I'am Yuta 3 (Revisi)

70.6K 3.3K 205
                                    

Kelas telah usai, Nanda, Vira dan Karin tengah berada di kantin menikmati mie ayam special buatan mang Kardun. Tak lupa juga mereka membeli minuman serta beberapa snack untuk topping mie ayam.

"By the way, hubungan lo sama cowok Jepun itu macem mane? Siapa sih namanya? Lupa gue," tanya Karin.

"Bang Yuta," Vira menjawab, Karin mengangguk antusias.

Nanda tersedak mie saat mendengar nama laki-laki itu disebutkan Vira. Dia mengambil segelas air lalu meneguknya, "Siapa cowok Jepang? Gue nggak tau tuh selain kakek legend, sug*ion*o."

Vira melemparkan kulit kuaci ke arah Nanda, "Jangan ngomong macam-macam, kasian anak gue kupingnya tercemari sejak dini." Dia mengusap-usap perutnya sambil tersenyum.

"Apa? Anak?!" pekik Nanda dan Karin.

Vira melotot. Orang-orang dikantin memandang mereka heran, "Jangan teriak-teriak bisa? Malu dilihatin orang," jengahnya.

Keduanya kembali tenang lalu Nanda bertanya, "Ini maksudnya lo hamil gitu? Hamil anak Jeffri?"

Vira memutar bola mata, "Terus siapa lagi selain suami gue?" sinisnya.

Nanda berdecak, "Gila. Sperma laki lo kayanya berkualitas premium."

"Haha premium anjir, kenapa nggak pertamax aja? Gue mau sperma bang Jeff dong," celetuk Karin yang mendapatkan tatapan maut dari pawangnya, "Canda sperma." Karin cengengesan. Nanda tertawa.

"Premium, pertamax, lo kata bensin apa?" sentak Vira.

"Tapi yang dibilang Nanda bener deh, lo 'kan honeymoon bulan kemarin sekarang udah kembung aja," kata Karin.

"Udah lah, jangan bahas itu. Kita lagi bahas Nanda sama bang Yuta loh," Nanda mengumpat, dia kira omongan itu sudah berhenti nyatanya mereka masih ingat.

"Iya, lo 'kan kenal bang Yuta udah lebih dari sepuluh tahun. Masa nggak ada peningkatan? Akun Shopiah gue aja udah level platinum padahal baru dua minggu." Ucap Karin.

"Itu mah elo nya aja boros." Sentak Nanda.

"Nggak usah ngalihin pembicaraan lagi ya anda!" tegur Vira.

Nanda menyeruput minumannya lalu kembali bersuara, "Emang kenapa kalau udah kenal bertahun-tahun? Harus gitu ada apa-apanya? Percuma, kalau emang nggak berjodoh."

"Tapi lo udah tidur sama dia," Nanda yang tengah minum sontak menyemburkan minumannya mendengar ucapan Karin.

"Anjir, siapa yang bilang?!"

"Lo." Jawab Vira dan Karin, serempak.

"Nggak woii!" elak Nanda.

"Lagian Yuta udah ada cewek," kata Nanda.

Vira mengangguk percaya, "Benar. Suami gue udah nasehatin bang Yuta karena dia udah terjun terlalu dalam ke dunia having sex, tapi bandel."

"Gara-gara laki lo!" sentak Nanda.

"Kata mami, Yuta di Jepang tuh penurut, sering belajar, jarang keluar rumah. Semenjak pindah, ketemu laki lo makin-makin tuh bandelnya."

Sontak Vira menunduk, "Jadi, suami gue yang bawa pengaruh buruk buat bang Yuta?" hamil muda memicu peningkatan hormonnya, mata Vira berkaca-kaca.

"Eh eh nggak gitu, anjir." Nanda dan Karin kelimpungan saat Vira menangis tersedu-sedu. "Gimana, dong?"

"Salah lo, Nda."

