I'am Yuta 17 (Revisi)

48.3K 2.4K 109
                                    

Hai, maaf ya kemarin nggak sempat update.

....

Suara tangisan semakin mengeras di balkon kamar Yuta, laki-laki itu membiarkan Nanda menangis didekapannya. Kedatangan pria paruh baya itu membuat kekecewaan Nanda kian menambah. Setelah sekian tahun meninggalkan Nanda, pria itu datang dan ingin membawa Nanda bersama keluarga barunya.

Dia Pratama— ayah kandung Nanda, yang meninggalkan Nanda seorang diri ketika Mamahnya telah tiada.

"Yuta nggak mau," gumam Nanda masih memeluk Yuta.

Iyalah gue juga nggak mau anjir, batin Yuta.

Ketika Pratama mengutarakan niatnya, Mami dengan tegas menolak keras. Mamih yang mengurus Nanda sejak Pratama meninggalkannya, hingga Nanda dewasa pria itu tanpa bersalah meminta Nanda untuk kembali bersama dengan keluarga barunya.

Nanda mendongak menatap wajah Yuta dari bawah, "Yuta, gue nggak mau tinggal sama Papah sama keluarganya."

"Gue juga nggak setuju," Yuta mengusap punggung Nanda yang bergetar.

Nanda memukul dada Yuta pelan, "Issh, lo mah dari tadi nggak setuju— nggak setuju mulu. Kasih solusi kek apa kek."

Yuta mengusap tengkuknya padahal dia baru pertama kali mengeluarkan kata 'tidak setuju', "Gue juga nggak tau harus kasih solusi apa. Muka bapak lo serem banget, natep gue tajem, gue berasa mau dieksekusi anjir."

"Udah ah, nggak usah sedih-sedihan lagi. Capek gue," dia duduk di kursi yang tersedia di balkon kemudian meminum susu cokelat kemasan yang Yuta ambil dari dapur sebelum kesini.

Nanda yang melihat itu melotot lalu merebut susu cokelat, "Ini kan punya gue."

"Itu masih ada," tunjuk Yuta menggunakan dagunya.

Nanda mencebik, "Ih itu mah yang putih punya lo, yang cokelat punya gue."

"Susu punya lo perasaan putih deh," ucap Yuta jail.

"Enggak! Orang gue suka yang cokelat." Kekeuh Nanda, dia tidak mengerti kata 'susu' yang Yuta maksud.

"Susu original lo 'kan emang warna putih." Nanda mengernyit, detik berikutnya ia menyadari bola mata Yuta mengarah ke mana.

"Mesum." Tangan Nanda bersilang di depan dada.

Tawa Yuta mengudara, laki-laki itu bangkit menuju kamar, "Nonton yuk!" ajaknya

"Nggak mau." Sering kali lisan dan batin bertindak beda. Mulut berucap tidak namun kaki bertindak sebaliknya, Nanda melangkah mendekati laki-laki itu.

Yuta menyalakan televisi, memutar series Netfliks. Yuta memang sering menonton film bergenre thriller atau horror. Berbeda dengan Nanda yang amat sangat menyukai drama atau film bergenre romansa.

"Tumben lo nonton yang korea?" Nanda menatap heran saat televisi menayangkan series drama berasal dari negara Korea Selatan.

"Seru juga ternyata."

"Seru tapi gue nggak suka." Memang pada dasarnya Nanda tidak menyukai film horor apalagi thriller yang banyak mengeluarkan darah membuat nafsu makan Nanda lenyap.

"Tapi nggak papa deh, aktornya ganteng kok." Lanjutnya sembari terkekeh.

Yuta menjitak kepala Nanda, "Orang lain mah yang diambil dari tontonannya tuh alur ceritanya, plotwist, amanatnya, lah lo, ngambil gantengnya doang."

Aduh, Nanda merasa tersinggung sebab yang pertama Nanda cari dari drama ialah aktornya ganteng atau ganteng banget. Tetapi jika memang jalan ceritanya kurang menarik, Nanda akan berhenti menontonnya detik itu juga.

Beberapa camilan serta minuman sudah siap menemani kedua orang itu— di meja depan sofa.

"Taro enggak rokoknya?!" Yuta langsung mengurungkan niatnya menyalakan rokok.

Hanya ada suara dari televisi yang mengisi ruangan kamar Yuta. Keduanya tampak fokus menikmati tontonan. Yuta sudah siap pasang badan, takut tiba-tiba Nanda menerjangnya seperti yang sudah-sudah.

