Kita Tidak sejalan

5 0 0
                                    



"𝘈𝘬𝘶 𝘬𝘦 𝘬𝘢𝘯𝘢𝘯, 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘬𝘦 𝘬𝘪𝘳𝘪 𝘺𝘢?"

Dulu masa anak-anak paling menyenangkan, selalu saja bermain tanpa beban, tertawa walau lutut terluka akibat berlari tidak melihat ada batu di depannya. Baju kotor tidak akan di marahi, itupun mengomel sebentar tapi setelahnya akan seperti biasa seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Mau senakal dan sekotor apapun baju yang sedang di kenakan, pasti kembali di sayang dan di cintai tanpa harus mengingat kejadiannya sebelumnya.

Namun sekarang.

"𝘒𝘢𝘮𝘶 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘴𝘢𝘺𝘢! 𝘗𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘪𝘯𝘪! 𝘗𝘌𝘙𝘎𝘐!"

Teriakan itu masih sangat membekas, bahkan lemparan baju dan tas yang sudah di isi oleh pakaiannya berserakan di bawah tanah. Dia yang tidak bisa melakukan apapun, hanya bisa menangis menundukkan menyembunyikan wajah menyedihkannya sembari mengutipi baju-bajunya dan bergerak pergi, tidak akan kembali lagi untuk selamanya. Kesalahan yang besar, akan menjadi bencana untuk seseorang yang umurnya juga sudah dewasa. Ingin selalu berhati-hati dalam bermain, tapi memang tidak semulus seperti yang ada di dalam pikirannya itu terjadi begitu saja.

Belum menjelaskan apapun, bahkan bibir ini belum membuka suara satupun kata karena sudah lebih dulu tamparan menyapa.

Bukan salah mereka, tapi ini salahnya yang tidak bisa membela diri sebelum pergi tanpa kembali lagi ke hadapan mereka. Orang tuanya.
















.

.

.

.












Hari sudah kembali pagi, mata yang masih memberat harus di paksakan terbuka karena banyak kegiatan yang di lakukan pagi ini sebelum jarum jam berada pada angka setengah delapan. Akan ada meeting penting, dan dirinya yang masih bekerja menjadi karyawan magang harus datang tepat waktu agar mendapatkan nilai bagus dan bisa menjadi karyawan tetap pada perusahaan tempatnya bekerja.

Rian Ardianto pemuda berusia 28 tahun, berasal dari Jawa Tengah, Jogjakarta lebih tepatnya. Yang juga terkenal akan tata krama, sikap begitu lembut di ajarkan oleh orang tua mereka, Rian pun merasakan didikan keras orang tuanya yang memang asli keturunan Kraton. Walau sudah tidak lagi tinggal bersama dengan orang tuanya di Jogjakarta, dia masih menjaga didikan ayah dan ibunya sampai sekarang bahkan lebih baik dari sebelumnya. Akibat sikap, tutur kata atau hal sebagian besar sifatnya yang begitu terjaga tidak jarang membuat orang tempatnya bekerja tidak enak hati untuk bergaul dengannya karena sifatnya bahkan hanya menyapa mereka segan.

Maka dari itu, sampai sekarang Rian tidak banyak memiliki teman. Hanya dua yang dia miliki bernama, Kevin Sanjaya dan Anthony Ginting.

Ya Rian tetap bersyukur karena masih memiliki teman seperti mereka, memaklumi sifat dan sikapnya yang memang sudah di tanam sedari kecil oleh orang tuanya. Kevin juga dari Jawa Tengah tepatnya di Banyuwangi, juga kental menjaga tutur kata dan sikap kesehariannya tapi karena sudah lumayan lama tinggal di Jakarta dia sedikit-sedikit melupakan tradisi pada kampungnya.

"Hampir aja, kok Lu bisa hampir terlambat gini sih Rian." Itu Kevin langsung berlari mendekat ke tempat Rian, memandangnya khawatir sekaligus penuh tanya tapi ada sedikit kelegaan di sana.

Rian menghela napas panjang sembari menggelengkan kepalanya tanda tidak mengerti, lalu berjalan kembali untuk mendudukkan dirinya mengambil napas sebentar karena tadi cukup melelahkan. Anthony tadi juga mengikuti Kevin yang berlari mendekat pada Rian, tapi dia sama sekali belum membuka suaranya dan memandang penuh mengamati wajah Rian yang tidak bisa di baca olehnya. Karena Anthony menduga, temannya itu tidak akan seperti ini kalau ada sesuatu yang mengganggunya.

Inside DreamHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin