11 | Jangan dekati mereka!

12.5K 1.9K 132
                                    

Sekolah masih terasa sama seperti biasanya. Bau spidol basah, kursi kayu, dan udara sejuk pada pukul 7 pagi. Aku sudah merasakannya selama 3 bulan ke belakang.

Bel berbunyi, pelajaran kembali dimulai. Ku pikir tidak ada yang menarik sama sekali hari ini. Ditambah suasana hatiku yang memang sudah hancur sejak tadi pagi. Aku tidak merasakan semangat sedikitpun untuk pergi ke sekolah.

Aku terduduk di kursi, tidak mempunyai tenaga ataupun keinginan untuk memulai gosip bersama Fika dan Riposha. Disisi lain, insiden bersama Queenzie kemarin pun tampaknya membuat mereka merasa segan untuk memulai pembicaraan.

Di kursi kedua dari depan. Aku bisa melihat Septi dengan baik, walaupun sikapnya biasa saja. Tidak dapat dipungkiri bahwa dia memang memperhatikan kami. Atau lebih tepatnya memperhatikan seluruh kelas.

Aku tertidur di meja, menggunakan tanganku sendiri sebagai bantal. Bahkan disaat bel istirahat berbunyi pun, tak ada keinginan untuk pindah atau melakukan hal yang lain.

Aku benar-benar tidak bersemangat hari ini.

"Shīn, kantin yuk!"

Seperti biasanya Riposha mengajakku pergi ke kantin mencari makan. Walaupun kami tidak bergosip hari ini, tapi rutinitas makan bersama seharusnya tidak masalah untuk dilakukan.

"Malas gerak ..."

Tanpa melihat Riposha sedikitpun, aku masih tetap berada dalam posisi tadi. Perutku memang sudah mulai lapar, tapi bahkan sudah seperti ini pun, aku tidak mempunyai semangat untuk mencari makan.

"Ya ampun Shīn. Gue gak nyangka orang kaya lo bisa mager juga ..."

"Mager?"

Aku bertanya pelan, slank apalagi yang Riposha pakai?

"Males gerak Shin, itu singkatan."

"Oh," balasku singkat.

Riposha memperlihatkan wajah kecewa, mungkin karena aku yang tidak interaktif saat diajak bicara, dia mulai mengkerucutkan bibirnya.

Fika datang menghampiri kami. Mungkin karena dia sudah menganggap dirinya bagian dari kelompok. Dia juga tampaknya datang untuk mengajak makan siang bersama.

"Kantin yuk!"

Riposha semakin menatap lekat ke arahku. Mendapat bantuan suara dari Fika, membuat Riposha terdukung atas keinginannya. Disisi lain, aku merasa semakin tidak enak untuk menolak.

Aku terduduk, menatap mereka berdua dengan lesuh. "Ya udah ayo."

Mereka berdua tersenyum mendengar hal itu.

🌹


Kantin, masih terasa seperti biasanya. Bau minyak, berisik, rusuh ... itu kesan ku untuk kantin di seluruh dunia.

Kami mencari tempat duduk, mulai memesan. Dan saat pesanan kami dihidangkan, kami menyantapnya dengan lahap.

Tak ada yang bicara kali ini, kejadian kemarin masih berbekas di hati mereka. Itu cukup dijadikan pelajaran agar kami menjaga perkataan atas segala yang kami ucapkan.

Tidak kusangka, ternyata perilaku beringas yang Queenzie lakukan bisa mengajarkan moral secara tidak langsung seperti ini.

Braakkkk

Suara rusuh terdengar dari belakang.

Aku menghembuskan nafas kasar ... jarang sekali aku merasa malas dengan hal seperti ini.

Semua netra diarahkan untuk si pembuat suara. Kantin yang tadinya dipenuhi oleh segala macam bising, mendadak hening seketika.

Setelah mengetahui siapa orangnya, orang-orang mulai pura-pura tidak melihat dan tidak ada yang berani untuk menegur.

FIGURANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang