44 - Terciduk

8.3K 502 14
                                    


"Jika takdir kita memang harus bersama, aku yakin apapun rintangannya kita bisa melewati asal kamu terus mengenggam erat tanganku."

_______

Selama perjalanan Beyca mati-matian menahan air matanya, ia terus menatap jalanan. Entah memang hormonnya yang sensitif atau apa, yang jelas Beyca sekarang malah ingin menangis.

"Sebenarnya, gue ngelihat Aderald dari tadi."

Beyca menoleh saat Alzaska mengatakan itu.

"Gue gak ngasih tahu lo, karena gue gak mau lo terluka." Alza membuka seatbelf  setelah membelokkan mobilnya ke pekarangan rumah Beyca dan Aderald. Ia beralih menatap perempuan itu, "Cerita sama gue Bey, gue siap dengerin semua masalah lo."

Air mata Beyca mulai jatuh, isakan tangis mulai terdengar dari mulutnya. Ia menceritakan tentang rumah tangganya dengan Aderald yang terbilang aneh. Beyca tak tahu, kenapa bisa-bisanya ia terjebak dengan perasaan ini.

Alza mengepal, tangannya menarik Beyca kepelukan. "Gue akan selalu di sisi lo."

°°°

Setelah kepergian Beyca, Aderald juga langsung bangkit. Niatnya untuk mengejar Beyca, tapi tertahan saat Bella mencekal lengannya.

"Kemana?"

Aderald menoleh, "Gue anterin lo pulang sekarang."

Bella yang bingung hanya menurut saja, ia tak tahu ada apa dengan Aderald. Yang jelas Aderald tidak pernah sedingin ini waktu bersamanya dulu.

Harusnya setelah mengantar Bella, Aderald pulang dan menjelaskan semuanya pada Beyca. Tapi lagi-lagi keadaan tidak memihak pada Aderald, dia malah harus kembali ke restoran mengatasi konsumen yang protes tentang rasa masakan.

Maka dari itu, Aderald baru sampai ke rumah pukul delapan malam. Pemuda itu meraih tas ranselnya dengan lelah, lalu berjalan masuk ke rumah.

Tepat di ambang pintu, bahu tegapnya luruh seketika saat melihat Beyca dan Alzaska yang duduk bersampingan dengan buku di depan keduanya.

Rasa kesal, lelah, kecewa yang Aderald rasa saat melihat mereka berdua tertawa tanpa menyadari dirinya yang berdiri di ambang pintu.

"Eh, den baru pulang?" Barulah saat Bi Asti bertanya kedua sejoli itu menatap padanya.

Aderald tersenyum tipis, "Siapin makan malam bi, Derald kangen masakan bibi."

Pemuda itu berjalan menghampiri Beyca dan Alza yang masih duduk terpaku. Ia tersenyum smirk, "Ada ya, belajar sampe malam gini?"

"Ada ya, sekolah sampai malam gini?!" saut Alza membalikkan perkataan Aderald.

Aderald menatap tajam Alzaska, sebelum naik ke lantai atas. Ia memilih mendinginkan emosinya dari pada di sana, Aderald takut ia kelepasan.

Setelah selesai membersihkan diri, Aderald kembali turun ke bawah. Saat sampai di tangga terakhir, ia melihat Beyca yang tengah membereskan buku-bukunya, Alzaska sudah tidak ada. Mungkin sudah pulang, Aderald juga tidak peduli.

"Beyca," panggil Aderald saat Beyca melewatinya. Ia menarik nafas panjang melihat Beyca berhenti, tapi tidak mau melihatnya. "Lain kali kalo mau belajar usahain jangan berduaan sama lelaki lain, apalagi satu ruangan. Gue gak mau aja nanti lo di cap cewe gak bener,"

B E Y C A [Completed]Where stories live. Discover now