai di rapot!"
Bu Tessa makin berkacak pinggang, menatap kami berdua dengan mata terbuka lebar. "Ibu mohon, bahkan walaupun kalian gak niat, seenggaknya lakuin beberapa hal dengan bener. Mulai semester ini, ibu gak mau liat kalian asal-asalan lagi. Udah tau kalau 2 anggota lainnya pada sibuk. Kalian dua pilar tersisa, bukannya ngejaga keutuhan, malah ikut kabur juga."

Bu Tessa menggeleng heran tepat dihadapan wajah kami berdua. Dia mengambil nafas bersiap-siap. Lalu selanjutnya ...

---, selanjutnya ceramah ini berlangsung selama satu jam.

Aku tidak begitu memasukkan apa yang dia katakan ke dalam kepalaku, -terlalu banyak-. Aku hanya mengangguk dan pura-pura menurut terhadap semua yang ia katakan.

______

Sesi ceramah pada akhirnya selesai. Sekarang ini aku dan Fadli disuruh untuk menulis informasi buku pada catatan khusus. Tidak banyak, tapi tetap saja melelahkan. Sementara di hadapan kami, Bu Tessa juga sedang sibuk berkutat pada laptop merah mudanya.

Ia menarik nafas, lalu menghabiskan tegukan kopi terakhir. Setelah habis, Bu Tessa beranjak dari kursi. Ia kembali menatap kami.

"Telephone orang tua kalian berdua, kalau kalian bakalan pulang malem. Kai nanti nyusul kesini setelah tugasnya di Dewan Siswa selesai," jelasnya, Bu Tessa melihat ke arah gelas kopi yang ia pegang, "Ibu mau nyimpen ini dulu ke kantor. Awas aja kalau kalian malah kabur!"

Mengatakan hal tersebut, Bu Tessa pergi keluar dari ruangan. Lalu sesaat setelah pintunya tertutup, Fadli langsung menghardik, "dasar guru gak jelas!"

Aku menatapnya.

FIGURANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang