20. Kita Sahabatan?

299 48 8
                                    

Sejak kejadian malam itu, Acha dan Saka terlihat menjaga jarak. Lebih tepatnya Acha yang mencoba menghindari Saka. Bahkan Acha sampai pindah ke bangku belakang agar jauh dari Saka.

Bukan apa apa. Sebenarnya Acha sangat malu. Dan sedikit marah

"Aduh Cha sumpah ya duduk dibelakang tuh bikin gue ngantuk Cha." Bisik Ira.

Pelajaran matematika sedang berlangsung. Bahkan ini baru jam pertama tapi Ira sudah mengeluh ngantuk? Parah si Ira.

"Aduh diem deh Ira. Ini masih pagi masa udah ngantuk aja." Balas Acha.

"Kan lo tau gue semalem abis maraton drama."

"Ya makannya kalo mau maraton tuh liat dulu besok nya pelajaran apa."

"Kaya lo ga git---"

"Anastasya dan Nadira apa ada penjelasn ibu yang tidak kalian pahami sampai kalian berbisik bisik?" Tanya Bu Lail.

"Ah--ngga bu. Gada." Jawab Acha.

"Kalau ada ibu bisa ulang lagi." Tawar Bu Lail. Beliau ini adalah guru matematika terbaik yang Acha temui selama sekolah. Bu Lail tidak pernah memarahi muridnya. Sekalipun muridnya tidak pernah mengerjakan tugas yang beliau berikan. Beliau memberitahu dengan lembutnya sampai membuat murid itu malu sendiri karena kebaikan Bu Lail. Intinya Bu Lail ini guru matematika terbaik diseluruh dunia bagi Acha.

"Yasudah kalo begitu ibu lanjut materinya. Kalo tidak ada yang dimengerti bisa langsung tanyakan."

Sedangkan seseorang dibangku depan tampak sesekali mencuri pandang ke arah Acha.

Sampai akhirnya tak terasa pelajaran pun berakhir. Dan sekarang adalah waktunya istirahat.

Jangan tanya kenapa dari pelajaran matematika berlangsung dari jam pertama sampai waktu istirahat. Biasalah, anak IPA.

"Cha, Ra kuy lah kantin." Ajak Rendi.

"Kuy lah." Jawab Ira. "Ayo Cha."

"Kalian aja deh. Gue males ke kantin."

"Mau titip apa?" Tanya Navin.

"Lagi males makan."

"Hadeuh semua nya aja lo males Cha. Sekalian aja napas juga males." Mulut Rendi ini seperti minta ditabok. Untungnya Acha sedang ingin damai.

"Udah sana sana. Gue lagi ga mau ribut sama lo ya Ren." Acha menatap horor Rendi.

"Tu mata ketularan Saka heh? Serem amat."

Mendengar nama Saka menjadi sesuatu yang sensitif bagi Acha. Untuk sekarang. Sehingga gadia itu memilih pergi meninggalkan kelas entah kemana.

"Leh maen pergi aja tuh anak." Ucap Navin.

"Ka lo lagi musuhan sama Acha?" Tanya Ira.

Saka mengangkat bahunya acuh. Cowok itu lebih memilih tidak memberitahuinya sekarang. Pasalnya pasti nanti mulut mereka tidak bisa dikontrol jika tahu.

"Aneh banget udah 3 hari kalian diem terus. Sumpah gue mah mending liat kalian yang selalu debat daripada perang dingin kaya gini. Horor." Ungkap Ira.

Saka pun sama.

"Udah buruan ke kantin. Laper gue." Saka meninggalkan teman temannya lebih dulu.

Sepertinya Saka harus segera berbicara kepada Acha. Meminta maaf kepada gadis itu. Hari ini ia harus berhasil. Tidak boleh seperti hari hari sebelumnya.

****

"Nih makan."

Seseorang menyodorkan sebuah kantung keresek dari arah samping.

Protective God (ON GOING)Where stories live. Discover now