38 - Only One Will Survive

1.4K 211 19
                                    

Naruto dan Sasuke kian menjadi sosok terasing, mereka yang dulu dapat memecahkan masalah secara kepala dingin, entah bagaimana tidak bisa mengatasi untuk kali ini, karena Naruto tidak nyaman, ia pindah ke kamar tamu agar Sasuke dapat menempati kamarnya dengan nyaman.

Shh ....

Tangan Naruto dengan cepat menuang adukan telur bercampur daun bawang ke dalam teflon, hanya ini sarapan yang bisa ia buat, Naruto kelelahan dengan pekerjaannya tadi malam, ia pulang dari studio sekitar jam satu pagi setelah ada acara meeting dengan pemilik butik terkenal.

Sambil sesekali menguap, Naruto pergi ke kulkas untuk mengambil kopi siap minum, apel adamnya bergerak seirama dengan proses menelannya, ada lapisan keringat tipis disana.

Setelah sarapannya siap, ia meletakkan semua itu di atas meja, Naruto sendiri tidak akan sarapan di rumah, karena dia harus bergegas kembali ke studio.

"Sasuke, sarapanmu di meja." Naruto berteriak dan mengambil tasnya, lalu bergegas keluar, ini jadi aktivitas barunya setelah perang dingin itu. Naruto jadi lebih rajin memasak, ia biasanya meninggalkannya di meja, lalu saat kembali, makanan serta piring sudah bersih, kembali ke tempatnya.

Naruto melakukannya karena tidak enak, ia sudah meninggali apartemen Sasuke dengan gratis, Naruto merasa harus membayar kebaikan pria itu.

"Naruto, cepat fitting bajunya, pihak butik ingin kamu memeragakan enam setel pakaian kali ini," ucap Denki saat melihat Naruto datang.

"Eugene dimana?" tanya Naruto, ia melepas jaket tebalnya dan meleparkam benda itu di sudut sofa.

"Dia agak telat– aih, ada apa dengan kantung matamu itu. Kamu kurang istirahat?" tanya Denki saat menatap wajah Naruto, ada kantung mata samar disana, keadaan seperti ini bisa menyulitkan Denki saat memotret.

"Ya, aku kurang istirahat sepertinya. Bisa aku mendapatkan riasan ekstra?"
"Aku tidak yakin, wajahmu juga pucat, kamu sedang sakit?" Denki menempelkan punggung tangannya ke dahi Naruto.

"Badanmu hangat, berapa lama kamu tidur semalam?" Denki terus bertanya, sedangkan Naruto menjaga agar rasa migrain di kepala, menjatuhkannya.

"Mungkin hanya empat atau lima jam, aku tidak menghitung." jawab Naruto, migrain itu bertambah parah, dunia berputar di matanya.

"Kamu ini kelelahan, duduk yang benar, aku akan minta infus vitamin." Denki bergegas keluar untuk memanggil pihak rumah sakit, sedangkan Naruto menghela nafas lega, ia menjatuhkan dirinya ke sofa dan memijat pelan keningnya, lama kelamaan, matanya memberat dan Naruto jatuh tertidur.

Naruto mengerutkan keningnya saat ada suara ribut samar, ia berusaha membuka mata dan melihat Eugene sedang berbicara dengan talent wanita, ia sendiri berbaring di sofa dengan tangan berselang infus.

Merasa di perhatikan, Eugene menoleh dan melihat Naruto menatap dirinya dengan mata kosong.

"Kenapa? terkesan dengan ketempananku?" tanya Eugene.

"Menjauhlah, aku ingin muntah melihatmu." jawab Naruto, ia menyandarkan diri perlahan.

"Aku akan jadi asistenmu selama satu hari, ingin minum?" tanya Eugene, dan Naruto mengangguk.

Naruto bermain ponsel sembari menunggu infusnya dicabut, Eugene dan talent lain telah pergi ke ruang pemotretan, dan ia jadi model urutan terakhir.

Saat sedang melihat akun media sosialnya, ia tiba-tiba mendapat panggilan telepon dari Kushina.

[Hallo]
Panggil Naruto.

[Putraku, sudah lama sekali, bagaimana kabarmu?]

Naruto menatap tangannya yang terselip infus, lalu tersenyum kecut.

TIME [SASUNARU]Where stories live. Discover now