I'am Yuta 19 (Revisi)

46.6K 2.3K 257
                                    

Hehe ternyata ada draft 1 chapter

Upload✅

🐊🐊🐊

"Nanda?" panggil Yuta ketika dia sudah pulang ke rumah larut malam, sebenarnya selepas di café itu Yuta ingin langsung pulang namun teman-temannya menahan. Mereka pun menanyakan perihal Yuta yang sangat jarang ke markas alhasil Yuta pasrah mengikuti langkah mereka untuk markas.

Karena tidak ada sahutan Yuta mengayunkan kakinya menuju kamar Nanda. Dahi laki-laki itu menyerngit melihat kamar Nanda yang kosong, "Nanda?" panggilnya untuk kedua kali.

"Apa?" ternyata Nanda ada dikamar mandi, Yuta bernapas lega.

Yuta naik ke atas ranjang, menyandarkan punggung pada kepala ranjang. Dia memainkan ponsel Nanda selagi menunggu orangnya keluar kamar mandi. Ruang pesan teratas membuat Yuta penasaran, dia membuka pesan itu namun terurungkan karena Nanda datang dan bertanya dengan ketus.

"Kenapa baru pulang?"

"Tadi ngumpul dulu sama temen gue," jawab Yuta.

Nanda manggut-manggut sembari tersenyum miring, "Ohh, nggak ingat ya ada yang nunggu jemputan?"

Yuta meneguk salivanya, dia mendadak lupa untuk menjemput Nanda. "Maaf, gue lupa."

Nanda mendecih, "Udah tua lo? Untung aja ada Mamahnya Karin yang nawarin anterin gue sama Vira." Walaupun sudah dewasa Karin tetap diantar-jemput oleh orang tuanya.

"Iya maaf," ucap Yuta.

"Maaf teroos."

Yuta mengembuskan napas kesal, "Ya terus lo mau apa?"

"Beliin mie ayam sama bakso, sama ayam goreng, sama martabak telor." Kata Nanda sambil membayangkan makanan yang dia sebutkan.

"Anjir, banyak amat samanya." Umpat Yuta.

Nanda mendelik, "Mau beliin nggak?"

Yuta berdecak, "Iya, iya."

"Yaudah sana!" usir Nanda.

"Mami belum pulang?" tanya Yuta ketika dia hendak berdiri.

"Ohiya, tadi Mami telpon katanya kakek di Jepang masuk rumah sakit lagi. Jadi, Mami sama Papi langsung flight." Kata Nanda menyampaikan perkataan Mami ditelepon sore tadi.

"Oh."

Nanda melotot mendengar tanggapan Yuta, hanya kata 'oh' yang dikeluarkan. "Kok cuma oh doang?"

"Ya terus?" sebelah alis Yuta terangkat.

"Lo nggak khawatir gitu? Kakek lo masuk rumah sakit loh," bisa-bisanya Yuta tidak panik disituasi semacam ini.

"Terus gue harus apa? Bolak-balik? Jungkir balik gitu?"

Nanda menepuk jidatnya, "Astaga Yuta, itu kan kakek lo. Masa nggak panik atau khawatir sama sekali?"

"Gue males gerak," dahi Nanda mengkerut.

"Apa hubungannya sih?"

Yuta menyerahkan ponselnya pada Nanda, "Nih, lo pesan sendiri. Gue mau mandi," setelahnya laki-laki itu pergi ke kamarnya.

"Udah malem lo belum mandi?!" sentak Nanda.

"Yuta!!!" teriak Nanda ketika Yuta meninggalkan kamarnya dan tidak menjawab pertanyaannya.

🐊🐊🐊

Jeffri membuka pintu rumah dengan perlahan agar tidak menimbulkan suara. Saat ini sudah memasuki pukul setengah sepuluh malam, mungkin saja istrinya itu sudah tidur. Jeffri berkumpul bersama temannya tak ingat waktu, ketika mereka membicarakan hal tentang wanita Jeffri teringat dengan Vira yang lupa untuk dia jemput. Jeffri pulang lebih awal dari lainnya.

Diperjalanan tadi, Mamahnya menelpon menanyakan keberadaannya. Mamah bilang Vira sempat menghubunginya dan bertanya kemana perginya Jeffri dari pagi hingga malam hari. Jeffri merasa sangat bersalah karena melupakan kewajibannya.

