Chapter 8

66 9 43
                                    

Tetap dalam batasan, semua keinginanmu hanyalah harapan

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Tetap dalam batasan, semua keinginanmu hanyalah harapan. Jalani sebagaimana mestinya. Serahkan semuanya dan ikuti langkah sang pemilik kehidupan. Ingatlah, dirimu tidak lebih dari sekedar bayangan.

Shadow
.
.

***

Pukul setengah delapan malam, Daisha sedang sibuk menata piring di atas meja. Kegiatan itu sudah biasa dia lakukan untuk membantu Bibi Sumi, pembantu di rumah besar keluarga Geraldo Candrajaya.

Tamu penting Aldo akan datang setengah jam lagi. Sehingga Daisha berani untuk berada di ruang makan.

Sejak Daisha tinggal di rumah besar itu, dia tidak pernah bergabung dengan mereka ketika sedang mengadakan acara, seperti makan malam kali ini. Bukan karena Daisha tidak mau, tapi karena Aldo melarangnya.
Entah karena apa, Daisha tidak tahu.

"Udah, Neng Daisha. Biar bibi yang selesaikan. Neng Daisha ke kamar aja, dilanjutin belajarnya," ucap Bibi Sumi menahan tangan Daisha yang akan kembali mengambil piring.

Daisha tersenyum tipis. "Nggak apa-apa, Bi Sumi. Aku masih pengin bantu bibi. Tugas aku udah selesai kok."

"Udah, Neng. Takutnya nanti Tuan marah kalau liat Neng Daisha bantu-bantu."

"Iya, bi."

"Neng Daisha ke kamar aja, ya. Nanti bibi anter makan malamnya ke kamar."

Bibi Sumi menggiring Daisha keluar dari ruang makan keluarga.

"Daisha," panggil Aldo yang menuruni tangga dengan setelan kemeja mahalnya dan berhenti di pijakan tangga yang paling bawah.

"Iya, Om?"

"Kamu sedang apa di sini?" tanya Aldo menatap penuh intimidasi.

"Neng Daisha tadi membantu saya mengangkat piring, Tuan," sela Bibi Sumi takut Daisha terkena marah.

Aldo menatap mereka dengan raut datar.

"Lanjutkan pekerjaan anda, Bi Sumi."

Bibi Sumi menunduk hormat, kemudian berlalu dari sana.

"Sore tadi Shilla pulang terlambat karena mengerjakan tugas kelompok dengan kamu. Benar begitu, Daisha?" tanya Aldo satu langkah mendekat ke arahnya.

Daisha tebak, Shilla pergi dengan Lano menggunakan tugas dan dirinya sebagai alasan. Apakah harus selalu seperti itu? Dirinya yang dijadikan alasan dan dirinya juga yang akan menerima hukuman jika ketahuan.

"Iya, Om," jawab Daisha dengan kepala tertunduk karena untuk yang kesekian kalinya, dia terpaksa berbohong demi menutupi perilaku bebal Shilla.

"Di mana kesopanan kamu, Daisha? Tatap mata orang yang berbicara dengan kamu. Bukan menunduk seperti itu," ucap Aldo tegas membuat Daisha mendongak dengan perasaan takut.

ShadowDonde viven las historias. Descúbrelo ahora