3. Si Ekor Saka

484 141 53
                                    

Hukuman yang Saka dan Acha terima cukup membuat mereka lelah. Pasalnya buku diperpustakan yang perlu dibereskan terlalu banyak. Selama membereskan buku, Acha banyak mengumpat dalam hatinya. Bagaimana bisa mereka itu mengembalikan buku yang mereka pinjam alih alih disimpan ditempatnya, buku itu malah disimpan diatas meja yang sudah menumpuk seperti sebuah gunung. Benar benar membuat Acha kecapean. Tapi dirinya juga tidak jauh berbeda dengan mereka. Acha juga sama, jika ia mengembalikan buku rasanya terlalu malas untuk menyimpan ke rak sesuai jenis buku. Acha pikir apa gunanya penjaga perpustakaan jika buku yang mereka kembalikan langsung tersimpan rapih ketempatnya.

Sekarang Acha sudah berada di kelasnya. Ini waktu istirahat. Tapi gadis itu memilih untuk merebahkan kepalanya diatas meja menjadikan tangan sebagai bantal. Dan jangan lupakan kekesalannya terhadap Saka si cowok galak itu.

"Cha nih makanan lo." Sebuah kantung keresek yang Ira bawa sudah berada dimeja Acha. Tepatnya disamping kepalanya.

"Cha lo lagi ga latihan matikan?" Ira mengguncangkan bahu Acha karena gadis itu tidak menjawab ucapannya.

"Cha!"

"Lo kalo ngebo ga kenal tempat elah."

"Yaudah deh karena lo ga bangun bangun mending gue aja yang mak---"

Tiba tiba kantung keresek yang akan Ira ambil direbut sangat oleh orang disampingnya. Acha.

"Gue yang nitip, masa lo yang makan!"

"Giliran tadi dibangunin ga bangun, giliran gue bilang mau makan makanan lo eh langsung bangun." Sindir Ira.

"Ya kan gue cape Ra abis dihukum sama Pa Agus, kesel gue sama Saka!" Acha mulai menyuapkan makanan ke mulutnya. Membereskan buku berjam jam membuat perutnya sangat kelaparan.

"Saking keselnya, ekor lagi pisahan gini sama badannya?"

"Pokonya kesel banget gue sama dia kali ini."

Acha sudah tidak aneh jika Ira memanggilnya ekor. Karena sudah dua tahun lebih Acha mendapatkan gelar sebagai 'ekor Saka'. Bukan tanpa alasan, itu karena Acha yang selalu mengikut kemana Saka pergi. Mau disekolah ataupun tidak. Acha selalu mengikuti Saka. Mau diketahui oleh cowok itu ataupun tidak sekalipun, tapi ujung ujungnya Acha selalu ketahuan oleh Saka. Bukan hanya teman sekelasnya saja, bahkan seluruh murid sekolah pun sering memanggilnya sebagai 'ekor Saka'.

"Mau se-kesel apapun nanti juga--"

"Hai sayang." Seorang cowok memasuki kelas Acha dan berjalan ke arahnya. Itu pacar Acha. Farhan.

"Hai juga," Acha tersenyum manis ke arah Farhan.

Acha melihat pacarnya itu membawa sebuah kantung keresek ditangannya yang kemudian diletadi meja Acha.

"Aku tadi ga liat kamu dikantin, jadi aku beliin roti sama susu." Farhan mengelus pucuk kepala Acha. Mereka seolah melupakan kehadiran Ira disana. Dunia serasa milik berdua memang.

"Iya gue nyamuk iya!" Sindir Ira. "Dah ah gue mau nyamperin Saka aja di kantin."

"Yaudah sana husss." Kata Acha dengan kekehan melihat Ira yang berjalan menghentak hentakan kakinya dengan bibir cemberut.

"Katanya tadi pagi kamu telat, terus dihukum sama Pa Agus beresin buku?" Tanya Farhan.

"Iya, ngeselin tuh si Saka susah banget ngasih tebengan ke aku."

Farhan terkekeh, "maaf ya tadi pagi aku harus anterin sepupu aku."

Farhan kembali mengelus pucuk kepala Acha.
Entah sepupu yang mana yang Farhan antar, Acha tidak tahu itu dan tidak ingin tahu. Karena ia percaya penuh kepada pacarnya itu.

Protective God (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang