47 - Ten, and still Counting

1.3K 199 23
                                    

"Kamu bukan hak milik siapapun, dan aku adalah orang egois yang hanya ingin memilikimu untuk ku sendiri."

"Ini dia, lihatlah data ini," Sasuke melirik pada asisten Fugaku yang membantunya memeriksa audit, ini sudah menyentuh satu minggu, dan pelaku yang mencuri data perusahaan belum juga di temukan.

Sasuke menatap layar komputer yang berisi ratusan tabel.

"Hoshigaki Kisame, dia bekerja satu tahun yang lalu di bagian pemantauan dan keamanan, melalui data ini, Hoshigaki telah menggelapkan uang dan juga ia mengahapus rekaman CCTV penting, aku sudah menanyakan pada rekan-rekannya, dan mereka sepakat jika Hoshigaki ini kemungkinan besar dibayar untuk melakukan spionase ke perusahaan kita." sekretaris Fugaku itu membenarkan posisi kacamatanya, dan Sasuke mengeluarkan ponsel lalu memfoto data Kisame. Setelahnya, ia mengirimkan gambar itu ke Deidara.

"Tetaplah bekerja dan jangan menyinggung apapun tentang ini, temanku akan mengirimkan hasil secepatnya." Sasuke berucap dengan ringan, seperti masalah ini hanya sepotong kue. Namun sekretaris Fugaku itu hanya mengangguk patuh, bagaimanapun ini adalah calon penerus perusahaan, Sasuke sama licik dan pintarnya dengan Fugaku.

From: Eugene

Sasuke mengirimi Deidara sejumlah data yang mencuri proyek penthuose, agak kacau disini, jadi tetap lah untuk memantau Naruto.

Jenshen menatap layar ponselnya tanpa berkedip, tiba-tiba dia disenggol lengannya oleh seseorang.

"Sepertinya hubunganmu dengan Eugene membaik?" Jenshen menarik senyum simpul dan menerima satu gelas teh dari Naruto, mereka saat ini sedang duduk-duduk di taman yang mengarah ke menara Eiffel.

"Memangnya kamu tau bagaimana hubungan kami?" tanya Jenshen, ia tak terkejut lagi jika Naruto tau tentang dirinya dan Eugene.

"Yah," Naruto menggaruk kepalanya yang tak gatal, "sebenarnya aku pernah mendengar kalian bertengkar, ku pikir itu mirip seperti pertengkaran antar kekasih."

"Ahh ..." Jenshen memandang Eiffel di depan, matanya membiaskan bayangan Eugene. Senyum itu, ia masih ingat dengan benar.

"Kami sedikit bermasalah dan sering salah paham, tapi percayalah masalah kami tidak serumit hidupmu." Jenshen tersenyum pada Naruto, dan pria itu menimpuk bahunya dengan kepalan tangan.

"Ayo pulang setelah minum teh, aku ingin tidur siang."

Naruto menutup pintu, akhirnya ia kembali lagi ke tempat ini. Walaupun villanya telah di tempati saudaranya, namun kamar disini cukup banyak dan tidak ada yang menempati kamar Naruto.

Ia hampir melangkah ke dalam,sebelum sosok familiar menghentikannya.

"Ibu?" panggilnya, dan Kushina menoleh dengan kaget, ada semangkuk sup jamur kesukaan Naruto yang masih mengepul di atas meja.

"Na–Naruto, kamu kembali, kenapa secepat ini?" Kushina berujar dengan gugup.

"Bu," Naruto melangkah ke depan, setiap langkahnya pasti dan membawa aura penekanan alami, membuat Kushina sedikit mundur ke belakang.

"Apa yang Ibu lakukan disini, bukankah Ibu harusnya masih di rumah sakit?" Naruto bertanya, dan suaranya turun beberapa oktaf.

"Ibu sudah sembuh."

Naruto berhenti, mereka saling berpandangan, hanya terpisahkan oleh meja. Dua orang yang cukup mirip dalam ekspresi keras kepala ini diam sembari mengamati.

"Bu, aku tau tentang rencanamu, aku tau Ibu berbohong tentang penyakit itu untuk memisahkanku dengan Sasuke,"

[Sasuke, semua masalah ini hanya ada satu orang, aku sudah memeriksa dan menemukan kalau pelakunya adalah Ibu Sai, dia juga yang menjadi otak dibalik kejahatan Shawn, apa yang ingin kamu lakukan sekarang?] Deidara bertanya.

