[ B-SIDE ] Fika Crysia ; Orang yang hanya memanfaatkan

7.4K 1.3K 139
                                    

.
.

[ B-SIDE ]
Fika Crysia ; Orang yang hanya memanfaatkan

.
.

Fika berlari menuju ruang guru, seperti yang tadi Shīna katakan sebisa mungkin dia harus sampai di ruang guru dalam waktu sesingkat mungkin, karena jika tidak, Lia mungkin sudah berada dalam kondisi yang parah.

Dia berlari, dan terus berlari, jarak dari satu gedung ke gedung lain memang cukup jauh, apalagi ruang guru yang memang berada di dekat gerbang utama. Sesekali bahunya menabrak orang lain, matanya tak karuan melihat jalan, karena Fika tahu, semakin lama ia membuang waktu, semakin seseorang akan terluka karena hal tersebut.

Drrtttttt~~

Sebuah miss call masuk ke ponselnya, bimbang apakah dia harus mengeceknya atau tidak, dia mengeluarkan ponselnya masih dalam kondisi berlari.

Fika membagi penglihatan antara jalan dan juga ponsel. Saat satu nama tertulis di sana. Seketika langkahnya terhenti. Dia menarik nafas dalam-dalam, otaknya perlu memproses apa yang terjadi.

Shīna tadi menelphone. Padahal baru sekitar 5 menit dia pergi meninggalkan mereka berdua, dan Shīna langsung menelphone, tanda tanya besar jelas berada di dalam hatinya. Tak lama sebuah pesan masuk, masih dari orang yang sama. Shīna Gayatri adalah pemilik nomor tersebut.

'Gak perlu ke ruang guru, itu gak akan berhasil. Terlalu terlambat. Disisi lain, kalau sampai ada salah satu guru yang mihak Queenzie. Kamu sendiri yang bakalan abis dan ketahuan. Langsung pulang ke kelas aja.'

Fika terbelalak. Apa Shīna bilang?

Bukankah ini sama saja dengan menyerah terhadap nasib Lia?

Baru tadi Shīna bersikap seolah dia mempunyai rencana, dan sekarang dia sendiri yang menyuruhnya untuk mundur?

Fika mengusap wajahnya tak habis pikir terhadap pesan yang dia dapat. Sekarang pilihan ada di tangannya, apakah dia akan menuruti perkataan Shīna atau menentang dan terus maju bersama Riposha?

Dia berkacak pinggang, bimbang ke arah mana sebaiknya ia tuju.

Fika ingin membantu, tapi jika yang Shīna katakan benar, maka dia akan mendapat banyak masalah. Sudah cukup satu kali dia berurusan dengan Queenzie, tak akan ada lain kali di kamusnya.

Tapi jika Fika mengingat kembali Riposha yang tadi menangis dan berkaca-kaca, ada perasaan bersalah juga di hatinya. Dia mengharapkan bantuan yang akan datang, dan jika Fika mengabaikan hal itu, bukankah itu menyakitkan?

"Arghhhh ...!"

Fika memekik frustasi. Ia mengacak-acak rambutnya sendiri.

Setelah beberapa menit mondar-mandir tidak jelas, dan menggigit buku jarinya sendiri. Fika akhirnya mendesah pelan.

"Sorry," lirihnya.

Ia kemudian berjalan menuju kelasnya.

🌹

20.45
( Kamar Fika )

Fika terbaring dalam kasurnya yang empuk, semeliwir angin menyapanya. Di dalam keadaan yang hening, otaknya justru sedang kacau mengingat kejadian tadi siang.

Fika merutuki dirinya sendiri. Dia tahu bahwa perbuatan tidak terpuji. Meninggalkan seseorang yang berada dalam kesulitan itu adalah dosa besar. Tapi mau bagaimana lagi? Dia hanya siswa biasa yang tidak ingin terlibat dalam masalah.

FIGURANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang