I'am Yuta 9 (Revisi)

60.2K 3.1K 91
                                    

Yuta memasang standar motornya, mencabut kunci lalu melangkah ke dalam rumahnya. Rumah ini hanya terisi dua orang, sedangkan kedua orang tuanya jarang berada dirumah. Selain mengurusi pekerjaan, Mami dan Papi Yuta merawat sang kakek yang tengah sakit-sakitan di negara sakura.

Diruang pertengahan, netra Yuta menangkap seorang gadis sedang tertidur dengan televisi yang masih menyala, plastik kemasan aneka camilan berserakan. Yuta berdecak kesal, kebiasaan. Dia mendekati gadis itu lalu berjongkok didepannya. Memandang kecantikan natural gadis selisih satu tahun dengannya.

"Tidur mulu lo, anak pungut," cibirnya seraya menyentil kening gadis itu. Stress yang disebabkan oleh skripsi seketika terasa menghilang hanya melihat wajah Nanda.

Dia Nanda Priscilla, gadis yang Yuta temukan ketika keluarganya pindah diperumahan ini. Saat itu Yuta yang berumur dua belas tahun menemukan Nanda tengah menangis didepan rumah seorang diri. Setelah Nanda menceritakannya kepada Mami Yuta, beliau iba kemudian merawat Nanda hingga tumbuh bersama Yuta.

Yuta ingin marah saat itu namun tidak bisa lantaran dia hanyalah bocah ingusan. Menyedihkan sekali kehidupan Nanda, ditinggal wanita tersayang selamanya kemudian ditinggal ayah dan kakak entah kemana. Tidak bisa terbayangkan, diusia yang seharusnya bersenang-senang Nanda mendapatkan penderitaan seperti itu.

Setelah tumbuh dewasa, gadis itu sungguh menyebalkan sering melakukan kekerasan kepadanya, suka melunjak dan tidak tau terima kasih. Rasanya ingin sekali memutilasi Nanda lalu memberikan potongan tubuhnya kepada anaconda di sungai amazon.

Saat memasuki usia lima belas tahun, gadis itu ingin belajar mandiri. Dengan bermodalkan nekat tinggal sendiri dirumah peninggalan ibundanya, lokasinya tak jauh persis didepan rumah Yuta. Namun Mami melarang.

Karena kasihan dengan cara tidur gadis itu yang sepertinya menyakitkan diri, Yuta membopong tubuh Nanda membawanya ke kamar. Kamar mereka bersebelahan, Mami yang mengaturnya. Tidak tahu apa alasannya.

Melangkah perlahan menaiki anak tangga, "Kebanyakan dosa lo, makanya berat." Sesungguhnya berat Nanda tidak seberat yang Yuta ucapkan. Laki-laki itu sering body shamming kepada Nanda, tetapi itu hanya sebagai bahan lelucon saja. Lain lagi dalam hatinya.

"Eungh..." Nanda menggeliat dalam pelukan Yuta.

"Jangan desah, bego." Hanya suara lenguhannya saja sangat merdu dan menggoda iman Yuta, bagaimana jika Nanda mendesah dibawah kendalinya. Yuta menggelengkan kepala, menghilangkan pikiran sialan itu.

Yuta membuka pintu kamar Nanda memakai kaki, membaringkan gadis itu perlahan ke kasur. Membenarkan posisi tidurnya kemudian menyelimutinya. Refleks Yuta mengecup kening Nanda cukup lama, setelah sadar dia menepuk bibirnya sendiri sambil mengumpat. "Gue ngapain?"

Terpaku memandang wajah cantik Nanda, "Ah gila gue lama-lama, kenapa lo cantik banget sih?" wajah beberapa mantan dan kekasihnya lebih cantik dari Nanda, tetapi dia tidak setergila ini untuk memandang wajahnya.

Bibirnya. Jangan salahkan Yuta yang terlalu brengsek untuk disebut laki-laki, salahkan bibir berwarna peach Nanda yang amat sangat begitu menggoda untuk dikecup. Jika saja keduanya saling menikmati, maka Yuta akan sangat terpuaskan. Tidak seperti ini, mengambil kesempatan dalam kesempitan.

Yuta mengingat perkataan Jeffri, jika dipikir kembali usulan sahabatnya itu sepertinya tidak terlalu buruk. Yuta akan memantapkan hatinya detik ini juga. Dia bangkit kemudian merogoh saku, mengambil ponsel mengirimi seseorang sebuah pesan singkat.

Kemudian Yuta menelpon Jeffri, "Hallo." Yuta menyapa.

"Apaan?" tanya sahabatnya dari sebrang sana.

Just UWhere stories live. Discover now