"KYAAA MONSTERNYA GANTENG BANGET." Telinga Yuta berdengung kala Nanda berteriak kegirangan.

"Ih kok diganti?!" protes Nanda karena Yuta mengganti tontonannya ke film barat bernuansa dewasa.

Suara televisi memainkan perannya di ruangan ini. Atmosfer kamar Yuta menjadi panas karena suara erotis yang muncul dari televisi.

"Yu...taa," tubuh Nanda mendadak panas dingin melihat adegan kedua pemeran tengah bergulat diatas ranjang.

Sama halnya dengan Yuta. Dia adalah laki-laki apalagi disebelahnya ada perempuan dengan postur tubuh yang membuat Yuta meneguk ludahnya. Setan dalam diri Yuta berteriak, mendukung fantasi yang selama ini Yuta tahan.

Sialan. Nanda tidak tahu situasi. Dia malah merapatkan tubuhnya dengan tubuh Yuta. Makin sesak anak Yuta di dalam sangkarnya.

Persetan.

Yuta butuh Nanda sekarang.

Dia menggendong Nanda lalu membantingnya di kasur hingga tubuh Nanda memantul. Televisi dibiarkan menyala tanpa ada yang melihat. Tubuh Nanda bergetar ketakutan, kilatan mata tajam Yuta menatapnya penuh nafsu.

Yuta menindih Nanda kemudian melahap bibirnya rakus. Tangannya meraup kedua gundukan kenyal Nanda di balik kaus yang dikenakan gadis itu. Dengan gerakan terburu-buru, Yuta melepaskan segala macam kain yang melekat di tubuh Nanda hingga naked sepenuhnya.

Seolah tak kekurangan oksigen, mereka mengulang kembali ciumannya yang sempat tertunda. Setan dalam diri Nanda juga tidak sinkron, tadi menolak sekarang menerima setiap serangan yang Yuta berikan di tubuhnya.

Nanda mendesah sembari menjambak rambut Yuta tepat berada di payudaranya. Suara desahan Nanda serta desahan yang keluar dari televisi memenuhi ruangan kamar Yuta. Yuta menyeringai, ia kira Nanda akan menendang anaknya seperti dulu. Setan dalam diri Yuta tertawa bahagia.

"Shhh ahhh," Yuta menjilati puting Nanda lalu memasukannya ke dalam mulut, menyedotnya kuat-kuat.

Bibir Yuta menyusuri setiap jengkal tubuh Nanda hingga tiba di selangkangan. Yuta mengecup paha Nanda lalu menjilatinya dan membuat beberapa tanda cinta.

Yuta mengecup-kecup vagina Nanda, jemari Yuta membuka belahan vagina gadis itu, meniupnya— menimbulkan hawa dingin sekaligus geli namun nikmat.

Yuta menempatkan wajahnya bersemayam dimilik Nanda. Menggigit kecil klitoris Nanda. Lidah mengambil alih, menjilati dari klitoris hingga ke lubang lalu menusuk-nusuknya.

Nanda tak berhenti berdesis sembari meneriaki nama lelaki itu. Yuta kembali menindih Nanda, mencium bibir menggoda Nanda. Memagutnya sedikit kasar. Tangan kiri meremas dada kenyal Nanda, tangan kanan sembunyi di dalam vagina Nanda.

Nanda tersentak kala Yuta memasukan kedua jari panjangnya, mengocok-ngocoknya cepat, jempolnya mengelus serta mencubit clit Nanda.

Mulut Yuta berpindah, mengulum puting Nanda yang mencuat keras. Kocokannya semakin Yuta percepat sampai tubuh Nanda bergetar hebat tanda pelepasannya tiba.

"Shhh ahhh ahh," desah Nanda menikmati masa orgasmenya.

Nanda membantu Yuta melepaskan pakaiannya, lelaki itu setengah berdiri di atas tubuh Nanda. Membuka ikat pinggang, menurunkan resleting serta celana dan celana dalamnya.

Yuta mengocok penisnya sebentar, menggesekan ke klitoris perempuan itu lalu mengarahkannya ke lubang vagina Nanda.

"ARGH,"

"Maaf." Ucap Yuta saat kesadarannya kembali pulih. Segera dia berlari ke arah kamar mandi, menuntaskan hasratnya sendiri.

"Jatah malam pertama gue, jangan di ambil sekarang."

🐊🐊🐊

Jatah malam pertama katanya, emang yakin bakalan nikah?! Emang Nanda mau?

Just UWhere stories live. Discover now