I'am Yuta 7 (Revisi)

61.3K 2.8K 129
                                    

🐊🐊🐊

Bibir ranum dengan polesan lipbalm berwarna peach itu tidak henti-hentinya mengumpat sembari mengunyah camilan yang sebelumnya telah diambil dari dapur rumah Yuta. Setelah adegan jambak rambut laki-laki, Nanda mencuri segala camilan lalu membawa ke rumahnya yang berada di depan rumah Yuta.

Nanda lebih sering tidur dikamarnya yang berada di rumah Mami Yuta ketimbang rumahnya sendiri. Selain karena takut tidur sendirian, Mami selalu menyediakan segala jenis camilan agar membuat Nanda nyaman. Mami akan menyuruh orang kepercayaannya untuk mengisi segala keperluan makan jika sedang ada diluar negeri dalam waktu lama.

Ada satu hal yang membuat Nanda enggan untuk tinggal di rumah Mami Yuta ketika dia bertengkar dengan laki-laki. Apalagi kejadian tadi, ini bukan pertama kalinya. Entah bagaimana bisa Yuta menyebutkan namanya saat bercinta dengan orang lain.

Nanda menepuk jidatnya mengingat kejadian kemarin siang setelah pulang kampus, dimana Yuta mencium bibirnya seenak hati. Bisa-bisanya kemarin mencium Nanda, hari ini malah panas-panasan di kamar bersama perempuan lain.

"Yuta sialan, bisa-bisanya lo gituan bawa nama gue," Nanda mengembuskan napas kesal, bibirnya mengerucut, pipinya mengembung penuh makanan.

Karena minumannya sudah habis Nanda memutuskan untuk ke dapur, mengisi botol minumnya. Sampai di dapur dia terkejut melihat penampakan seorang laki-laki. Sontak saja hal itu membuat Nanda berteriak, "AAAAA."

"Ngapain lo? Berisik,"

Nanda membuka matanya, "Loh Yuta, kok lo disini?!"

"Minta air panas buat ngopi," jawab Yuta seraya mengaduk-aduk kopinya.

"Dirumah juga 'kan ada." Nanda melangkahkan kaki menuju meja pantry, mengisi botol minumnya.

Yuta mengedikkan bahunya, "Mana gue tau."

Bibir atas gadis itu tertarik, kedua bola matanya memutar, "Mempersulit hidup aja lo. Mending mati sekalian."

"Eh pending dulu deh. Lo 'kan beban keluarga kalau meninggoy nambah terbebani keluarga lo. Belum lagi biaya pemakaman itu nggak murah," ucap Nanda tanpa beban.

Yuta mendekat, dengan gemas mengapit kepala gadis itu menggunakan lengan berototnya. "Ayo ngomong sekali lagi!"

"Lepwashin! Penghaph," suara Nanda tertahan.

Yuta melepaskan lalu dengan santainya kedua tangan itu berpindah ke pinggang ramping Nanda, "Ngomong sekali lagi, gue penggal kepala lo." Ucapnya galak.

Napas Nanda tercekat, posisi tubuh mereka sangat dekat hampir bersentuhan seluruhnya jika tangannya tidak menahan di dada Yuta.

"J-jangan gini bisa nggak?" cicit Nanda dengan kepala tertunduk.

"Kenapa?" Yuta menyeringai.

"E-e-e-" tubuh Nanda bergerak gelisah di dalam dekapan laki-laki itu.

Tangan kiri Yuta memegang dagu Nanda, mengangkatnya agar tidak menunduk. Seketika Nanda menutup matanya saat hazel milik Yuta menatap tajam.

"Harus dibiasain jangan gugup kaya gini."

Nanda mengedipkan kedua matanya lucu, "M-ma-maksudnya?"

Yuta melepaskan tubuhnya dari Nanda, "Nggak usah dipikirin," ucapnya dingin.

🐊🐊🐊

"Gue ngapain tadi?!" Yuta guling-gulingan dikasur seraya memukul kepalanya sendiri. Kemudian memegang dadanya yang terasa nyeri.

Sumpah demi gajah ngambek, wajah Nanda yang gugup terlihat sangat cantik. Membuat Yuta ingin berlama-lama memandangnya. Gadis itu memiliki wajah yang tidak bosan untuk dipandang lebih lama. Dan tubuhnya yang nyaman untuk dipeluk.

