Perempuan-Perempuan Adhiyaksa (Part 2)

11.1K 920 80
                                    

"Din! Ada Razi noh!"

Dina yang baru saja akan menuruni tempat tidur langsung terjerembab ke lantai usai mendengar ucapan Ardan. Ardan yang muncul di pintu kamarnya, terbahak puas. Sebegitu dahsyat efeknya ternyata, nama Razi untuk seorang Dina. Ia geleng-geleng kepala dengan geli.

"Tuh bocah ngapain lagi sih?" Kesalnya. "Helah.....bikin sial aja!" Gerutunya lalu berjalan menuju kamar mandi sambil menahan sakit di lutut kakinya.

Ardan terkekeh lalu balik badan menuruni tangga. "Dandan dulu dia! Soalnya mau ketemu lo kan, Zi!"

Ardan membual yang tentu saja disambut kekehan geli oleh Aisha dan Razi. Kalau lah Razi tahu, bahwa saat usai mengekeh, Aisha langsung melotot tajam ke arah Ardan untuk berhenti membual. Biar Razi gak terlalu berharap sama anaknya. Tapi yang namanya Ardan, ya susah! Aisha hanya bisa mengeluh dalam hati.

"Om mana, Tante?"

"Ada. Adaaaaa," nyinyir Aisha. "Lagi nguli," lanjutnya yang membuat Ardan terbahak. Sementara Razi terkekeh kecil. Kalau ia terbahak nanti ditolak mertua, cuy!

"Wah kece itu, Tan."

"Iya lah!" Aisha sok seru. "Omong-omong kamu jurusan apa?"

"Saya masuk jurusan tukang, Tan. Tukang gigi!" Tuturnya yang awalnya membuat Aisha melongo tak mengerti lalu terbahak. Asyik juga nih kalau dapet mantu yang begini! Panjang umur cuy!

Ardan ikut terbahak lalu geleng-geleng kepala. Dina muncul dengan tampang malas. Makin malas lagi saat melihat muka Razi. Sejak dua hari lalu, ditolak, makin rajin si Razi nyari dia ke kampus bahkan menyusul sampai ke rumah.

"Ngapain?" Dina bertanya ketus. Tapi gak mau galak-galak amat. Takut emaknya marah, soalnya Aisha bilang gini semalam, "jangan begitu sama cowok, biar pun gak suka. Ntar kalau kamu digituin sama cowok yang kamu suka, gimana?"

Dina bisa apa kalau sudah begitu. "Gue tinggal ya, Zi. Biasa anak jalanan!" Tutur Ardan lalu berjalan keluar.

Razi balas terkekeh. Masih segan karena ada Aisha biar kata emak-emak yang satu ini gokil juga. Tapi wanita itu tak kunjung pergi, bahkan ketika Dina tiba di depan matanya. Laki-laki itu melempar kode pada Dina. Lewat sorot matanya, menyuruh Dina mengusir Aisha. Aisha yang tahu malah enggan beranjak. Sengaja!

"Omong-omong kamu suka sama Dina, Zi?"

Bah! Dina terkikik sementara Razi masang tampang cengengesan. Pasalnya wanita itu mulai memasang tampang serius. Razi kan jadi salah tingkah. Apalagi dengan pertanyaan semacam itu.

"Kalau suka sih gak apa," lanjutnya sambil mengambil majalah di atas meja. Sok-sok menyibukan diri. Padahal.....

"Cuma asal tahu aja nih, Dina belum bisa move on. Masih galau sama mantan," tuturnya blak-blakan. Razi melongo sementara Dina melotot. Lalu lelaki itu terkekeh kecil. "Karena ditinggal mantan itu menyakitkan." Tambahnya lagi yang membuat muka Dina makin ngenes. Tuh bocah pengin banget dah nyelupin emaknya ke dalam air. Tapi masalahnya mana tega!

"Kalau suka, ya seriusin, tapi saya gak ngijinin nikah dengan usia segini loh. Kamu aja pasti masih ditanggung orang tua kan?"

Razi garuk-garuk kepala. Mengangguk paham.

"Bukannya mau menyindir sih, tapi harus punya malu lah kalau datang ke rumah cewek dengan semua fasilitas orang tua. Kamu tahu maksud saya kan?"

Dina menepuk jidatnya. Kini malah berbalik tak enak hati pada Razi yang masih cengengesan.

"Jadi ya....kalau masih suka sama anak saya, belajar aja yang bener, perbaiki diri, suksesin diri, kalau jodoh kan gak kemana."

Ini sih ngasih harapan namanya! Gumam Dina. Bibirnya senewen. Gimana sih? Helaah.....ia menggerutu dalam hati. Sementara emaknya masih ngomong dengan sok serius.

Keluarga AdhiyaksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang