Chapter 5

68 10 31
                                    

Ada saat di mana kebahagiaan yang kamu nantikan tiba, membuatmu merasakan bahagia yang sangat membuncah karena keinginan kamu akhirnya terwujud. Namun tanpa kamu sadari ada seseorang yang rela berjuang demi apa pun yang kamu inginkan.

Dan saat kamu tahu akan hal itu, rasa sesalmu datang, rasa kecewa akan selalu menderap di balik setiap helaan napasmu. Hingga kamu tersadar, bahwa tidak semua keinginan harus terwujud dengan berlandaskan kasih sayang seseorang.

shadow

⚫shadow⚫

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Duak!!!

Suara tendangan di pintu utama membuat beberapa pembantu di rumah besar itu berdatangan untuk melihat apa yang sedang terjadi. Namun ketika melihat anak dari majikan mereka datang dengan raut penuh amarah, mereka memilih untuk kembali ke tempat semula melanjutkan pekerjaan yang tertunda. Karena mereka sudah dapat menebak apa yang akan terjadi selanjutnya.

Suara barang-barang yang dibanting membuat seisi rumah menjadi tegang. Guci besar yang menjadi pajangan kini sudah hancur berserakan di lantai. Ruang tamu besar itu terlihat seperti kapal pecah.

"APA-APAAN KAMU, FABIAN!!" teriak Rengga pada anak laki-lakinya sambil menuruni tangga di rumah mewahnya bersama sang istri yang terlihat sangat terkejut.

"Seharusnya Bian yang tanya sama Papa."

Fabian menatap Papanya dengan kesal. Dirinya yang baru saja sampai di sekolah dibuat emosi setelah mendapatkan pesan dari Papanya. Membuatnya tanpa pikir panjang datang ke rumah yang sudah di tinggalkannya sejak lebih dari satu tahun yang lalu.

"PAPA APA-APAAN NYURUH BIAN NGELAKUIN HAL KONYOL ITU?!"

"Pelankan suara kamu Fabian."

"Lo nggak usah ikut campur!"
Fabian menatap Elina dengan tatapan yang masih sama sejak dulu. Hanya ada sorot kebencian di manik mata pemuda itu. "Ini urusan gue sama Papa. Lo nggak punya hak untuk apa pun yang berhubungan sama gue!"

"Jangan kurang ajar kamu. Bagaimanapun juga Mama Elina ini Mama kamu!" Rengga menatap putranya murka karena telah membentak istrinya.

Fabian mendecih. "Dari awal Bian anggap dia cuma Mamanya Zidan. Bukan Mamanya Bian. Karena sampai kapanpun dia nggak akan bisa gantiin posisi Mama."

Kemarahan Fabian yang selama ini ditahan kini semakin bergejolak melihat wanita yang membuat Mama kandungnya pergi dari rumah, meninggalkannya hingga hampir sepuluh tahun lamanya.

"Bian selalu lakuin semua yang Papa minta. Tapi kali ini Bian nggak bisa, Pa."

"Kamu sudah melanggar peraturan yang Papa buat."

"Pa!"

"Dengan kamu kabur dari rumah. Papa rasa kamu perlu diperingatkan. Kamu tidak akan bisa lepas dari pengawasan Papa."

ShadowWhere stories live. Discover now