Jeffri mengunci kembali pintu rumahnya, berjalan mengendap-endap. Tubuh Jeffri mendadak kaku, hatinya terenyuh melihat Vira menunggunya hingga ketiduran disofa ruang tamu. Dia menghampirinya lalu mengangkat tubuh Vira perlahan untuk dipindahkan ke kamar mereka.

Vira menggeliat pelan, perlahan matanya terbuka. Dia tersenyum ketika melihat wajah tampan suaminya, "Kamu udah pulang?" pertanyaan retoris timbul dari mulut Vira.

Masih sempat Vira tersenyum disela kekecewaannya, Jeffri semakin merasa bersalah. "Aku minta maaf," lirihnya.

Jeffri menidurkan tubuh Vira ke ranjang setelahnya dia duduk disamping Vira, "Sekali lagi aku minta maaf, aku keasikan main sampai lupa harus jemput kamu. Aku ngerasa jadi suami buruk telantari istrinya yang lagi hamil."

"Lupa itu sudah menjadi sifat dasarnya manusia. Aku maafin, kamu main sama teman masih diambang batas wajar kok. Kamu masih ingat sama aku yang lagi hamil." Ucap Vira lembut.

Laki-laki itu meraih tangan Vira, mengecup punggung tangannnya berulangkali. "Terima kasih, sayang. Aku janji nggak akan lupain kewajiban aku."

Vira mengangguk sambil tersenyum, "Sama-sama. Ohiya, kamu udah mandi?" Jeffri menggeleng.

"Nggak usah mandi udah malem, sini tidur aja! Kamu masih wangi kok, aku mau peluk kamu." Setelahnya Vira dan Jeffri terkekeh.

"Aku ganti baju dulu," ucap Jeffri lalu melenggang ke ruang ganti pakaian yang tersedia dikamar mereka.

Vira tiduran menunggu Jeffri sambil memainkan ponselnya, setelah Jeffri selesai dia menyimpan kembali ke nakas. Vira tersenyum sambil merentangkan tangan bermaksud ingin segera dipeluk. Jeffri tertawa pelan, dia segera naik lalu menarik Vira ke dalam pelukannya.

"Tadi pulangnya sama siapa?" tanya Jeffri memulai pillow talk seperti yang mereka lakukan ketika hendak tidur malam.

"Sama Mamahnya Karin. Nanda juga ikut, bang Yuta nggak jemput." Vira cemberut, "Kamu main sama bang Yuta?"

Jeffri mengangguk, "Terus kamu sendiri dirumah?"

"Huum," bibir Vira mempout membuat Jeffri gemas.

"Nggak kenapa-napa kan?"

"Aku nggak papa, kan kalo kamu ke kampus sama pergi kerja aku sendirian dirumah."

Jeffri mempererat pelukannya, dia menaruh dagunya dipuncak kepala Vira. "Sayang banget sama istriku yang cantik," ucap Jeffri.

"Aku juga," setelahnya Vira terkekeh, dia menenggelamkan wajahnya didada Jeffri.

Vira mendongak, "Kamu nggak usah main sama bang Yuta lagi."

Dahi Jeffri mengkerut, "Loh kenapa? Aku sama Yuta udah temenan dari SMP. Kayanya kamu takut banget sama Yuta, kalo aku boleh tau alasannya apa?"

"Waktu itu kan kita lagi makan di kantin, terus Karin liat leher Nanda merah-merah. Aku sama Karin paksa Nanda buat cerita. Ternyata pelakunya bang Yuta. Pas pulangnya kan Nanda dijemput bang Yuta, rencananya aku sama Karin mau marah-marahin bang Yuta. Eh malah aku sama Karin yang dibentak duluan. Dia bilang gini 'Nggak usah ikut campur' sambil mukanya serem gitu," ucap Vira menirukan gaya bicara Yuta namun jatuhnya menggemaskan dimata Jeffri.

Laki-laki itu tertawa pelan, "Gemas banget aku sama kamu."

"Ih jangan kencang-kencang peluknya."

🐊🐊🐊

See you👋

Just UOnde histórias criam vida. Descubra agora