Chapter 12

43 6 17
                                    

Jujur, terasa berat saat aku melakukan semua tugasku sebagai seorang bayangan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jujur, terasa berat saat aku melakukan semua tugasku sebagai seorang bayangan. Namun, bayangan seolah sudah menjadi takdir yang digariskan untukku dan aku tidak pernah bisa mengubahnya.

***

Daisha menempati meja nomor 14 yang berada di dalam kafe. Meja yang sudah dipesan oleh cowok misterius. Gadis itu mengedarkan pandangan melihat pengunjung kafe yang kebanyakan remaja seumurannya, hari sudah mulai petang tetapi tidak membuat para remaja itu pergi dari sana, justru mereka terlihat betah berlama-lama di kafe. Apalagi di bagian luar kafe terdapat banyak cowok yang memilih duduk di sana bergerombol mengelilingi meja masing-masing.

Sudah lama Daisha duduk sendirian, hingga waktu menunjukkan hampir pukul 6 sore. Namun tidak ada tanda-tanda seorang cowok yang datang ke meja nomor 14. Hanya ada beberapa cowok yang menatapnya terang-terangan, membuat Daisha ingin cepat-cepat pergi. Jika tidak memberatkan hati, mengingat yang dilakukannya kini termasuk tugasnya sebagai seorang bayangan.

Sedari tadi Daisha bertukar pesan dengan Shilla. Tapi cewek itu selalu bilang, 'tunggu aja' membuat Daisha hanya bisa menghela napas.

Daisha menyeruput minumannya yang tinggal sedikit. "Tau gini aku bawa novel aja biar nggak suntuk," gumam Daisha merasa bosan.

Sesekali Daisha celingak-celinguk mencari sosok cowok misterius itu, meskipun dia belum tahu wujudnya. Ah, nama cowok itu saja Daisha tidak tahu. Ini sama saja Daisha menunggu seseorang yang tidak pasti.
Dan sungguh, menunggu sesuatu yang tidak pasti itu sangat melelahkan.

Daisha memilih menunggu selama 5 menit lagi, jika tidak ada seorang pun yang menghampirinya, maka dia akan langsung pulang karena memang dia sudah sangat lelah.

"Daisha?" panggil seseorang yang menaruh mini cake yang dihias sedemikian rupa menyerupai unicorn ke atas meja Daisha.

Daisha mendongak, menatap Rafa yang berdiri di depannya. "Loh, Rafa. Kamu?" tanya Daisha melihat cowok itu memakai kaos warna merah yang tertutupi apron coklat.

"Gue kerja di sini."

"Oh.."

"Gue boleh duduk di sini?" tanya Rafa menunjuk kursi yang berada di depan Daisha.

"Oh, iya. Boleh."

Rafa mendorong mini cake itu menjadi lebih dekat ke arah Daisha. "Buat lo."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
ShadowWhere stories live. Discover now