I'am Yuta 8 (Revisi)

59.6K 3K 87
                                    

Yuta bersiap untuk menjemput Nanda dikampus sebab lima belas menit yang lalu Nanda menghubunginya dan mengatakan bahwa kelasnya telah bubar. Yuta memasang satu persatu kancing kemejanya, setelah itu dia mengambil topi dan kunci mobil.

Dia mengeluarkan mobil merk ternama miliknya dari singgahsana, menjalankannya menuju kampus Nanda. Pasti banyak yang bertanya mengenai Yuta yang terlihat sangat santai padahal dia sudah memasuki akhir semester. Dimana mahasiswa akhir semester dipusingkan oleh tugas akhir bernama skripsi.

Prinsip Yuta sangat simple, hidup itu jangan dibawa pusing, duduklah sambil menikmati secangkir kopi dan kerjakan sesuatu dengan santai, bayangkan jika dirimu sedang berada ditepi pantai. Tetapi pastikan jangan sampai dirimu diterjang ombak pantai.

Memang hidup itu harus dibawa santai, kepalamu yang hanya berisi hal-hal tidak penting akan terasa semakin berat. Rasa pusing kian melanda dirimu. Jika sudah ada keluhan silakan hubungi Yuta, dia akan membawamu ke mbah dukun untuk memenggal kepalamu.

Tiga puluh menit berlalu, mobil yang Yuta kendarai telah tiba disekitar kampus. Yuta menunggu Nanda sambil melirik kanan-kiri, memperhatikan para perempuan yang menarik dimatanya. Usut punya usut kampus tempat Nanda menimba ilmu, banyak perempuan-perempuan cantik.

"Buka!" Yuta mengerjap kaget saat ada orang yang mengetuk kaca mobilnya.

"Cepat, buka!" paksa Nanda, pelaku yang mengetuk kaca itu.

Yuta berdecak kesal, dia membuka kunci pintu mobilnya. Nanda putar arah lalu duduk disamping Yuta, "Lo lama banget sih!!" Semprot Nanda.

"Bacot banget lo, udah gue jemput juga," sinis Yuta. Semenjak dewasa, sikap Nanda sangat menyebalkan. Minta diantar kemanapun Yuta sanggupi, minta beli ini-itu Yuta bayarkan tetapi gadis itu seperti tidak ada berterima kasih sekali pun padanya.

"Ya lagian lama, bosen tau nunggunya." Nanda cemberut.

"Udah gue jemput, nggak usah sok ngambek lo." Nanda semakin cemberut.

Yuta mengusap wajah Nanda, "Jangan gitu, muka lo kaya beru tau nggak."

"JAHAT BANGET SIH." Sentak Nanda dengan napas memburu, beru ialah hewan sejenis monyet. Jadi, maksud Yuta muka Nanda mirip— rasanya Nanda ingin memotong tubuh Yuta.

"Canda elah," Yuta terkekeh melihat raut wajah kesal Nanda.

"Nggak lucu tau."

"Yaudah."

Nanda mendengus kasar, dia tersentak saat Yuta mengusak puncak kepalanya. "Udah, cemberut mulu. Mau mie ayam nggak?" tanya Yuta.

Sontak Nanda mengangguk antusias, "MAU."

"Mie ayam aja gercep," cibir Yuta. Sedari dulu makanan favorit Nanda tidak pernah berubah, Nanda setia pada mie ayam.

Yuta membelokkan mobilnya ke arah kiri, kedai mie ayam yang biasa mereka beli lokasinya tak jauh dari kampus Nanda. Konon kedai itu sudah berdiri sejak tahun 1990. Tempat itu sering ramai, selain karena rasanya yang enak, harganya pun pas untuk kantong pelajar atau mahasiswa.

Kedua insan itu keluar dari mobil setelah kesulitan mencari tempat parkir, Nanda menyalahkan Yuta, biasanya Yuta membawa motor untuk menjemputnya. Setiap ke ke kedai mie ayam ini tidak pernah susah-susah cari lahan kosong. Mana tempat parkirnya lumayan jauh.

"Salah lo bawa mobil, susah kan cari tempat parkirnya? Harus jalan lagi ini, pegeel," rengek Nanda.

"Lagi males bawa motor, panas."

Bola mata Nanda merotasi, dia menatap Yuta sebal. Percuma pula bawa mobil jika pada akhirnya mereka tetap kepanasan.

"Ngambek aja terus, kek gajah lo lama-lama." Apalagi ini? Setelah muka cemberut seperti beru, terbitlah gajak ngambek.

Just UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang