Be Silent

6 2 0
                                    

"Jin! Seokjin!"

Namjoon terus melangkahkan kakinya di atas lantainya, dia terus memanggil nama kekasihnya yang saat ini sudah lama tinggal bersamanya. 𝘠𝘦𝘢𝘩, mereka begitu tidak ingin terpisah walau sedetikpun karena Namjoon ingin terus berada di samping kekasihnya. Yang kadang membuatnya gemas sendiri, sebab mereka sudah lama berhubungan tapi Seokjin masih canggung untuk memberi tahu masalah yang tengah di hadapinya.

Namjoon mendorong pintu kamar mereka berdua, mengintip menyusuri setiap sudut ruangan itu. Namun yang di cari tidak ada, Namjoon pun menutupnya dengan pelan dengan wajah yang tercetak sangat khawatir.

Karena Seokjin-nya sudah lama tidak bersikap seperti ini, dan ini yang membuatnya sangat khawatir dan juga cemas.

Di dapur, biasanya Seokjin ada di sana memasak makanan kesukaan tapi kali ini ruangan itu dingin dan terlihat tidak ada yang singgah walau itu hanya ingin membasahi tenggorokannya.

Namjoon tahu di mana Seokjin berada sekarang, kekasihnya akan ada di sana kalau sedang memikir sesuatu atau menyendiri. Karena menurutnya di sana adalah tempatnya yang sempurna untuk merenungkan diri.

Ruang perpustakaan Namjoon, 𝘺𝘦𝘢𝘩 karena Namjoon adalah seorang dosen dia butuh infomarsi yang lebih untuk memberikan materi pada mahasiswanya. Tidak jarang Namjoon juga akan menghabiskan waktu di sana, sama seperti Seokjin kalau dia sedang ada sesuatu yang membuat pikirannya jenuh. Pasti dia akan lari ke ruangan perpustakaannya, mereka berdua adalah pasangan yang sangat serasi mereka mempunyai banyak pemikiran yang butuh waktu sendiri untuk menyelesaikannya.

Tangan Namjoon yang panjang mudah untuk memutar kenop pintunya, dengan pelan dia dorong ke dalam. "Seokjin 𝘣𝘢𝘣𝘺? Kamu ada di dalam?"

Seokjin yang tengah termenung di kursi gantung berbentuk telur itu tanpa melakukan apapun, langsung menoleh saat gendang telinganya menangkap suara dari seseorang yang tidak asing untuknya. Namjoon pun segera masuk dan menutup pintu itu, lalu melangkah mendekat pada sang pujaan hatinya. "𝘉𝘢𝘣𝘺 ada apa? Ada masalah?"

Seokjin mengatupkan bibirnya rapat terlihat cemberut, dia menatap Namjoon dengan tatapan penuh sedihnya dan air itu ingin jatuh ke bawah. Namjoon paling tidak suka melihat Seokjin-nya seperti ini, sungguh! Karena dia lebih baik melihat Seokjin-nya tertawa daripada berwajah sedih seperti saat ini. Rasanya dia akan melakukan apapun agar Seokjin-nya selalu bahagia dan tertawa bersamanya.

"Kenapa?" tanya Namjoon lembut seraya mengelus punggung tangan Seokjin.

Seokjin menghela napas dan menatap penuh pada Namjoon yang saat ini berada di dekatnya. "Aku bingung dengan diriku sendiri," jawabannya yang lebih terlihat keluhan.

Namjoon mengernyitkan dahinya, dia hanya diam dan tidak ingin mencela dia akan mendengar semua apa yang terjadi pada Seokjin. Dan Namjoon akan melakukan apa yang biasa dia lakukan, saat Seokjin seperti ini dia berharap Seokjin lebih baik dengan perlakuannya. Yaitu, menggenggam kedua tangannya seperti memberi dukungan untuk semuanya.

Seokjin tersenyum manis. "Terima kasih."

"Jangan bilang terimakasih kalau kamu belum mengatakan hal yang sebenarnya, katakan saja apa yang membuatmu sedih seperti ini. Aku akan dengarkan," ujar Namjoon dan itu malah membuat Seokjin ingin menangis.

Seokjin menganggukkan kepala paham, Namjoon selalu memahami sikapnya yang aneh ini. "Aku merasa diriku ada yang salah, beberapa hari ini aku memikirkan suatu hal yang itu sangat mengusikku dan hampir membuat kepalaku pecah. Badanku pun juga terasa sangat sakit, aku pun bingung apa yang membuatku merasa takut? Atau orang-orang akan menjauhiku. Rasanya pikiran itu merasuk begitu saja, dan kamu tahu bukan? Aku ini seorang yang pemikir kadang hal yang kecil bisa menjadi hal besar bagiku. Dan aku juga merasa... Lelah," bisik Seokjin karena suaranya pecah.

Inside DreamWhere stories live. Discover now