Trailer PW

27.1K 1K 52
                                    

"FERRRRRIIIIILLLLLLLLL!"

Suara melengking berasal dari lantai atas. Lelaki yang merasa diserukan namanya terpingkal-pingkal sambil memegangi perut.

"Kamu apain lagi dek, kakak kamu?"

"Gak diapa-apain kok, Bun. Beneran!" Elaknya tapi suara kaki mencak-mencak diatas segera memberi jawaban.

"Bun, liat nih. Si Ferril ngirimin gambar pocong. Kakak kan lagi belajar jadi gak konsen lagi!" Adu sang pemilik kaki.

Bunda tertawa geli melihatnya. Anak gadisnya turun sambil berdecak-decak membawa buku.

"Sama gituan aja takut! Cuma gambar doang lagi!" Ledek Ferril.

"Papaaaaa Ferril gangguin kakak, Paaa!"

Tak puas mengadu pada Bundanya yang malah ikut tertawa, ia mengadu Papanya yang baru saja ikut bergabung di ruang keluarga itu. Lelaki itu menggelengkan kepalanya dramatis. Sementara Ferril sudah mencibir 'tukang ngadu' yang kemudian dijewer perempuan paruh baya sebelahnya. Ia meringis-ringis kesakitan.

"Lo berdua bisa diem sehari gak ribut bisa gak sih?!" Cecar dari lantai atas yang membuat seluruh mata mendongak.

Tampak lelaki tanggung berwajah mirip dengan lelaki di bawah berkacak pinggang karena konsentrasi belajarnya buyar. Dua saudara di bawahnya kompak manyun di tempat. Gadis itu mencibir kelakuan Ferril dalam hatinya.

♡♡♡

"Ardaaaaan! Buruan ntar gue telat!"

"Yang nebeng siapa yang ngomel siapa," cibirnya pelan tapi sampai ke telinga gadis yang sedang berkacak pinggang di ambang pintu kamar.

Lelaki itu malah masih sibuk mengurus jambulnya di depan cermin. Membuat sang gadis kesal lalu datang menghampiri lelaki itu. "Udah-udah. Lo mau ngaca seharian juga tetep gak bakal laku!" Cercanya lalu menarik jambul Ardan yang sudah susah payah diaturnya.

Lelaki itu berdecak sambil berusaha melepaskan jambulnya dari kungkungan tangan gadis itu namun tak berhasil. Akhirnya ia memilih mengalah diseret-seret ke ruang makan. Tapi baru sampai tangga, lelaki itu balas menarik kuat rambut panjang milik gadis di depannya, mengacak-acaknya sekuat tenaga ketika kungkungan dijambulnya lepas lalu lari terbirit-birit sambil mengikik puas.

"ARDAAAAAAAAAAAAAN!"

♡♡♡

"Kecil-kecil udah sok-sok'an dandan," cibir gadis yang lebih tua dua tahun darinya. Gadis itu sedang memoles selai nanas di rotinya.

"Ya elah, kak. Cuma makek bedak doang sama lip balm nih nih nih!" Serunya heboh sambil mendekatkan mukanya di depan gadis itu yang kemudian dibalas dengan tempelan telapak tangan diwajahnya dan didorong menjauh. Membuat sang pemilik wajah bersungut-sungut duduk dibangkunya--tepat di samping ibunya.

Ayahnya yang sedang membaca berita terkekeh melihat kelakuan dua gadis itu. Ibunya yang sedang menuangkan teh hanya menelengkan kepala.

♡♡♡

"Dah!" Tuturnya lalu menggetok kepala Ardan dengan tasnya.

Lelaki itu bersungut-sungut. Ia masih duduk di motornya seraya mengaca di kaca spion--memperbaiki jambulnya. Tak lama kemudian ia menerima getukan lagi ketika muncul motor putih yang memarkir motor disamping kanannya. Ia mendelik seketika membuat perempuan yang dibonceng lelaki di depannya nyengir lebar.

"Udah cakepan juga abang gue kemana-mana," tuturnya yang membuat Ardan mendesis tak terima. Bagaimana pun ia lebih tua dan ia yang paling ganteng karena terlahir sebagai cucu laki-laki pertama Opa Adhi.

"Iya gak, bang?" Tanyanya pada lelaki di depannya.

Lelaki itu hanya berdeham malas sambil melepaskan helmnya. Gadis di belakangnya manyun--kesal karena respon abangnya selalu datar.

"Gini-gini gue banyak yang naksir!"

Gadis itu terkikik seketika. Ia nyaris terjengkang ketika hendak turun dari motor besar putih milik abangnya.

"Kalo banyak yang muntah sih Farras percaya!" Tuturnya lalu terpingkal-pingkal.

Ardan menggetuk kepala gadis itu--kesal karena selalu saja dijadikan objek bully-an.

♡♡♡

"Nih rambut lo apain lagi, Rain?"

Gadis centil yang berjalan disampingnya terkekeh kecil. Ia memuntir-muntir ujung rambutnya.

"Biasa Din. Disetrika!" Ketus gadis lain di samping kanannya.

Dina tertawa puas ketika melihat gadis centil itu manyun. Rasanya ia ingin sekali menjambak rambut kakaknya.

"Tapi gue mau juga nih. Kapan-kapan ajarin gue dong!"

"Sama aja lo berdua!" Decih gadis ketus tadi lalu berjalan pergi meninggalkan dua gadis yang kompak bertos ria sambil tertawa terpingkal-pingkal. Tapi baru beberapa detik saja rambut keduanya tertarik ke belakang.

"ARDAAAAAN!"

"BAANG ARDAAAN!"

Teriak mereka--kompak. Laki-laki yang menarik rambut itu tertawa terpingkal-pingkal. Ia merangkul dua gadis itu dengan gaya playboy-nya.

"Kampret lo berdua!" Cetus lelaki yang berjalan jauh di samping kiri bersama dua sepupunya.

Lelaki itu tak terima dituduh sebagai pelakunya. Sementara lelaki yang merangkul dua gadis itu terbahak dan menerima dua jitakan di kepalanya. Ferril lebih dianggap saudara kembar Ardan ketimbang Farrel karena perilaku mereka yang sebelas dua belas.

♡♡♡

Buat hiburan aja sih kekeke~~
Mau sampe berapa part nih?
Eh iya buat castnya perlu gak ya?

Keluarga AdhiyaksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang