10. Menjadi Babu Dadakan

350 101 58
                                    

"Saka gue mau yakult."

"Ambil sendiri sana."

"Gue ga bisa jalan Ka."

"Lo ga lumpuh Cha."

"Saka ayo dong ambilin di kulkas."

"Mager gue."

"Dih mageran kaya cewek aja."

Saka tak mengindahkan ucapan Acha. Cowok itu memilih menyandarkan punggungnya pada sofa dan memejamkan matanya. Cowok itu sedang berada di rumah Acha. Tentu saja ia berada disini bukan inisiatif nya sendiri. Melainkan paksaan Nina dengan alasan khawatir jika membiarkan gadis itu sendiri dirumah dengan keadaan kakinya yang sakit. Baiklah Saka menurut.

"Saka masa tega biarin gue kehausan gini."

"Tuh dimeja ada air putih." Ucap Saka yang masih setia memejamkan matanya.

"Gue maunya yakult, bukan air putih."

"Sama sama air Cha!"

"Ayo dong Ka, lo gitu amat sih sama orang sakit. Ga punya banget rasa kasihan sama gue yang malang ini." Nadanya dibuat sememelas mungkin.

"Minum yang ada atau gue pulang?" Tegas Saka.

Acha menekuk wajahnya. Sepertinya benar adanya bahwa makhluk disamping yang bernama Arsaka Gimnastiar anak Bunda Nina dan Ayah Wira ini tidak memiliki perasaan. Bagaimana bisa ada orang seperti Saka?

"Yaudah gue ambil sendiri aja."

"Yaudah sana."

Acha semakin menekuk wajahnya. "Yiidih sini."

Dengan pelan Acha mulai berdiri. Namun sepertinya rasa nyeri dikakinya malah bertambah, padahal tadi di sekolah sakitnya sudah agak mendingan.

Baru saja Acha akan melangkahkan kakinya, Acha merasakan badannya tidak seimbang karena kakinya yang sakit mengakibatkan ia tidak bisa menopang badannya sehingga membuat Acha terjatuh kelantai.

"Awh!" Pekik Acha.

Acha memegang kakinya yang sakit yang tertumpuk oleh kaki satunya lagi.

"Makanya kalo ga bisa jangan maksain."

Saka mengangkat badan Acha ala bridal style dan mendudukannya kembali disofa.

"Y-ya abis lo nya gamau nolongin gue."

Alih alih menjawab ucapan Acha, Saka sekarang sudah berjongkok dihadapan Acha. Memegangi kaki gadis itu yang sakit. Memijitnya pelan berharap dapat menetralisir rasa sakit.

"Masih sakit?" Tanya Saka.

Acha mengangguk.

Saka berdiri. Melipat kedua tangannya didada.

"Kayanya gue harus manggil tukang urut."

"Ga mau!" Kilat Acha.

"Biar kaki lo ga terlalu sakit."

"Ga mau!"

"Cha nurut aja deh."

"Ga mau."

Acha memeluk pinggang Saka dengan cepat yang membuat cowok itu sedikit mundur kebelakang akibat pelukan Acha.

"Pokonya gue ga mau diurut Saka. Diurut itu sakit tau Ka. Pokonya gamau."

Saka terdiam.

"Jangan manggil tukang urut ya ya ya?" Acha menengadahkan kepalanya ke atas, meminta persetujuan cowok itu.

Protective God (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang