Wanita Yang Ingin Dimengerti (1)

34.9K 1.2K 80
                                    

Bukan cuma Farras dan Ferril yang katanya saudara kembarnya saja yang heran. Tapi sepupu-sepupu mereka yang lain juga. Heran akan kecerdasan tokcer milik sulung si Fadlan yang satu itu. Baru duduk di kelas satu SMP hampir setengah tahun, ia sudah diikutkan berbagai macam perlombaan mulai dari tingkat lokal, nasional bahkan internasional. Minggu lalu, bocah yang satu itu sudah memboyong medali emas di Singapura atas prestasinya dibidang sains dan matematika. Belum lagi debat bahasa inggris dan salah satu peserta jambore Nasional disabetnya. Lalu hari ini puncaknya. Bocah itu menggondol juara satu tingkat provinsi untuk lomba tilawatil Quran tingkat anak-anak.

Farras dan Ferril sampai bungkam dibuatnya. Karena prestasi yang melejit itu. Orang tuanya dan oma-opanya dibuat bangga. Om-tante dan Tiara apalagi. Nah yang jadi masalah adalah para sepupunya. Mereka mulai bertanya-tanya apa rahasia bocah yang satu itu bisa gila prestasi?

Bocah itu punya saudara kembar. Tapi dua-duanya jauuuuuuuh sekali darinya. Berarti bukan masalah gen. Lalu apa?

Itu yang menggelayut dalam benak Farras, Ferril, Ardan, Dina, Fasha, Caraina, Ando, Anne dan Agha. Apa rahasianya?

Farrel itu pekerjaannya tak jauh-jauh dari bangun pagi terus belajar lalu berangkat sekolah. Pulang sekolah ya makan, baca buku sebentar terus nonton. Abis itu ya ke masjid. Belajar ngaji dengan rutin pada Marshall. Pulangnya main. Malamnya belajar lagi. Setelah itu tidur. Hanya seperti itu.

Ardan pernah mengamati kelakuan Farrel yang setiap hari itu tak berubah. Ia bahkan mencatat jamnya dengan lengkap. Lalu setelah diperhatikannya, Farrel selalu tertib dan disiplin menggunakan waktu. Ia selalu melakukan kegiatan yang sama di jam yang sama dan akan berakhir di jam yang sama disetiap harinya.

Akhirnya membuat Ardan mengikuti gaya lelaki itu. Bangun di pagi hari terus belajar. Tapi Ardan bosan. Ia malah tidur. Bangun-bangunnya lagi malah kesiangan ke sekolah.

Jam bangun pagi dan belajar ala Farrel itu dicoretnya besar-besar. Ia tak kuat menahan kantuk.

Lalu setelah pulang sekolah, ia langsung pulang. Kepulangannya itu bikin heboh Mbok Darmi dan Mang Rajab. Pasalnya baru sekali itu bocah kelas tiga SMP itu pulang langsung ke rumah. Biasanya kelayapan dan setiap sore, beberapa menit sebelum Mama dan Papanya tiba ia sudah ngabur ke kamar mandi.

Tapi ia bingung habis makan siang harus baca buku apa. Hingga ia berjalan ke ruang kerja Papanya lalu mengambil buku disana. Buku yang sama sekali tak ia mengerti. Membuatnya molor di sofa di depan televisi. Mbok Darmi yang melihat itu, memeriksa kening Ardan. Takut bocah itu demam makanya bertindak abnormal seperti itu. Seperti bukan Ardan. Tapi tidak apa-apa. Kenapa ia seperti itu ya? Wanita paruh baya itu bertanya-tanya.

Ia bangun jam tiga sorenya. Lalu segera mengabur ke kamar mandi. Pergi mandi lalu bersegera menjejak langkah ke masjid. Orang-orang heran menatapnya. Mulai dari Mbok Darmi dan Mang Rajab sampai Marshall. Lelaki itu yang paling shock akan kehadiran Ardan ditengah-tengah pengajian. Tapi ia menghargai bocah itu. Mungkin sudah tobat, pikirnya.

Ia ikut mengaji tapi kesusahan mengikuti setiap irama yang diajarkan Marshall. Berkali-kali Marshall menyuruhnya mengulang hingga bagiannya untuk mengaji saja menghabiskan waktu hampir satu jam. Alhasil ia menyerah. Ia tak bisa mengaji seperti itu. Esoknya ia tak pernah datang lagi dan Marshall membenarkan kalau bocah itu kerasukan.

Sepulangnya dari masjid, ia bertemu Mama dan Papanya di halaman rumah. Dua orang itu sampai mengucek-ucek matanya melihat Ardan memakai baju koko dan kopiah. Apalagi Dina. Gadis itu sampai terjengkang dari sofa karena terlalu shock. Ardan kayaknya lagi kerasukan setan bukan malaikat, dumelnya dalam hati.

Malamnya, Ardan mencoba belajar dengan khusyuk di kamar. Tingkahnya yang tak biasa itu membuat Aisha dan Wira malah cemas. Sejak kapan Ardan mau belajar?

Keluarga AdhiyaksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang