Trailer PW (Full Version)

20.9K 899 38
                                    

Lelaki itu sedang membuka bukunya. Membacanya dengan tuntas sambil menyandarkan tubuh pada bantal. Hanya suara lembaran kertaslah yang setiap malamya menemani. Ditemani dinginnya malam. Angin yang berhembus mendayu-dayu mengetuk-ngetuk jendela dan pintu di dekat balkon.

"FERRRRRIIIIILLLLLLLLL!"

Suara melengking berasal dari kamar sampingnya memecahkan semua konsentrasinya seketika. Ia mendengus. Menarik nafasnya dalam-dalam. Memejamkan mata sekilas lalu kembali membaca buku pelajaran halaman per halamannya. Otaknya seolah-olah memotret isi buku hingga semuanya tersimpan rapi dalam kapasitas otaknya yang tinggi. Tapi konsentrasinya buyar lagi saat mendengar suara tawa kencang milik saudaranya. Ia mendesah. Mulai kesal akan kelakuan dua saudaranya itu. Tapi kemudian ber-istigfar lirih. Ia harus sabar. Kalau tidak sabar mungkin sudah lama Farras dan Ferril dicekiknya sampai mati.

"Kamu apain lagi dek, kakak kamu?"

Terdengar sayup-sayup suara lembut milik Bundanya yang seolah-olah menenangkannya. Ia kembali berkonsentrasi.

"Gak diapa-apain kok, Bun. Beneran!"

Ia mendesah. Suara yang begitu mirip dengannya itu membuatnya menahan nafas. Saudaranya yang satu itu memang tak bisa mengecilkan suara kalau bicara.

"Bun, liat nih. Si Ferril ngirimin gambar pocong. Kakak kan lagi belajar jadi gak konsen lagi!"

Habis sudah!

Ia hempas buku di samping tubuhnya. Lalu menarik nafas dalam-dalam. Dua orang itu memang sangat menguji imannya. Tapi ia tak suka marah-marah. Jadi ia sandarkan tubuh dengan santai lalu menghirup nafas dalam-dalam yang hanya beberapa detik saja ia lakukan. Karena detik berikutnya, ia sudah kembali mengambil buku. Sayup-sayup tawa merdu milik Bundanya menari-nari ditelinga bagai alunan musik merdu menenangkan hati. Ia memang sangat mencintai wanita yang telah melahirkannya dengan susah payah itu. Antara hidup dan mati.

"Sama gituan aja takut! Cuma gambar doang lagi!"

"Papaaaaa Ferril gangguin kakak, Paaa!"

Kali ini ia menghempas lagi bukunya. Ia berdecak. Heran kenapa keduanya tak pernah akur?

Kali ini ia beranjak dari tempat tidur. Berjalan kesal keluar dari kamarnya.

"Lo berdua bisa gak ribut sehari aja?!" Cecarnya dari lantai atas yang membuat seluruh mata mendongak ke arahnya.

Dua orang itu diam seketika. Ia mendumel lalu masuk ke dalam kamar.

"Heran dah. Sehari gak belajar gak bisa apa ya?" Dumel Ferril yang senewen pada saudara kembarnya.

Bunda yang duduk di sampingnya terkekeh.

"Mending gitu kali! Dari pada lo! Belajar aja kagak!" Sungut Farras--mulai mencari perkara. Gadis itu duduk di sebelah kanan Papanya.

Ferril hendak membalas lagi tapi wanita disampingnya menjewer telinganya yang membuatnya meringis sementara gadis tadi terkekeh-kekeh menyembunyikan tawanya di dada Papanya.

"Bunda gak mau lagi ya denger abang ngomel-ngomel!"

Sementara lelaki di dalam kamar sana malah bengong. Mood belajarnya hancur sudah. Ia tak tahu kapan akan bisa konsentrasi lagi kalau sudah begini. Ia menghela nafasnya lalu duduk di meja belajar yang menghadap ke arah samping rumah. Lelaki itu menatap malam.

Tiba-tiba satu wajah melintasi ingatannya. Satu wajah yang memenuhi isi hatinya. Satu wajah yang mengalihkan dunianya. Satu wajah yang menjadikannya seperti bukan dirinya.

Sedang apa gadis itu?

Tanya hatinya.

♡♡♡

Keluarga AdhiyaksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang