21 | Talk With Him (1)

10.3K 2.1K 86
                                    

Aku membeku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku membeku. Seluruh aktivitas yang tadinya kulakukan terhenti seketika. Sesaat kemudian aku langsung menyadari bahwa aku sudah mencapai batas yang ku punya.

Walaupun pikiran masih sanggup untuk melakukannya, tapi hal itu nampaknya berbanding terbalik dengan tubuhku yang sudah kelelahan.

Menatap pada jam yang tergantung di dinding, angka yang ditunjukan adalah pukul 1 malam.

Apa sudah selama itu?

Memegang tengkukku sendiri, aku memberikan relaksasi pada leher yang telah ku pakai untuk menunduk selama berjam jam tadi.

Aku berdiri dari kursi, mulai membereskan meja belajar dan menyiapkan buku untuk mata pelajaran besok pagi.

Ujian hanya tinggal beberapa hari lagi. Aku benar-benar tidak menyangka bahwa aku harus berusaha sekeras ini,

Melangkah keluar kamar, aku pergi ke lantai satu. Di dapur, aku mulai mengambil cangkir dan juga bubuk coklat lalu menyeduhnya dengan air panas.

🌹

Rumah tampak sepi, apalagi lantai satu. Karena Ayah harus bertugas di luar kota, sekarang ini lantai satu hanya dihuni oleh Ibu seorang, sementara kamarku dan Kakak ada di lantai dua.

Aku mengaduk coklat panas yang ku buat dengan perlahan. Setelah dirasa cukup, aku kembali naik ke lantai dua, dan membuka balkon disana.

Tidak besar sebenarnya, ini hanya balkon yang terisi 2 buah kursi dan satu buah meja di tengahnya.

Aku terduduk. Hujan masih turun dengan gerimis. Di hadapanku, tanaman-tanaman yang digantung di pagar balkon terlihat ikut basah terguyur hujan.

Aku memicingkan mata ketika udara dingin berhembus. Jika dipikirkan lagi, setelah pindah kesini rasanya sudah berulang kali aku diam terduduk di balkon dengan coklat panas seperti ini.

Mungkin ... kegiatan ini juga akan terus kulakukan selama beberapa tahun ke depan.

Aku meminum coklat panas yang sudah ku buat dengan hati-hati. Seketika. Rasa hangat mengalir ke tenggorokan ku, menjalar ke tubuh, dan memberikan kenyamanan tersendiri bagi aku yang meminumnya.

Aku kembali menatap lurus, menikmati udara malam seperti hari-hari sebelumnya. Semua rasa lelah dari isi materi dan hafalan rumus yang tertumpuk di otakku seakan pergi diterpa angin.

Refreshing setelah belajar memang yang terbaik.

Aku menutup mata perlahan, menenggelamkan diri dalam relaksasi.

Suara tetesan air, binatang malam, serta ciptakan air yang mengenai ujung lenganku, aku bisa merasakan segalanya. Itu juga termasuk cangkir yang berisi coklat panas yang ku pegang.

Drapp .. Drapp ... Drappp ....

Aku mendelik. Seketika aku menatap ke arah pintu balkon.

FIGURANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang