Chapter 17

10 2 6
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.

Fabian menguap lebar hingga membuat sudut matanya berair. Pak guru yang menerangkan materi sejarah indonesia di jam pelajaran terakhir memang membuatnya merasa seperti dibacakan dongeng tidur. Dengan terkantuk-kantuk Fabian menendang bangku Rafka yang duduk di depannya.

Rafka menoleh malas. "Apa?"

Fabian mengibaskan tangannya sebagai isyarat. Tanpa perlu bertanya Rafka bergeser dan menegakkan tubuhnya, menutupi tubuh Fabian yang sudah bersandar nyaman di dinding dengan mata tertutup. Pemuda itu melirik Angga yang duduk di sebelah Fabian. Ternyata sahabatnya itu sudah tertidur pulas dengan mulut terbuka membuat Rafka mendengkus. Selalu seperti itu, dua sahabatnya yang tidur dan dia yang akan kerepotan untuk memastikan mereka tidak akan ketahuan.

Setengah jam berlalu, aksi Fabian dan Angga yang tidur di kelas tidak ketahuan oleh Pak guru hingga jam pelajaran berakhir. Setelah guru itu keluar dari kelas, Rafka bergegas membangunkan kedua sahabatnya.

Fabian terbangun menatap Rafka dengan mata memerah. "Hah, apa?"

"Pulang."

Fabian menelusupkan wajahnya di lipatan tangan. "Nanti deh."

"Mau nginep di sini lo berdua?" Rafka berjalan ke belakang dan menarik kerah kedua sahabatnya hingga mereka tercekik.

"Eh, sakit. Jangan gini dong!"

"Gue kecekek, woi!"

"Ayok!"

Fabian meregangkan tubuhnya dengan malas. "Hahh..ngantuk banget, anjir."

Angga merengut sebal. "Ancur! Mimpi gue yang lagi uwu-uwuan ancur gara-gara lo!"

Rafka memutar bola matanya. "Bodo amat!"

"Ayo." Fabian berjalan keluar kelas diikuti Rafka yang kesusahan menyeret Angga.

Suasana koridor kelas sebelas yang berada di lantai dua sangat ramai. Banyak murid lainnya yang juga keluar dari kelas.

"Bro!"

"Oi," balas Fabian saat Darel menyapa melewatinya.

Fabian menuruni tangga dengan Rafka dan Angga yang berdiri di sisinya. Fabian mengambil ponselnya yang bergetar di dalam saku. Dahinya mengerut, melihat panggilan telepon dari Darel yang berjalan di depan, tidak jauh darinya.

"Haaah?" Fabian menjawab panggilan telepon sambil menguap dan meneruskan langkahnya yang telah sampai di koridor dasar.

"Harus banget lo telepon segala?"

Fabian memanjangkan leher melihat Darel tetap berjalan dan berbicara di telepon.

"Lo tinggal balik badan apa susahnya."

Rafka dan Angga hanya saling melempar lirikan, bertanya-tanya siapa gerangan yang menelpon Fabian. Sebenarnya sangat tidak penting bagi mereka tapi tetap saja membuat mereka ingin tahu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 03, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ShadowWhere stories live. Discover now