Nanda memeluk Vira, mengusap-usap punggungnya guna menenangkan, "Pstt... aaa jangan nangis dong! Vira sayangku. Laki lo nggak salah, Yuta yang salah."

"Telpon suaminya, coba!" usul Karin.

"Gue nggak punya nomornya. Eh bentar, gue coba telpon Yuta. Siapa tau lagi barengan," Nanda mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Yuta, menanyakan keberadaan suami dari sahabatnya ini.

Panggilan terhubung, "Lo lagi sama si Jeffri ngga?" todong Nanda.

"Ngomong, tolol. Ini bini-nya lagi mewek," geram Nanda karena Yuta tak kunjung menjawab pertanyaannya.

"Hah? Apa? Tadi bini si Jeffri kenapa? Me? Me—"

"Mewek, anjir. Menangis maksudnya pasti pikiran lo kotor." Nanda berdecak, bisa-bisanya Yuta memikirkan hal kotor disaat keadaan genting seperti ini.

"Gua baru bangun tidur. Lo ganggu mulu, heran gua."

"Gausah banyak omong ya anda. Cepat telpon si Jeffri suruh jemput istrinya! Lo juga jemput gue!" Vira semakin menangis histeris mendengar bentakan Nanda.

"Lo 'kan bukan isteri gua. Ngapain minta jemput?"

"Yutaaa. Buruaaan! Gue ikutan nangis entarnya," suara Nanda sudah seperti orang yang hendak menangis. Nanda paling tidak bisa melihat orang menangis, maka dia akan ikut menangis pula.

"Ckk, berisik lo." Panggilan langsung terputus.

Sambil menunggu suami Vira menjemputnya, Nanda dan Karin berusaha menenangkan ibu hamil ini. Lima belas menit berlalu, Vira masih menangis sesenggukan. Ponsel Nanda bergetar, ada pesan masuk dari Yuta yang menanyakan keberadaannya.

Lion🐊
Dmn?

Kantin.

Tak lama, datang dua laki-laki yang tak lain adalah Jeffri dan Yuta. Jeffri dengan raut wajah paniknya menghampiri sang istri, "Sayang, kenapa nangis, hm?" tanya-nya lembut lalu membawa wanita itu ke dalam pelukannya.

"Udah ya, jangan nangis. Kita pulang, yuk!" Vira mengangguk, ibu hamil itu masih sesenggukkan dipelukan Jeffri.

Yuta, Nanda dan Karin mengalihkan pandangannya ke arah lain. Tak sanggup melihat keuwuan pasangan yang sudah resmi di mata hukum agama dan negara.

Yuta menarik tangan Nanda, membawanya ke parkiran dimana tempat motornya berada. Nanda melepaskan genggaman tangan Yuta, "Main tarik-tarik aja. Sakit tau," dia memijat pelan tangannya sendiri.

"Lo mau balik ngga?!" ucap Yuta galak.

Nanda memberenggut, "Iya, tapi tas gue masih dikantin."

"Buruan ambil! Gue tunggu lima detik. Lebih gue tinggal."

"Mana ada lim—"

"Satu," gigi Nanda gemeletuk, menahan amarah. Dia segera berlari, mengambil tasnya yang masih berada dikantin. Untungnya ini masih dipertengahan jalan, jadi bisa lebih cepat mengambil tasnya.

"Lima." Yuta meninggalkan Nanda yang masih ngos-ngosan.

"Yutaa, tungguin ih kaki gue pegal tau," kesal Nanda.

"Dasar lo singa, buaya, babi ngepet, hobbinya bikin orang capek aja," gerutu Nanda sambil berjalan, mengikuti langkah kaki Yuta.

"Buang kaki lo. Ganti yang baru. Gampang, kan?" Yuta tersenyum simpul.

"Gampang gampang. Mulut lo tuh yang gampangan.

🐊🐊🐊

Jangan lupa Vote, komen dan follow😉

Just UWhere stories live. Discover now