6. Rasa Penasaran

388 109 74
                                    

Mendengar kabar dari Saka bahwa Acha pingsan membuat Ira, Navin dan Rendi pergi mengunjungi Acha di UKS. Setelah ketiganya sudah berada disana, Saka berpamit untuk pergi ke perpustakaan yang tadi sempat tidak jadi karena menolong Acha yang pingsan.

Kedatangan ketigas temannya itu membuat suasana disana yang tadinya hening menjadi berisik karena pertanyaan yang temannya itu berikan secara bertubi tubi, seperti ini 'kenapa lo bisa telat?', 'kenapa lo bisa pingsan?', 'cowok lo kenapa ga jadi jemput?', dan 'siapa yang bawa lo ke sini?' . Seperti itu lah kiranya pertanyaan yang Acha dapatkan. Dan ada satu jawaban yang membut mereka sedikit tercengang. Bahwa Saka yang membawa Acha kesini.

Wajar wajar saja mereka begitu kaget, lantaran mereka tahu Saka itu bagaimana. Saka yang tidak peduli kepada Acha mau bagaimana pun gadis itu, saat kejadian Acha terpeleset di toilet sekolah pun Saka malah membiarkan gadis itu pulang menggunakan angkutan umum dengan alasan bahwa Saka akan bimbingan di rumah Bu Eros-Guru Matematika. Sungguh tidak berperasaan bukan?

Sekarang mereka berlima sudah berada di kantin karena tidak lama setelah Acha menjawab pertanyaan mereka dan Saka yang sudah kembali dari perpustakaan bel istirahat pun berbunyi.

Ketika mereka berlima sedang asik berbincang. Seorang cowok menghampiri mereka. Mengambil tempat duduk didekat Acha.

"Sayang kamu ga papa kan?" Pertanyaan itu tidak lain dari Farhan. "Aku denger tadi kamu pingsan di lapang."

"Aku ga papa ko, tadi ditolongin sama Saka."

Farhan menoleh ke arah Saka. "Thanks ya Ka!"

Cowok itu hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Maafin aku ya, gara gara aku kamu jadi pingsan gitu." Farhan mengelus pucuk kepala Acha.

"Aduh ko disini panas banget ya?" Sindir Rendi.

"Mau gue kipasin ga Ren?" Ira semakin menambahkan.

"Besok besok gue pasangim AC deh nih kantin biar ga panas." Navin pun ikut ikutan.

Saka hanya menahan tawa melihat tingkah ketiganya. Begitupun dengan Acha, tapi berbeda dengan Farhan. Ia tampak menahan emosi. Teman pacarnya itu memang selalu begitu jika ia sedang bersama Acha.

"Nanti pulangnya barengkan?" Acha bertanya.

"Eum kayanya ga--"

Tiba tiba panggilan telfon masuk di ponsel milik Farhan. Namun setelah dilihat namanya ia tidak langsung mengangkatnya. Membuat Acha menaikan kedua alisnya seolah bertanya 'siapa?'.

"Kenapa ga langsung diangkat?" Tanya Acha.

"Eum ini palingan sepupu aku kesepian di rumah sakit, soalnya masih dirawat." Jawabnya. "Kalo gitu aku balik ke temen temen aku ya."

"Oh iya,"

"Bye sayang." Farhan mengelus pucuk rambut Acha dan Acha hanya merespon dengan anggukan.

"Cha cha cha! Lo ngerasa ga sih sekarang si Farhan tuh beda?." Kata Ira.

"Beda gimana?"

"Ya beda pokonya, pertama dia ga jemput lo karena anterin sepupunya, kedua dia batalin malmingan sama lo karena sepupunya masuk RS, ketiga pas dia dapet telpon wajah dia tuh kaya jadi was was gitu tau ga."

"Biasanya cowok kalo gitu ada yang disembunyiin." Navin mulai mengompori Acha.

Acha melotot ke arah Navin. "Maksud lo cowok gue selingkuh?!"

"Ya bisa jadi Cha!" Sahut Ira.

"Mampus lo kalo bener diselingkuhin si Farhan!" Rendi ikut nimbrung.

Protective God (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang