Mie Ramyun

12 2 0
                                    


Malam.

Pagi.

Siang dan sore.

Suara benda-benda melayang dan suara teriakkan selalu terdengar begitu memekak telinga, tidak ada satu hari pun suara teriakkan dan pecahan itu hilang di rumah ini karena mereka selalu saja mempunyai hal untuk di ributkan. Mereka terlalu egois untuk melampiaskan semuanya di rumah, berargumen dengan suara yang keras tanpa ingin ada yang mengalah karena mereka sama-sama keras kepala.

Dan Seokjin bosan selalu saja mendengar pertengkaran di bawah sana, Seokjin akan menutup kedua telinganya saat sang ibu berbicara dengan topik yang sama. Seokjin akan menangis dan meringkuk di kasurnya, melihat kehancuran keluarganya hanya karena masalah kecil sebab ibunya curiga bahwa ayahnya telah berselingkuh dengan sekretarisnya sendiri. Tapi ayahnya tidak pernah menjawab pertanyaan ibunya dengan benar, selalu saja tidak membuat ibunya percaya dan membuat ibunya semakin curiga. Seokjin yang mendengarnya pun menjadi tidak mempercayai ayahnya, pertanyaan yang mudah menjadi rumit seketika saat ayahnya menjawabnya karena dia selalu mengatakan hal sama dan terlihat bertele-tele.

Dan itu tentu saja, seperti membenarkannya apa yang di curigai ibunya selama ini.

Seokjin ingin sekali satu hari di rumah ini tidak ada keributan, suara teriakkan dan suara barang yang pecah akibat terlempar karena kesal. Yang Seokjin inginkan adalah, keluarga yang harmonis, penuh cinta dan juga tawa karena menceritakan hal lucu saat hari libur tiba. Tapi saat hari libur, mereka sama-sama pergi meninggalkan rumah melupakan bahwa ada sosok yang selama ini tidak sengaja ikut terluka karena mereka. Membiarkannya seorang diri di rumah yang begitu mencekam untuknya, seharusnya rumah itu adalah tempat pulang yang di rindukan saat lelah seharian beraktivitas tapi hal itu tidak terjadi pada Seokjin. Karena dia tidak ingin kembali ke rumah, kalau dia datang hanya di sambut banyak pecahan barang di lantai dan juga suara teriakkan yang membuatnya muak.

"Stop!!!" teriak Seokjin di anak tangga terakhir seraya menatap kedua orang tuanya dengan tajam.

Kedua orang tua Seokjin seketika berhenti berbicara dan berargumentasi, ibunya Seokjin yang ingin melempar vas bunga di tangannya menggantung di udara dengan wajah membekunya. Mereka tidak pernah mengira bahwa anak tunggal mereka akan melakukan ini, karena biasanya dia tidak ada di rumah saat mereka bertengkar sebab mereka pun tahu apa alasannya untuk selalu berada di luar.

Orang tua Seokjin sama sekali tidak tahu tentang Seokjin, karena nyatanya dia selalu berada di rumah saat pulang sekolah dia akan langsung mengurung diri di dalam kamar tanpa menunjukkan diri.

Seokjin yang sudah berderai mata itu, melangkahkan kakinya menuruni sisa satu anak tangga dan sekarang kakinya sudah berada di lantai bersama orang tuanya. Dia menatap kecewa keduanya dengan tajam, dia sudah bertekad untuk melakukan ini agar keduanya sadar apa yang telah mereka lakukan.

"Bisakah kalian berhenti berkelahi?! Aku sudah bosan, sungguh. Berhenti di sini dan buatlah kesepakatan untuk memilih, kalian ingin berpisah atau hidup bersama. Aku sungguh tidak menyangkah kalian berargumen di sini, tanpa kalian tahu anak kalian tersiksa akan apa yang terjadi pada kedua orang tuanya. Kalian egois, kalian tidak memikirkan sosok itu yang sudah terluka ini." Seokjin kembali menangis betapa sakitnya hatinya melihat semua ini di depan matanya.

Sebelum mendengar balasan dan jawaban dari orang tuanya, Seokjin lebih dulu meninggalkan rumah itu dengan tangis yang tidak berhenti mengalir. Bagai tuli dia menghiraukan teriakkan dari keduanya, atau akan menepisnya sangat kasar saat mama atau papanya menahan dirinya. Seokjin hanya butuh waktu sendiri, hatinya sudah sangat sakit melihat kedua orang tua yang dia sayangi yang saat ini telah melukainya begitu parah.

Sudah cukup.

Seokjin tidak tahan akan hal yang terjadi selama ini, karena dia memendam beban itu sendirian sebab di sekolah dia akan jadi sosok yang periang penuh tawa. Tidak ada yang mengetahui sosoknya yang asli, dan dia melakukan itu untuk dirinya sendiri karena memang dunia tidak perlu tahu akan dirinya yang sebenarnya. Biarkan saja dia melakukannya seperti biasa, memakai topeng yang biasa dia kenakan dan orang hanya mengetahui satu sosoknya.

Inside DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang