9

2.1K 263 13
                                    

Naruto membuka mata ketika suara dering terdengar dari alarm ponsel yang ia atur. Naruto mengucek mata dan merasakan adanya tekanan dari pinggangnya.

Ia berbalik untuk menatap wajah close up Sasuke yang sedang tertidur, sebagai pria yang tak pernah berbagi ranjang dengan siapapun, Naruto cukup terkejut hingga secara tak sadar menendang perut Sasuke hingga pria itu mengaduh dan terbangun.

"Ma-maaf, aku tidak bermaksud," Naruto panik dan segera duduk untuk memastikan Sasuke baik-baik saja.

"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Sasuke dengan kerutan di dahi, sudah jelas ia cukup kesakitan saat ini.

Naruto tidak tau harus bagaimana, ia mendekati Sasuke dan menempelkan tangannya ke perut lelaki itu.

"Apakah masih sakit?" Tanya Naruto.

"Rasanya luar biasa." Jawab Sasuke datar, mereka berada di posisi itu cukup lama hingga akhirnya Sasuke duduk dan mencoba membuat perengangan perut.

"Bagaimana?" Tanya Naruto dengan cemas.

"Bagaimana kamu bisa mempunyai energi sebanyak itu saat bangun tidur?" Tanya Sasuke, ia merasa perutnya kram saat ini, tapi itu lebih baik daripada beberapa menit yang lalu, ia merasa semua ususnya dibalik.

"Hehe ... Kurasa karena aku berlatih judo, jadi responku seperti itu," jawab Naruto sembari mengelus lehernya tak nyaman.

"Mau ku ambilkan air panas? Mungkin itu bisa membantu meredakan sakitnya."

Sasuke menggeleng. "Tidak, aku baik-baik saja."

Naruto nyengir dan memastikan Sasuke baik-baik saja, ia mengambil ponsel dan mengecek jadwal pekerjaannya hari ini.

"Aku harus pergi sekarang. Ada jadwal pemotretan dan perpisahanku dengan perusahaan." Naruto turun dari ranjang dan menguap, ia menggaruk perutnya sembari mencari handuk yang disediakan hotel.

"Apakah kamu langsung pulang ke rumah setelah ini?" Tanya Sasuke.

"Ya. Sebaiknya kamu juga segera menyiapkan check out."

Naruto berkendara ke studio setelah meletakkan barang-barangnya di villa. Orangtua Naruto yang sudah pulang duluan dari hotel menyarankan—maksudnya memaksa Sasuke untuk tinggal di villa karena Fugaku akan pulang ke Jepang hari ini.

"Yoo ... Naruto," Jenshen berlari kecil dan memeluk bahu Naruto dari samping, ia tersenyum kecil.

"Bagaimana honeymoon mu?" Tanya Jenshen, Naruto segera memukul tulang keringnya dengan kaki yang membuat Jenshen hampir jatuh.

"Ow ... Ow ... Kenapa memukul ku?" Tanya Jenshen tak terima.

"Diamlah."

Naruto baru memberitau pernikahannya pada Jenshen dua hari sebelum hari H, dan reaksi pria itu seperti pada umumnya yang terkejut tapi setengah ingin tau kebenarannya. Jenshen hanya terkejut dan setelah itu menyalahkan Naruto yang tidak memberitaunya jauh-jauh hari.

"Kamu ingin kado apa? Apakah buket kondom tidak apa-apa?"

"Mau mati?"

Yah, sejak hari itu. Naruto selalu ingin memukul Jenshen dimanapun ia melihatnya.

"Apa kamu bayi besar? Tidak bisa jalan sendiri?" Tanya Naruto dengan jengkel ketika Jenshen menggelayuti bahunya.

"Kamu memukul tulang kering hingga kakiku lemas. Kamu harus bertanggung jawab." Naruto ingin melepas tangan Jenshen dari bahunya tapi pria itu bersikukuh tak mau.

TIME [SASUNARU]Where stories live. Discover now