14 | Klub dan permasalahannya

9.1K 1.6K 48
                                    

Melihat Tristan yang seperti itu. Fadli justru menguap dan masih bersikap bodo amat, "gak semua orang punya waktu senggang buat denger pidato orang lain," balasnya.

Kai terkekeh, ekspresinya menunjukan ketidakpercayaan bahwa ada seseorang seperti ini di sekolahnya.

"Fine!" Kai masuk dalam pembicaraan, ia kemudian membuka laptop yang telah ia bawa. "Karena ini hari pertama, gue cuman bakal wawancara kalian ..."

Menyorot tajam ke arah Fadli, Kai kembali berkata. "Dan lo yang pertama!"

Tangannya ia gerakan, berkutik dengan Laptop selama beberapa saat. Akhirnya dia memulai wawancara. "Fadli Wijaya. Kelas XI IPS 4. Lahir di Jakarta tanggal 7 Maret." Kai membacakan data yang ada pada laptopnya.

Berpaling dari layar dan menatap Fadli, Kai melanjutkan. "Alasan masuk eskul ... terpaksa, untuk mengisi nilai rapot."

Kai bertepuk tangan tiga kali, satir. Sementara Fadli yang melihatnya hanya bisa memalingkan wajah.

"Lo masuk kesini cuman buat ngisi nilai rapot?"

Walaupun hal itu sudah jelas tertera, Kai tetap memilih untuk menanyakannya. Entah itu untuk memastikan, atau dia yang memang berniat menyindir, tidak ada yang tahu. Tapi karena kondisinya seperti ini, ku pikir yang terakhir adalah jawabannya.

Fadli menghembuskan nafas kasar, melihat Kai. "Kalau iya kenapa? Suka-suka gue dong."

Kai tersenyum sinis. Walaupun begitu, dia tampak tidak mau melanjutkan.

Lagipula seseorang dibebaskan untuk memilih eskul yang mereka sukai. Alasan mengikutinya pun tergantung pada pribadi masing-masing. Kai tidak mempunyai hak untuk membantah.

Tapi jujur saja, ini baru yang pertama kalinya aku melihat seseorang yang seberani itu pada Kai. Maksudku, Kai itu berada di puncak rantai makanan. Walaupun aku berfikir bahwa dia banyak kekurangan, tapi privilege yang melekat padanya bukan main.

Tristan mengepalkan tangan kanannya, menatap Fadli marah. "Lo jangan mentang-mentang anak FORVi!" tekannya.

FORVi?

Geng yang terkenal itu?

Seperti yang dikatakan Riposha beberapa hari yang lalu. Di sekolah ini ada sebuah geng yang diberi nama FORVi. Anggotanya lebih dari 50 orang, tidak jelas apa tujuan geng tersebut, tapi geng ini sudah ada sejak lama. Ini adalah organisasi turun temurun yang terus diwariskan. Hingga saat ini eksistensi geng FORVi terus mengakar, dan keberadaannya disetarakan dengan Kai yang mempunyai Privilege sebagai anak pemilik yayasan.

Kekuatan overpower lain yang ada di sekolah, dimana mereka berperan besar terhadap perubahan dan kejadian-kejadian yang ada di sekitar. Aku jadi penasaran ...

Tangan kanan Kai bergerak, memberi isyarat agar Tristan tidak termakan amarah. Kembali pada laptopnya, dia kembali membacakan data ...

"Shīna Gayatri. Kelas XI IPA 2. Lahir di Tokyo tanggal 31 Juli." Kai menatap ke arahku. "Lo blaster?"

Aku mengangguk kecil.

Dia kembali ke arah Laptop. "Tujuan masuk Klub, karena suka baca Buku, dan tertarik akan buku."

Itu adalah apa yang ku isi dalam formulir pendaftaran. Yah ... sebenarnya alasan masukku tidak jauh beda dengan Fadli. Tapi aku tidak sejujur itu untuk menuliskannya dalam formulir.

"Lo beneran suka baca, kan?"

Memastikan apa yang aku tulis, Kai bertanya padaku.

"Aku baca sesuai suasana hati."

FIGURANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang