I'am Yuta 10 (Revisi)

60.3K 2.8K 175
                                    

Malam selanjutnya, seperti malam kemarin Yuta kembali menyelinap ke kamar Nanda. Reaksi gadis itu masih sama, terkejut. Mengapa pula akhir-akhir ini Yuta sering mengunjungi kamarnya dimalam hari? Apa yang sebenarnya dia mau?

"Mau ngapain lagi ke kamar gue?" Nanda siap memejamkan mata namun dia urungkan ketika mendapati kedatangan Yuta.

Tidak seperti malam sebelumnya, Yuta datang setelah Nanda terlelap. Sekarang gadis itu belum memejamkan. Yuta ingin bermain sedikit. "Terserah gue, kan gue udah bilang. Kamar lo, kamar gue juga."

Nanda menghela napas jengah, dia menyibakkan selimutnya kemudian bangkit tetapi Yuta terlebih dahulu menangkap pergelangan tangannya. Membanting tubuh Nanda pelan ke ranjang, disusul Yuta menindihnya.

"Awas ih!" rengek Nanda.

Yuta mengurungnya, dia memandang dalam manik Nanda. Seolah terhipnotis, Nanda memandang balik. Jarak wajah antara mereka semakin menipis, Yuta memiringkan wajahnya, mempersatukan kedua benda kenyal itu.

"Ah..." desah Nanda saat pagutannya terlepas.

Yuta berdecih, "Cih, sok ngusir. Gue cium, keenakan juga lo. Masih mau ngusir gue?"

Pipi Nanda bersemu, dia memang menikmati ciuman tadi. Tetapi tidak mungkin dia akan mengakuinya, gengsi dong. "Nggak! Sok tau," sentaknya.

"Boong banget," senyumannya tak dapat dia tahan lagi. Nanda yang melihat itu menggigit bibir bawahnya agar tidak ikut tersenyum.

"Apasi senyum-senyum?" tanya Nanda.

Tak menjawab pertanyaan Nanda, bibir gadis itu kembali diserbu bibir Yuta. Keduanya saling memagut dan sama-sama menikmati ciuman itu. Bahkan lengan Nanda mengalung mesra dileher Yuta.

"Lo nggak mau jadi cewek gue?" pertanyaan yang mengandung unsur pesimis.

Nanda mengerjap, "H-hah?"

"Nggak mau? Oke, gapapa," gadis itu saja belum menjawab tetapi level pesimisnya sudah meningkat.

"Maksudnya? Beneran nggak ngerti loh," otaknya berputar-putar mencari arti dari perkataan Yuta.

"Nggak perlu dibahas, nggak nyampe diotak kecil lo." Yuta bangkit berlalu menuju balkon kamar Nanda. Dia duduk dikursi, merenungkan keraguannya.

Yuta tidak tahu, bagaimana cara menyatakan cintanya pada seseorang. Pasalnya dia tidak pernah melakukan hal semacam itu. Kepada sepuluh wanita beruntung yang pernah Yuta pacari pun tidak pernah. Setelah bercinta ataupun si wanita tersebut memberi kepuasan kepadanya, Yuta langsung mengklaim bahwa mereka resmi menjalin hubungan. Tidak ada rasa cinta didalamnya.

Dia terkekeh sendiri, cinta? Betulkah rasa ini kepada Nanda disebut cinta? Apa sebenarnya defini cinta itu? Apa Yuta pantas untuk mendapatkan kembali cinta dari Nanda? Kepalanya mendadak pening memikirkan hal itu.

Nanda duduk disamping Yuta, dia penasaran apa yang membuat laki-laki termenung. Kerutan didahinya nampak terlihat banyak, dia mengusapnya pelan. "Nggak kerasa ya? Lo udah tua aja," Nanda terkekeh.

Yuta tersentak, dia meraih lengan Nanda lalu menggenggamnya. Jelas Nanda kaget, jantungnya berpacu lebih cepat. Sepertinya segala tindakan Yuta yang dilakukan untuknya sangat berbahaya. Efeknya sangat fatal. Bisa-bisa Nanda terkena serangan jantung diusia muda.

"Sebentar aja," pinta Yuta saat Nanda hendak menarik lengannya.

Nanda menghela napas, "Oke. Sebenernya lo kenapa si?"

"Nggak kenapa-napa," Yuta malas menceritakannya.

"Nggak jelas banget," jengah Nanda, dia menarik paksa lengannya yang masih digenggam erat oleh Yuta.

"Gue bilang sebentar ya sebentar. Pelit amat." Sentak Yuta.

Nanda mengerjap, sebenarnya budak Jepun ini kenapa? Tadi senyum-senyum, sok berlagak manis, sekarang membentaknya sekaligus dengan tatapan datar khas laki-laki itu.

Bola matanya memutar malas, "Beneran deh, lo kenapa? Sehat nggak?" telapak tangan Nanda menempel didahi Yuta, mengecek apakah Yuta tengah demam.

"Uh, panas," Nanda menekan perkataannya.

"Diem, lo!"

"Uh, galaknya," goda Nanda. Jangan kira Nanda bisa santai disituasi semacam ini, otak cantiknya masih berputar-putar tentang Yuta. Mengapa laki-laki itu sering menyelinap ke kamarnya ditengah malam? Apa tujuan laki-laki itu menciumnya? Cewek gue? Benarkah ucapan Yuta mengarah pada Nanda yang ingin dijadikan gadisnya?

"Sekarang jelasin ke gue, apa maksudnya 'nggak mau jadi cewek gue'?!" tanya Nanda tegas. Dia tidak bisa membiarkan ini semua masih berputar dibenaknya. Bisa-bisa pecah kepala Nanda.

"Emang gue ngomong apaan?" Yuta bertanya dengan tampang idiot membuat Nanda tertawa kencang.

"Lo yang ngomong, aneh." Nanda berhenti tertawa, dia mengayunkan kaki kembali masuk ke kamarnya. Mematikan lampu, naik ke ranjang kemudian menyelimuti tubuhnya dengan selimut.

Yuta pun ikut bangkit, mengikuti Nanda. Berbaring disebelahnya. Menarik tubuh Nanda ke dalam dekapannya. "Ih apaan sih peluk-peluk mulu," rengek Nanda.

"Peluk doang, pelit amat." Sinis Yuta, "Belum juga gue grepe," lanjutnya dalam hati.

Yuta meminta peluk? Oke, akan Nanda ikuti kemauannya. Dia meringsek ke dalam dekapan Yuta, menggesekkan hidungnya di dada bidang laki-laki itu. Nanda terkekeh pelan mendengar degupan irama jantung Yuta. Apakah Yuta gugup ketika dia membalas memeluknya?

"Kenapa jantungnya, pak?" goda Nanda. Tidak hanya Yuta yang bisa membuat seseorang terkena serangan jantung karena tindakannya. Nanda pun bisa.

"Nggak tau nih, bu dokter," Yuta memegang dadanya seolah benar-benar sakit.

"Saya periksa dulu, boleh?" Yuta mengangguk sambil terkekeh.

Nanda mendekatkan telinganya, "Wah, bahaya banget ini pak. Harus segera dicopot jantungnya," kata Nanda pura-pura serius.

"Mati dong saya," keduanya tertawa terbahak-bahak.

"Sekarang gantian, gue mau periksa jantung lo. Sini buka bajunya!" kata Yuta.

Nanda menyilangkan tangannya didepan dada, "Moduuus. Dokter cabuuul. Mana ada periksa jantung kaya gitu."

🐊🐊🐊

Just UWhere stories live. Discover now