Basket Ball

4 1 0
                                    




"Kau jadi Kapten timnya ya?" Jay melemparkan kain itu begitu saja tanpa menunggu jawabannya.

Yoongi orang yang mereka utus untuk menjadi kapten tim basket menerima baik lemparan itu, dengan tatapan terkejutnya dia memegang kainnya dengan rasa tidak percaya tapi ini agak aneh untuknya karena yang biasanya, kaptennya adalah Neo si tiang listrik sialnya Neo berhalangan untuk tidak mengikuti pertandingan basket kali ini. Entah bagaimana anak itu bisa ceroboh saat berlatih, karena biasanya dia adalah anak yang paling berhati-hati tapi sayang mungkin kali ini dia hanya bisa menjadi penonton saja.

"Tapi Jay..."

Jay meletakkan jari telunjuknya ke bibirnya sendiri sambil menggelengkan kepalanya. "Jangan protes ya Yoongi, selain Neo kaulah yang cocok menjadi tim basket kita. Kau ingin tim kita kalah akibat salah kapten? Lagipula, ini usulan dari Neo dan aku setuju soal itu."

"Benar aku setuju, kalau kaptennya Jack aku baru tidak setuju." Shijung menatap penuh ledekan ke arah Jack yang tepat beras di sampingnya.

Jack pun tidak tinggal diam, dia memukul kepala bagian belakang Shijung keras dan tidak mempedulikan ringisannya. "Rasakan! Jangan cari gara-gara denganku."

Jay, Shijung, Jack dan teman-teman setim mereka sedang berkumpul di sebuah ruangan khusus untuk pemain basket, mereka adalah siswa-siswa yang sering mengukir prestasi walau agak nakal tapi kalau tentang pertandingan basket ini mereka akan fokus pada tujuan mereka. menang dan menjadi nomor satu. Seluruh sekolah di Seoul mengenal tim yang digaungi oleh Neo dan juga rekannya, bukan hanya di isi oleh pria tampan saja tapi mereka bisa memainkan bola di tangan dengan mencetak skor yang tinggi.

Walau kali ini Neo tidak akan ikut, tim mereka tidak akan melemah karena hal itu mereka malah semakin bersemangat.

Apalagi tidak ada yang bisa menandingi mereka, karena mereka sudah menang empat kali selama berturut-turut dari pertandingan antara club dan juga antar sekolah. Mereka adalah satu-satunya juara bertahan tanpa ada yang bisa menggeser mereka, saat mereka lulus juniornya yang akan melanjutkan dan mereka yakin juniornya akan lebih ganas daripada mereka.

Yoongi masih terlihat memikir, Jay yang paham pun menghampirinya untuk mendekat lalu memegang bahunya. "Kau pikirkan dulu saja, lagipula pertandingannya akan di mulai tiga hari lagi. Aku juga tidak memaksa kalau kau tidak ingin," ucap Jay lalu pergi setelah memberikan tepukan dua kali di bahunya.

Bukannya Yoongi tidak ingin menjadi kapten, hanya saja hal itu akan berat bagi dirinya karena semua akan dia tanggung. Kalau tim mereka menang pasti dirinya akan di puji, tapi kalau kalah sudah pasti seisi sekolah ini akan membencinya sedemikian mungkin. Haduh, Yoongi tidak bisa kalau hal itu terjadi dia harus berlatih keras agar mimpi buruknya tidak selalu menghantuinya.

Kain yang bertulis 'C' itu Yoongi remat dengan sangat kuat, sampai kainnya pun kusut karena ulahnya. Melihat punggung teman-temannya yang sudah di ujung lorong perjalanan ini, membuatnya memiliki tekad yang kuat untuk membawa timnya agar mendapatkan kemenangan. Dia harus membuang rasa tidak percaya diri ini, karena dia harus mencobanya untuk dirinya sendiri sebagai siswa dia harus berbakti pada sekolahnya lewat tim basket ini.





*

*

*





Dengan segala kegundahan hati yang hinggap di benaknya, membuat rasa semangat tiba-tiba saja menghilang begitu saja tanpa jejak padahal dia sudah bertekad pada dirinya sendiri untuk membuat prestasi. Namun entah mengapa bayang-bayang orang menghina dan mengejek, selalu berputar di kepalanya dengan begitu brutal sampai dirinya frustasi akan hal ini.

Inside DreamWhere stories live. Discover now