[Apalagi? kamu kenal beberapa anggota Yakuza bukan,suruh mereka untuk menangkap Ibu Sai dan Shawn sekaligus. Sisanya aku yang akan mengurus]

[Hahaha, aku menyukai taktikmu, oke, beri aku waktu satu hari]

[Sepuluh jam, atau aku akan menghilangkan jarimu yang lain]

[Ah, benar-benar kejam. Baiklah, sepuluh jam adalah kesepakatan, aku menginginkan uang di muka]

[Jangan khawatir]

Sasuke mematikan panggilannya, ia sudah menduga itu, tidak ada orang yang cukup bodoh untuk menekan keluarganya dari semua sisi secara terang-terangan begini.

Sasuke melepas kaitan manset dan menggulung lengan kemejanya, ia sekarang berada di kamar, segalanya sungguh sudah kembali seperti semula, ia telah menghilangkan jejak Sai. Adapun Naruto, pria itu membawa segalanya, kecuali untuk boneka musang besar yang Sasuke taruh di sudut.

Ia merindukan pria itu, walaupun terlihat naif, siapapun yang merasa dirinya manusia pasti mengalami fase ini, dimana orang yang baik dan selalu menemanimu, pergi.

Sasuke duduk di tepi ranjang dalam diam, punggung yang selalu memancarkan aura sombong dan penakluk itu kini kesepian, seperti semua tameng yang melekat padanya, terlepas satu demi satu.

Ponselnya bergetar dengan lembut, ia kira itu dari Deidara lagi. Namun, matanya melebar tak percaya saat menemukan Naruto mengirim sebuah pesan di sana.

From: Naruto

Halo Sasuke, bagaimana kabarmu saat ini? Aku sudah membaca surat dalam kadomu, terimakasih dan maaf baru membalasnya sekarang.

Aku tidak tau harus berkata bagaimana lagi, tapi jika kamu ingin tetap mempertahankan pernikahan, kembalilah secepatnya, jangan membuatku menunggu lebih lama.

Mata Sasuke nyalang saat mengulang pesan singkat itu beberapa kali, ia tak peduli pada janjinya kepada Minato untuk menjauh dari Naruto, Sasuke menekan panggilan dan terhubung dengan cepat.

[Apa yang kamu lakukan? biaya telepon internasional itu mahal]

Naruto terdengar mengomel di sana dan Sasuke menghembuskan nafas, beban dalam hatinya seperti terangkat begitu saja.

[Aku ingin mendengarmu mengatakannya langsung] jawab Sasuke.

[Mengatakan apa?]

[Kalimat terakhir dalam pesanmu, katakan sekali lagi]

[Kamu membuang uang hanya untuk mendengar aku mengatakannya? ini pemborosan, aku akan menutup teleponnya]

[Tunggu] Sasuke menyahut dengan cepat, ia menyisir rambutnya ke belakang sebelum berkata.

[Aku akan membereskan semuanya terlebih dahulu, baru kita akan membicarakannya lagi, terlalu kacau dan ini adalah panggilan pertama kita setelah sekian lama, aku tak ingin kita salah paham dan bertengkar lagi]

Sasuke menghembuskan nafas dengan ringan.

[Aku merindukanmu Naruto, sebentar lagi penantianmu akan berakhir. Percayalah.]

Naruto memencet tombol merah di layar ponsel secepatnya.

Apa-apaan, itu terlalu cheesy!

Naruto tertawa mengejek di mulut, namun perutnya dipenuhi kupu-kupu dan hatinya bergetar tak terkendali

Ia awalnya hanya ingin berterimakasih secara formal dengan Sasuke, namun entah kenapa setelah berbicara dan mendengar pengakuan Kushina yang membenarkan kalimat Naruto tadi, ia menambahkan satu hal lagi di akhir pesan.

Tidak ada yang salah dengan memberikan orang kesempatan kedua, selama dia benar-benar ingin mengubah segalanya menjadi lebih baik. Hati Naruto tidak sekejam itu, apalagi ia kadang merasakan kasih sayang yang diberikan Sasuke itu tidak dibuat-buat.

"Sayaka. Sepertinya aku sekali lagi telah jatuh pada seseorang, semoga ini bukan keputusan yang salah."



09/10/2021

-Lunarica-

TIME [SASUNARU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang