43 - Saling Cemburu

8.1K 454 10
                                    


"Ada jarak yang menjadi penghalang untuk kita memulai cerita."

____________

Pagi harinya, Aderald terbangun dan tidak mendapati Beyca di sampingnya. Ia melihat ke arah jam dinding, rupanya sudah pukul lima jika Aderald tidak cepat bersiap, bisa-bisa ia terlambat ke sekolah nanti.

Cepat-cepat pemuda itu bangun dan menyibak selimut tebalnya. Tatapan matanya mengarah ke sofa-- di sana sudah terdapat baju seragamnya yang sudah tersimpan rapi, meskipun hubungan Beyca dengannya sedang tidak baik, tapi Beyca tetap menjalankan tugasnya.

Berbeda dengan Aderald yang tengah bersiap mandi, pagi ini Beyca tengah memasak dibantu oleh Bi Asti.

Sudah 50 persen sarapan yang dibuat mereka telah jadi, hanya sebuah nasi goreng dengan tambahan sosis dan sedikit sayuran. Beyca meletakan hidangan itu di meja makan.

Ia mengibaskan tangan, tersenyum puas menatap hasil masakannya, meski sedikit bantuan Bi Asti.

Drap, Drap, Drap

Derap langkah kaki menuruni tangga, Beyca mendongak menatap Aderald yang berjalan tergesa dengan tas yang tersampir sebelah di bahu.

Beyca berdehem, "Sarapan dulu," ujarnya dingin kembali melanjutkan menata piring.

Aderald yang baru tiba di tangga terakhir seketika meringis, menggaruk rambutnya yang tak gatal sembari berjalan menghampiri Beyca.

"Bey, sorri banget. Gue sarapan di kantin aja hari ini, buru-buru banget soalnya," tutur Aderald tak enak, membuat kegiatan Beyca terhenti beralih menatap datar pada Aderald.

Bukan tanpa alasan Aderald berkata seperti itu, pagi ini sebelum bel masuk Aderald sudah ditunggu oleh Pak Cecep-- guru sejarah di sekolah untuk konsultasi perihal tugas dirinya yang kosong.

Meski menyandang predikat siswa terpintar di SMA Jati, tidak membuat Aderald menjadi siswa yang rajin. Dirinya seperti kebanyakan siswa lain yang sering bolos mengerjakan tugas dan terkadang ada banyak nilai kosong di berbagai pelajaran. Rasa malas mengerjakan yang membuat nilainya kosong.

Dan sekarang Aderald menyesali sikap malas itu, karena pasalnya aturan di SMA nya nilai tugas dan tes harian harus lengkap sebelum UN.

"Oke," balas Beyca singkat, menutupi rasa kecewanya dengan senyum tipis.

"Yaudah kalo gitu, gue berangkat ya?"

Beyca mengangguk, sambil menyibukkan diri dengan membereskan alat makan tadi.

"Assalamualaikum."

Dirasa Beyca tak akan menyalaminya, Aderald pun menghembuskan napas panjang dan berjalan keluar rumah.

"Waalaikumsalam," lirih Beyca, membuang napas kasar ketika mendengar suara mobil Aderald tak lagi terdengar.

Beyca menatap nanap nasi goreng yang telah ia siapkan, membuang napas panjang, "Bi, nasi gorengnya kasih aja ke Pak Septo."

...

Istirahat kedua ini Aderald pakai untuk mengerjakan semua tugas-tugasnya yang tertinggal, dibantu oleh Aldi. Sebenarnya bukan hanya ia yang punya tunggakan tugas, tapi ada Galang dan Rizki yang sama dengan nasib Aderald.

"Ini tes harian Matematika, kerjain!" titah Aldi sambil memberikan selembaran kertas pada ketiga temannya, ia memang ditugaskan untuk memperhatikan mereka agar tidak saling mencontek.

"Buset, liatnya aja udah bikin gue mual sama linu-linu gini," keluh Galang memijat pelipisnya.

"Lebay!" cibir Aderald, yang dibalas dengusan oleh Galang. Tapi Aderald hanya mengendik tak acuh, dan fokus pada soal matematika yang berisi 30 soal itu.

B E Y C A [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang