Chapter 7

54 8 59
                                    


Bel tanda berakhirnya pembelajaran sudah berbunyi. Daisha merapikan alat tulisnya di meja yang dia gunakan bersama teman satu kelompoknya yang berjumlah tiga orang.

"Kok udah bel aja, sih. Tanggung, nih," keluh Caca teman satu kelompok Daisha yang sedang mengetik di laptop.

"Udah waktunya pulang, bukannya bersyukur lo," sahut Shilla yang tentunya satu kelompok dengan Daisha. Tidak mungkin gadis itu memilih berkelompok dengan siswa yang lain.

Jika sudah ada Daisha yang selalu bisa dia andalkan kenapa harus bergabung dengan yang lain? Sekiranya seperti itulah pemikiran Shilla yang sangat tidak mau berinteraksi lebih dengan teman-teman lainnya.

"Ck! Pasti yang lain udah pada selesai." Caca menutup laptop di depannya lalu melihat teman-temannya yang beranjak kembali ke bangku masing-masing.

"WOI! LO PADA UDAH SELESAI?" Caca yang mulutnya tidak jauh berbeda dengan toa itu berteriak membuat teman satu kelas menoleh dan menjawab 'udah' secara bersamaan.

Untung saja guru yang mengajar sedang berhalangan hadir dan hanya memberikan tugas kelompok. Sehingga gadis itu tidak akan dimarahi guru karena berteriak keras di dalam kelas.

Shilla berdecak pada Caca namun perhatiannya tak lepas dari ponsel. "Udah lah, Ca. Masih bisa dikerjain di rumah juga."

"Ya udah, deh." Caca mengulurkan laptop itu pada Daisha. "Berhubung ngerjainnya di laptop lo. Jadi lo aja yang lanjutin, ya, Sha. Ehee," ucap Caca menyengir lebar.

Daisha mengangguk seadanya. "Iya."

"Cepat guys. Mari pulang!"

Panji si ketua kelas yang berdiri di dekat meja guru menginstruksi teman-temannya untuk bergegas pulang. "Mentang-mentang pinter lo pada, nggak usah sok betah di kelas!"

"Huuuuu," sahut para penghuni XI IPA 1 yang memang tidak memiliki rasa hormat sedikit pun pada sang ketua.

"Bacot, kalian guys. Nggak usah berdoa. Langsung pulang!" ujar Panji kesal. Kemudian keluar dari kelas, mengundang keriuhan dari teman-temannya.

"Sha, gue mau langsung jalan sama Lano. Lo pulang sendiri, ya," ucap Shilla yang berdiri di depan Daisha.

"Tapi, Shil." Daisha menahan tangan Shilla ketika akan berbalik.

"Mama sama Papa lagi pergi ke butik ambil gaun buat gue. Lo tau 'kan nanti malem keluarganya cowok yang mau dijodohin sama gue bakal dateng."

Ucapan Shilla membuat Daisha melepaskan tangan gadis itu.

"Udah, deh. Lo naik ojek aja. Pak Rusdi nggak jemput," kata Shilla lalu pergi meninggalkan Daisha.

***


Fabian keluar dari area kantin bersama Darel setelah mendengar bel pulang berbunyi. Tangannya memainkan ponsel, membalas pesan dari Rafka dan Angga yang memakinya lantaran membolos di jam pelajaran terakhir.

Tadi saat pembelajaran berlangsung Fabian ijin ke toilet, tetapi tidak kembali ke kelas. Melainkan melipir ke kantin-setelah menyeret Darel yang sedang bermain basket sendirian di lapangan seperti anak hilang. Lalu menguras isi dompet Darel lagi. LAGI.

"Kayaknya pertemanan kita cukup sampe di sini aja, Bi." Darel membolak-balikkan dompetnya yang kosong.

Fabian menatap datar. "Kenapa?"

"Lo masih tanya kenapa?"

Dengan polosnya Fabian mengangguk.

"Gue selalu mendadak bokek, tiap ketemu sama lo!" ucap Darel emosi. Dia menjitak kepala Fabian, membuat cowok itu meringis kesakitan.

ShadowWhere stories live. Discover now