Driver Taxi

28 3 0
                                    



Mata coklat milik Namjoon selalu fokus pada jalanan di depannya, lalu bergantian menatap GPS yang akan menampilkan jalan menuju tempat si penumpang. Menjadi supir taksi itu tidak berat, hanya saja di penghasilan saja yang membuatnya merasa kurang sebab uang dari taksi ini tidak lebih dari untuk makannya. Dan lainnya? Itu harus mencari pekerjaan tambahan untuk membayar biaya hidupnya.

Saat ini Namjoon sedang mengantar penumpang perempuan, penampilannya tidak buruk Namjoon berpikir bahwa dia adalah mahasiswi sebab pakaiannya begitu rapi. Dia mengunakan, kaos berwarna putih lalu di luarnya jaket kulit berwarna hitam dan di tambah rok yang hanya selutut. Betisnya yang putih begitu menggoda membuat Namjoon jadi tidak fokus karenanya, akan tetapi itu seperti penyegaran mata untuk dirinya yang butuh hiburan.

Sebenarnya, menjadi supir taksi itu tidak terlalu buruk penumpang seperti inilah yang kadang-kadang membuat Namjoon bersyukur karena tidak salah memilih.

Namjoon mematikan mesin mobilnya, berhenti tepat di sebuah bangunan universitas lalu matanya memandang spion yang mengarah pada penumpangnya. "Sudah sampai," ujarnya begitu lembut seraya memberikan senyum manisnya.

Penumpang itu terlihat turun, lalu berjalan pada bagian pengemudi dan mengetuk kaca mobilnya pelan. "Ini uangnya, terimakasih."

Namjoon menerima beberapa uang dengan tangannya besarnya, lalu dia sedikit mengedipkan matanya seperti menggoda perawan itu. "Sama-sama, kapan-kapan pakai taksiku lagi ya."

"Idihhhh, dasar pria genit." Perempuan itu memandang tidak suka pada Namjoon, lalu pergi dengan gerutu-gerutu kecil darinya.

Namjoon itu pria yang baik, tampan, pintar, mempesona dan umurnya juga masih terbilang muda. Yaitu, dua puluh sembilan tahun cukup muda bukan? Lagipula, kepala tiga itu tidak masalah untuknya sebab semakin tua Namjoon merasa semakin berwibawa dan matang. Tinggal menunggu jodohnya saja yang datang, akan tetapi selama hidupnya selama itu pula dia tidak merasakan cinta apa karena dia miskin? Atau dirinya terlalu pekerja keras, sampai tidak menyadari bahwa dia belum sama sekali berpacaran.

Teringat, seminggu yang lalu temannya Hosoek anak kuliahan di bidang hukum dia baru saja menikah dan pengantinnya wanitanya begitu cantik. Hoseok mengejeknya saat datang seorang diri, kalau di ingat membuat Namjoon menjadi kesal sendiri saat mendengar suara tawa ejekan darinya.

"Menyebalkan!" gumam Namjoon seraya memukul setirnya kuat.

Namjoon berharap setir mobilnya ini adalah wajah sahabatnya, sebab bukannya di hibur malah jadi bahan candaan olehnya apa itu pantas di sebut sahabat? Ah, di sosmednya saja penuh dengan postingan dia liburan bersama istrinya itu dan itu jelas semakin membuat Namjoon kesal. Sebab dia sudah menjomblo di saat umurnya hampir kepala tiga, bisa-bisa perempuan sudah lari karena lihat wajah keriputnya.

Namjoon membuang napasnya kasar dengan wajah tertekuknya, dia menghidupkan kembali mesin mobilnya tanpa sadar sudah sepuluh menit dirinya berada di halaman universitas ini. Akan tetapi, suara ketukan begitu kasar dari kaca dan terlihat seperti terburu-buru membuat Namjoon ingin berteriak. Namun semua itu menguap begitu saja, saat penglihatannya tertuju pada paras manis di luar mobilnya.

𝘊𝘢𝘯𝘵𝘪𝘬 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘵𝘢𝘮𝘱𝘢𝘯? 𝘋𝘪𝘢 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘢𝘯𝘪𝘴.

Lalu pemuda itu masuk begitu saja dengan napas yang terlihat terengah-engah itu, Namjoon tidak bisa berhenti untuk menatapnya dari atas sampai bawah kakinya. Dia mengenakan, hodie berwarna biru muda dan bergambarkan kepala domba yang terlihat imut itu membuat Namjoon sedikit tertawa kecil. Sebab dia terlihat tenggelam karena hodienya yang kebesaran, dia bukan seperti pria dewasa dengan seperti itu dia terlihat seperti anak kecil yang kapan saja bisa diculik.

Inside DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang