Destiny

14 3 0
                                    



Itu memang sudah kejadian sangat lama, seharusnya dia bisa melupakan hal itu.

Akan tetapi, bagaimana bisa sesuatu itu bisa di lupakannya karena hal yang di lakukannya berada di dekatnya. Dia begitu menyesakkan dada, dia selalu membuatnya mengingat seseorang dia begitu ingin membunuhnya sampai tidak ada di dunia lagi. Akan tetapi, dia tidak akan setega itu membunuhnya sebab sosok itu juga yang membuatnya hidup sampai saat ini.

Bertahan di dunia kejam ini, karena sosok itu yang selalu menyemangatinya saat putus asa dan sosok itu juga yang selalu menghapus air matanya.

Kalau di ingat-ingat kejadian dulu, membuatnya merasa menyesal karena dirinyalah sosok itu juga harus merasakan apa yang di deritanya. Hidup bersamanya memang tidak akan bahagia, malah sebaliknya dia akan merasakan semua segala kesengsaraan.

Akan tetapi, dia akan pastikan sosok itu akan merasakan bahagia walau itu mustahil.

-

-

-

-

-

Siang ini begitu cerah, bahkan di atas saja hanya di hiasi oleh langit biru tanpa ada gumpalan putih-putih bernama awan. Di sana terlihat hanya ada matahari bersinar bagai superior, yang memberi tahu betapa hebatnya dia karena kuat berdiri sendirian tanpa ada yang menemani. Sebut saja matahari itu egois karena ingin menunjukkan kekuatan, yang telah bekerja sendiri memberi sinarannya pada muka bumi dan itu bisa juga membuat berbahaya bagi bumi. Karena panasnya yang berlebihan akan membuat bumi kering, kehabisan air karena tidak pernah hujan sebab matahari mengambil pekerjaan hujan untuk turun.

Tidak ada yang salah, karena sikap egois itu harus ada di dalam hidup ini. Tidak perlu memikirkan omongan orang, hiduplah apa yang di inginkan dari awal tanpa ada perubahan sama sekali.

Panas ini tidak menghalangi seseorang pria yang Kim Seokjin untuk mengajak adiknya ke mall, karena adiknya selalu protes setiap detik kalau permintaannya tidak di turuti dan akhirnya bosan Seokjin pun mengatakan membawanya di akhir pekan. Dan di sinilah dia, berlari tanpa lelah saat berhenti di halte lalu kembali melanjutkan perjalanannya ke apartemenya.

Walau rasa panas itu seperti membakarnya, Seokjin tidak menyerah begitu saja karena membawanya ke dunia ini adalah hal kesalahannya dia sudah berjanji akan membuatnya bahagia. Walau itu mustahil, dia akan berusaha menyanggupi kalau itu masih di batas kemampuannya.

Rasa sakit pun dia abaikan, karena Seokjin tidak ingin egois karena ingin kebebasannya seperti dulu. Akan tetapi dia sudah mengubur rasa kebebasan itu sedari dulu, dan bertukar menjadi sosok yang baik bagi adiknya saja. Tidak ada yang perlu di jelaskan, karena Seokjin sudah menutupi hal itu sedalam mungkin.

"Maaf Soobin Kakak terlambat," jelas Seokjin saat sudah tiba di ambang pintu apartemennya.

Soobin adiknya yang sudah rapi itu menatap kakaknya lalu mendekat, dan memberikan jus jeruk padanya. "Tidak apa Kak, aku tahu Kakakku super sibuk." Di sana di akhiri oleh kekehan kecil.

Seokjin tersenyum kecil lalu mengambil gelas itu dan meneguknya sekali napas, rasanya begitu melegakan tenggorokannya karena sudah basah akibat jus itu. Dan entah kenapa wajahnya sendu, walau ada senyum di sana. "Adikku memang perhatian," ujarnya seraya memberikan usapan hangat di kepalanya.

Hatinya seperti ada yang menusuk begitu dalam tapi tidak berdaya, bayangan seseorang kembali lagi terputar saat Soobin tersenyum seperti itu. Waktunya seperti berhenti dan hanya fokus pada adiknya yang saat ini tertawa ringan, kening Seokjin berkerut dalam saat rasa sesak itu menyerangnya. Tiba-tiba saja dia sulit bernapas di sini, ruangannya seperti tidak ada oksigen sama sekali. Kelahiran adiknya benar-benar membuatnya tidak mengerti, dia yang membesarkannya dan hanya memakai uangnya selama ini tanpa ada bantuan oleh orang lain.

Inside DreamWhere stories live. Discover now