Sebelum Solat Bertanya (3-End)

25.8K 1K 74
                                    

Please jangan bayangin Ardan mirip foto itu wkwkwkwkwkwk
Jauh bangeeet wkwkwkw

♥♡♥

(Part Ardan-Dina) (Bagian A)

"Aish!"

Gadis itu mendesis tapi tak urung menyodorkan sepedanya pada saudaranya yang tengil itu.

"Buruaaan!" Teriaknya kesal sementara sang bocah lelaki sudah duduk di sepedanya. Ia ikut naik dan berdiri di belakangnya.

Sepeda itu melaju kencang dari parkiran sepeda sekolah menuju gerbang ketika. Tampak beberapa cewek-cewek yang sedang menunggu jemputan terkekeh-kekeh melihat kemunculan Ardan yang menyiuli mereka--biasa menggoda ala playboy alay gaya Ardan. Dina menjitak kepala bocah itu yang seketika membuat gaduh.

"Lo kalo mau modif-modifin sepeda, laen kali jangan nyusahin gue!" Tukasnya sambil memegang erat bahu Ardan.

Posisinya yang berdiri di belakang Ardan tampak membuatnya leluasa untuk menyiksa bocah lelaki itu.

"Gue juga bayar nih makek sepeda lo. Gak usah protes deh!" Gerutunya yang mulai keki karena mulut bawelnya Dina.

"Bayar apanya?!"

Gadis itu mencak-mencak dibelakang.

"Pakek keringat dodol! Lo seharusnya bersyukur punya saudara kayak gue! Gue sampe ngeluarin keringat gini buat lo!" Tuturnya sok mendramatisir.

Sekali lagi tangan gadis itu melayang menghantam kepalanya. Membuatnya berdesis sambil bersungut-sungut. Kalau lagi bareng gini, mereka memang suka sekali bicara melantur kemana-mana.

"Keringat lo bau gini mana mau gue!" Gerutunya sambil mengibas-ibas rambut Ardan.

Bocah laki-laki itu terkikik geli. Sepeda kuning itu melaju kencang memasuki jalanan perumahan dimana mereka tinggal. Menyusuri rumah-rumah yang berjajaran. Melewati beberapa taman. Melewati beberapa pedagang keliling. Pepohonan yang melambai-lambai. Angin yang mengibar-ngibar seragam batik yang dipakai khusus hari jumat itu.

Dari sebelah kiri mereka muncul mobil biru yang berjalan pelan. Menyejajarkan mobil dengan sepeda yang dikendarai Ardan. Tiba-tiba kaca mobil si pengemudi terbuka lalu tampaklah sang mama dengan kacamata hitam nyentrik menyangkut di hidungnya. Wanita itu terkekeh melihat dua anaknya berselancar dengan sepeda. Berboncengan berdua. Biasanya tak pernah.

"Mamaaaa berhenti doong!" Teriak Dina yang pegal sedari tadi berdiri. Ditambah Ardan tak pernah mau mengerem kalau melewati tanggul alias polisi tidur. Membuatnya terantuk-antuk. Lalu tangannya akan melayang menggetuk kepala Ardan.

Wanita itu malah terkikik geli lalu dengan santainya mengeluarkan ponsel dan membidik kamera ke arah mereka berdua. Kemudian ia tertawa terpingkal-pingkal melihat hasil fotonya. Tampak Ardan yang nyengir lebar sementara Dina berseru jelek sekali--ke arahnya. Dua anak itu benar-benar menghiburnya. Nanti sesampai rumah, akan ia pastikan untuk meng-upload di instagram. Kapan lagi melihat mereka akur begini?

"Udaah! Yang akur gitu sekali-kali!" Tutur Aisha sambil melambaikan tangannya. "Mama tunggu di rumah anak-anakku!" Nyinyirnya lalu menginjak pedal gas dengan kencang. Meninggalkan Dina yang mengomel tiada henti. Gadis itu memukul kepala Ardan sebagai pelampiasannya.

"Elo sih!" Gerutunya.

Ardan malah bersiul-siul. Berpura-pura tak mendengar yang malah membuat Dina kesal lalu menjambak rambutnya dengan kuat menggunakan kedua tangannya. Ardan yang tak siap, mengaduh-aduh dan sepeda itu meliuk-liuk cepat karena menuruni jalan yang tinggi. Dina mulai panik karena Ardan kehilangan keseimbangannya. Yang akhirnya membawa mereka melaju kencang dengan meliuk-liuk ke kiri lalu ke kanan lalu ke kiri lagi......

Keluarga AdhiyaksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang