13

2K 264 17
                                    

Sasuke dan Naruto kini tengah duduk di ruang tunggu.

"Masih sedih?" Tanya Sasuke melihat Naruto menunduk memainkan ponsel ditangannya, ia tau pertanyaan itu cukup bodoh untuk bisa diterima bahkan jika yang ia ajak bicara punya IQ rendah, tapi Sasuke tidak tau harus mengangkat topik apa lagi, kelemahan dalam hubungan ini adalah mereka belum mengenal satu sama lain secara jauh.

"Hm." Jawab Naruto tak bersemangat, ia kini tengah melihat update akun Jenshen yang sekarang tengah banjir komentar, ponselnya juga banyak muncul notif seperti itu.

Naruto membuka fitur foto dan memotret kakinya, ia menggunakan foto itu sebagai SG terkini.

Mereka menunggu sekitar sepuluh menit hingga pengumuman bahwa pesawat tujuan mereka telah siap. Naruto menghela nafas dan menggendong ranselnya serta menenteng tas kamera di tangan kirinya.

Keduanya mendapat tempat duduk bersebelahan, Naruto menyimpan ranselnya terlebih dahulu sebelum mendudukan diri disamping kaca. Wajahnya pucat dan ia terus meminum air selama penjelasan dari pramugari.

"Gugup?" Tanya Sasuke lirih setelah sang pramugari telah selesai menjelaskan bagian pelampung darurat.

"Mm." Natuto meremas tangannya dan menutup mata, dia lupa akan hal ini, Naruto memiliki trauma dengan pesawat dan ia selalu meminta bantuan Minato jika mereka terpaksa menggunakan transportasi udara.

"Katakan ada apa?" Sasuke mengelus pundak Naruto dan badan yang gemetar itu sedikit tenang.

"Aku tidak bisa mengatakannya. Apa kamu membawa kantong plastik?" Tanya Naruto.

"Apa yang ingin kamu lakukan?"

"Hanya jaga-jaga."

Ketika penjelasan pramugari selesai, pesawat mereka akhirnya bersiap lepas landas. Semakin cepat gerakan ancang-ancang pesawat, semakin gemetar pula badan Naruto, keringat dingin hampir membasahi punggungnya, bayangan darah dan pesawat yang hancur berkeping-keping terlintas dibenaknya.

Ketika pesawat akhirnya menukik untuk mendapatkan tinggi yang sesuai, Naruto tak tahan lagi, ia mengambil kantong yang disiapkan Sasuke dan muntah disana.

"Tenanglah," ucap Sasuke berkali-kali sembari memijat tengkuk Naruto. Melihat kegugupan pria ini, membuatnya ikut gelisah juga. Suara mereka hampir tak terdengar satu sama lain, tekanan udara yang berubah tajam membuat telinga mereka tuli sementara.

Naruto memutahkan seluruh sarapan paginya hingga menyisakan rasa asam yang memuakan, perutnya terasa melilit. Ia mengambil tisu dari tas dan membersihkan diri sebelum minum.

"Apakah kamu masih mual?" Tanya Sasuke, ia berpindah ke arah jemari Naruto dan memijat di sela-sela jari jempol pria itu.

"Mn, aku ingin ke kamar mandi." Perut Naruto semakin tak nyaman dan ia berniat membuang kantong kotornya juga.

"Tunggu sebentar, pesawatnya belum mendapat ketinggian yang stabil." Sasuke meraih saku hoodienya dan membuka satu permen mint.

"Makan ini." Naruto menerima dan memakan permen itu, rasa segar dan dingin menusuk indera pengecapnya, ia merasa lebih baik sekarang.

Setelah pesawat stabil, Naruto bergegas ke kamar mandi dan membersihkan diri kembali.

"Tidurlah, perjalanan kita masih panjang." Naruto menyandarkan diri ke kepala kursi dan Sasuke menyerahkan jaket yang tadi hanya ia tenteng di tangannya, Naruto mencium bau khas Sasuke dari pakaian itu dan merasa tenang, ia bisa tidur dengan nyaman setelah Sasuke memberi pijatan ringan di jarinya.

TIME [SASUNARU]Where stories live. Discover now