Sialan. Nama dan wajah Nanda selalu mendominasi pikirannya setiap saat. Bahkan setiap Yuta bertemu atau bergelut dengan perempuan lain, segalanya yang ada pada Nanda selalu memenuhi isi kepalanya.

Ponsel Yuta berdering, tangannya meraba kasur mencari keberadaan ponselnya. Setelahnya dia angkat panggilan itu.

"Hallo, boss?" sapa si penelpon.

"Apa?" jawab Yuta cuek.

"Bisa ke markas nggak?"

"Males."

"Darurat, boss." suara si penelpon terdengar panik.

"Kenapa?"

"Situs error."

Yuta sontak berdiri, "Oke, gue kesana." Dia mengambil kunci mobilnya lalu pergi menuju markas yang dimaksud si penelpon.

Dia mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Jika situs nya tidak segera diperbaiki, maka dia dan tim akan rugi besar. Setelah sampai, Yuta memarkirnya mobilnya lalu berlari secepat kilat menuju lantai tujuh.

"Gimana?" tanya Yuta ketika sudah berada diruangan itu.

"Belum bisa, Yut." Jawab Jevan, temannya yang ikut berkontribusi dalam pembuatan situs. Diruangan ini sudah ada sekitar dua belas orang, mereka satu jurusan yang sama dari berbagai tingkat. Minus Teddy.

"Bang Teddy nggak bisa diandelin," celetuk Eza si pemilik wajah kalem.

"Ya lo pikir aja, bang Teddy anak arsi mana ngerti coding. Dia belajar pemograman dasar aja ngestuck didelphi doang. Udah bang, mending lo gambar kandang babi aja," sahut Yandi adik tingkat satu yang lucknutnya tidak tertandingi.

"Jangan gitu lo, gini-gini bang Teddy investor terbesar." Teddy yang sedari tadi menahan amarahnya langsung tersenyum saat dibela Dino, adik tingkat tahun kedua.

"Mana ada, Bang Jeffri yang paling gede." Dery ikut bersuara.

"Ambigu ya?" bisik Zidan pada Yuta yang berada disebelahnya.

"Lah bang Jeffri 'kan udah keluar," ucap Hapid. Semenjak menikah, Jeffri sudah tidak bergabung lagi. Kalau sekedar nongkrong biasa Jeffri akan usahakan ikut bergabung.

"Belum, bang Jeffri tetap dihati." Kata Yandi tidak mau kalah.

"Yan, gelud yuk?" Teddy sudah ancang-ancang.

Yandi juga sudah ancang-ancang mengeluarkan jurus maung ngajuru, "Ayok."

"Bisa diem?" suara Yuta menginterupsi.

Anak-anak itu kembali duduk dihadapan komputernya masing-masing. Jemari terampil Yuta menari-nari di atas keyboard, menginput huruf demi huruf, angka demi angka dengan cepat.

Orang lain akan melakukan hal yang bermanfaat untuk mengisi waktu lapangnya. Tidak seperti laki-laki kelahiran Jepang ini, mengisi waktu kosong dengan mengembangkan situs terlarang. Situs website berisi video-video pornografi dari berbagai negara ini telah berkembang sejak dua tahun silam, pengunjungnya pun sudah mencapai angka jutaan akun.

Yuta, Jeffri, Zidan, Jevan dan Teddy ialah team pengembangnya. Mereka mengumpulkan uang lalu membeli satu unit apartemen bekas untuk dijadikan markas. Teddy sebagai mahasiswa arsi sekaligus investor terbesar kedua setelah Jeffri, dia yang mendesain ruangan ini agar terlihat lebih nyaman.

Hingga ditahun pertama, Eza, Martin, Miko, Dino, dan Dery bergabung, penghasilan mereka bertambah berkali-kali lipat. Yandi, Hapid dan Ferry yang baru bergabung sekitar enam bulan yang lalu pun tak kalah hebat. Pembagian hasil dari situs ini tidak Yuta gunakan untuk kehidupan sehari-hari. Dia pakai untuk membeli satu unit apartemen mewah. Yuta juga bingung, sisanya mau di kemana kan.

"YAAK SELESAII!" pekik Yandi kegirangan karena telah menyelesaikan permasalahan tadi.

"Kobam kuy?" ajak Martin dan semuanya mengiyakan.

"Gas lah," sahut yang lainnya.

🐊🐊🐊

Just UWhere stories live. Discover now